Sabtu, 07 Februari 2015

Dianggap Berkhianat dengan KPK, Pria ini Disingkirkan dari Daftar Calon Kapolri




Komjen, Suhardi Alius


Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) telah menyiapkan nama-nama baru calon Kapolri untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu Presiden Joko Widodo membutuhkan atau memintanya.



Nama-nama baru itu disusun Kompolnas begitu terdengar kabar bahwa Jokowi tak akan melantik Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kapolri karena status hukumnya sebagai tersangka di Komisi Pemberantasan Korupsi.



Anggota Kompolnas Edi Saputra Hasibuan membantah jika pihaknya sengaja menyingkirkan mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komisaris Jenderal, Suhardi Alius dari bursa calon Kepala Polri. Menurut Edi, Kompolnas punya pertimbangan kuat tak mengikutsertakan Suhardi Alius.



"Kami fokus cari calon Kapolri dari angkatan tahun 1982-1984. Kalau Suhardi angkatan 1985," kata Edi, Jumat, 6 Februari 2015.



Walhasil Kompolnas menilai Suhardi terlalu muda untuk diajukan sebagai calon Kapolri saat ini. Edi pun menegaskan bahwa tak ada sentimen dari Kompolnas kepada Suhardi Alius. Sebagai bukti, Edi memuji prestasi Suhardi Alius.



"Beliau pernah jadi Kapolda Jawa Barat dan Kabareskrim, masih muda lagi umurnya," kata dia.



Alius mulai terlempar dari bursa calon Kapolri sejak ada gerakan mendongkelnya dari jabatan sebagai Kepala Bareskrim. Alius disebut berkhianat dari Polri karena dia bekerja sama dengan KPK.



Bahkan, Budi Waseso sebelum menjabat sebagai Kepala Baresrkirm sempat melontarkan janji kontroversial soal pembersihan Polri dari anggota yang diklaim berkhianat.



Janji itu keluar setelah Kabareskrim sebelumnya, Komjen Suhardi Alius, dituding memberikan data terkait dengan Komjen Budi Gunawan ke Komisi Pemberantasan Korupsi.



Ucapan Budi Waseso menuai kritik dari mantan Kapolri, Komjen Oegroseno, karena dianggap menciptakan perpecahan. Namun, menurut Budi Waseso, tidak tertutup kemungkinan ada pengkhianat di dalam Bareskrim.



"Ya bisa saja, kalau pengkhianat internal itu nanti yang urus internal. Nanti kami bahas lagi," tuturnya.



Syafii Maarif: Kompolnas Zalim



Ketua Tim Sembilan atau Tim Independen, Syafii Maarif, geram dengan didepaknya mantan Kabareskrim Komjen Pol Suhardi Alius dari bursa pencalonan Kepala Kepolisian Republik Indonesia.

Suhardi adalah mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri yang sekarang dirotasi ke Lembaga Pertahanan Nasional.

Menurut Syafii, apa yang dilakukan oleh Komisi Kepolisian Nasional dengan mencoret nama Suhardi adalah sebuah bentuk kezaliman. Sebab, mantan Kepala Divisi Humas Mabes Polri itu juga memiliki hak yang sama untuk ditunjuk Presiden Jokowi menjadi Kapolri.



"Itu kezaliman. Dia (Suhardi) orang baik," kata Syafii ketika dihubungi, Jumat 6 Februari 2015.



Bahkan, kata Syafii, di antara para calon Kapolri yang diajukan Kompolnas, Suhardi adalah polisi yang relatif lurus. "Di antara mereka, Suhardi baik," ujar dia.



Apalagi, lanjut Syafii, Suhardi dicoret demi memasukkan nama Komjen Pol Budi Waseso dalam bursa Kapolri.



"Padahal mereka itu angkatannya sama, Suhardi dan Budi Waseso sama-sama angkatan 1985," jelasnya.



Sehingga, tidak masuk akal jika alasan Kompolnas mencoret nama Suhardi dan memasukkan nama Budi Waseso adalah karena Suhardi angkatan muda. Namun, Syafii yakin Presiden Joko Widodo tidak akan memilih Budi Waseso sebagai kapolri.



"Cari polisi yang sedikit masalahnya," kata dia lagi.



Namun, Syafii tak mau mengatakan, dari lima nama yang diajukan Kompolnas, mana yang paling baik untuk dijadikan Kapolri.



"Tanya Pak Oegro (Oegroseno, mantan Wakapolri) dia yang paling paham," kata dia.



Beberapa nama yang diajukan kepesiden terdapat jenderal bintang tiga, mereka adalah Inspektur Pengawasan Umum Mabes Polri Irjen Pol Dwi Prayitno, Wakapolri Komjen Pol Badrodin Haiti, Kepala Baharkam Polri Komjen Pol Putu Eko Bayu Seno, dan mantan Kabareskrim Komjen Pol Suhardi Alius. Namun, nama Suhardi dicoret digantikan Komjen Pol Budi Waseso.



sumber: tempo/viva





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar