Jumat, 27 Februari 2015

Bocoran Dokumen Rahasia Intelijen: “Obama Ancam Palestina”





Bocoran dokumen intelijen Afrika Selatan mengungkapkan bahwa Presiden Amerika Serikat Barack Obama sempat "mengancam" Presiden Mahmoud Abbas untuk menghentikan upaya pengakuan Palestina di PBB tahun 2012 silam.



Dalam ratusan bocoran dokumen yang diperoleh media Al Jazeera dan The Guardian terdapat laporan soal memo yang diserahkan agen intelijen Palestina pada koleganya di Afsel soal percakapan telepon antara Obama dan Abbas.



Pada memo soal percakapan tanggal 22 November 2012 itu, Obama disebut telah menelepon dan "mengancam" Abbas untuk tidak melanjutkan upaya di PBB. Disebutkan selanjutnya, Abbas tidak takut dengan ancaman tersebut dan "bersikeras untuk tetap maju". Tidak disebutkan ancaman seperti apa yang dilancarkan Obama.



Abass tetap melanjutkan upaya pengakuan kedaulatan Palestina dan mendapatkan keanggotaan di badan kebudayaan PBB, UNESCO. Langkah ini berujung pada naiknya status Palestina di PBB dari "entitas" menjadi "negara pengamat non-anggota".



Israel dan AS khawatir pencapaian Palestina ini akan berakhir di keanggotaan Mahkamah Pidana Internasional, ICC. Dengan keanggotaan di ICC, Palestina bisa menyeret Israel atas kejahatan terhadap kemanusiaan.



Selain ancaman Obama pada Abbas, dokumen intel itu juga mengungkapkan bahwa Israel mengirimkan mantan kepala Mossad Meir Dagan untuk melobi pejabat intelijen Afsel pada Oktober 2009. Dagan melakukan lobi agar negara itu tidak mendukung temuan PBB yang dipimpin hakim dari Afsel Richard Goldstone soal kejahatan kriminal Israel pada pengeboman dan invasi Gaza selama tiga minggu pada akhir 2008-awal 2009.



Saat itu Dagan memperingatkan bahwa jika Afsel menerima laporan Goldstone maka akan "merusak proses perdamaian". Upaya Israel menekan Abbas untuk menyetujui penangguhan laporan tersebut menjadi bumerang, laporan Goldstone didukung oleh Majelis Umum PBB bulan berikutnya.



Selain itu, dokumen intel Afsel juga menyebutkan upaya CIA untuk melakukan kontak dengan Hamas. Padahal, pemerintah AS melarang segala bentuk hubungan dengan organisasi yang dianggap teroris itu.



CIA berupaya keras membina hubungan dengan Hamas atau merekrut agen di dalam partai yang menguasai Gaza tersebut. Hal ini dibicarakan oleh CIA kepada agen Afrika Selatan pada 2012.



The Guardian menuliskan, informasi lain yang terdapat di dalamnya adalah soal intelijen Korea Selatan yang mengincar pemimpin Greenpeace dan soal mata-mata Afrika Selatan pada Rusia terkait kesepakatan satelit bersama senilai US$100 juta. Terdapat juga bocoran laporan Mossad tahun 2012 yang mengatakan bahwa Iran tidak mampu membuat senjata nuklir, pernyataan yang bertentangan dengan pidato Perdana Menteri Benjamin Netanyahu beberapa bulan sebelumnya.



Bocoran ini juga muncul selang 20 bulan setelah Edward Snowden membongkar dokumen rahasia Badan Keamanan Nasional AS, NSA, menunjukkan celah keamanan yang lebar di sumber informasi intelijen.



"Bocoran seperti ini mempengaruhi kredibilitas badan-badan intelijen dan bagaimana mereka bekerja sama. Hal ini bisa berujung pada dihapuskannya beberapa proyek," kata Mike Hough, profesor dari Institut Studi Strategis di Universitas Pretoria.



CNN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar