Tampilkan postingan dengan label Palestina. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Palestina. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 28 Februari 2015

Rezim Mesir Nyatakan Hamas Teroris





Pengadilan Mesir mengeluarkan keputusan yang cukup mengejutkan, terutama bagi negara jiran mereka, Palestina.



Mahkamah pengadilan Mesir pada Sabtu (28/2), seperti diberitakan Reuters, memutuskan kelompok militan Palestina, Hamas, sebagai sebuah organisasi teroris.



Keputusan pengadilan Mesir muncul setelah negara itu mengadopsi sebuah undang-undang anti-teroris baru. Menurut pengadilan rezim, Hamas dianggap terbukti terkait dengan kelompok militan di Sinai.



Keputusan pengadilan Mesir ini sontak mendapatkan reaksi keras dari kubu Hamas yang hingga kini merupakan penguasa di Jalur Gaza, Palestina.



Menurut Hamas dalam sebuah pernyatannya setelah putusan, “Keputusan ini jelas mengejutkan dan berbahaya. Sebab seolah-olah Mesir telah menjadikan orang-orang di Palestina sebagai target.”



Sebelumnya, keputusan yang sama dikeluarkan oleh Pengadilan Mesir terhadap sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam, pada Januari lalu.



Pada tataran lapangan, keputusan pengadilan Mesir jelas membawa dampak buruk berupa ketegangan antara Gaza dan Kairo.



Sebenarnya selama bertahun-tahun, Kairo telah memainkan peran yang sentral dalam gencatan senjata antara Israel dan Palestina.



Dengan adanya keputusan ini, dikhawatirkan akan pula berdampak pada ketegangan lain yang merambat antara Palestina dan Israel.



Seorang juru bicara pemerintah Mesir,Hossam al-Qawish, seperti yang diberitakan Reuters, menolak untuk mengatakan apa tindakan selanjutnya dari pemerintah Mesir untuk menegakkan putusan pengadilan itu.



"Ketika putusan akhir dikeluarkan, kami baru akan membahas hal ini," katanya.

Jumat, 27 Februari 2015

Bocoran Dokumen Rahasia Intelijen: “Obama Ancam Palestina”





Bocoran dokumen intelijen Afrika Selatan mengungkapkan bahwa Presiden Amerika Serikat Barack Obama sempat "mengancam" Presiden Mahmoud Abbas untuk menghentikan upaya pengakuan Palestina di PBB tahun 2012 silam.



Dalam ratusan bocoran dokumen yang diperoleh media Al Jazeera dan The Guardian terdapat laporan soal memo yang diserahkan agen intelijen Palestina pada koleganya di Afsel soal percakapan telepon antara Obama dan Abbas.



Pada memo soal percakapan tanggal 22 November 2012 itu, Obama disebut telah menelepon dan "mengancam" Abbas untuk tidak melanjutkan upaya di PBB. Disebutkan selanjutnya, Abbas tidak takut dengan ancaman tersebut dan "bersikeras untuk tetap maju". Tidak disebutkan ancaman seperti apa yang dilancarkan Obama.



Abass tetap melanjutkan upaya pengakuan kedaulatan Palestina dan mendapatkan keanggotaan di badan kebudayaan PBB, UNESCO. Langkah ini berujung pada naiknya status Palestina di PBB dari "entitas" menjadi "negara pengamat non-anggota".



Israel dan AS khawatir pencapaian Palestina ini akan berakhir di keanggotaan Mahkamah Pidana Internasional, ICC. Dengan keanggotaan di ICC, Palestina bisa menyeret Israel atas kejahatan terhadap kemanusiaan.



Selain ancaman Obama pada Abbas, dokumen intel itu juga mengungkapkan bahwa Israel mengirimkan mantan kepala Mossad Meir Dagan untuk melobi pejabat intelijen Afsel pada Oktober 2009. Dagan melakukan lobi agar negara itu tidak mendukung temuan PBB yang dipimpin hakim dari Afsel Richard Goldstone soal kejahatan kriminal Israel pada pengeboman dan invasi Gaza selama tiga minggu pada akhir 2008-awal 2009.



Saat itu Dagan memperingatkan bahwa jika Afsel menerima laporan Goldstone maka akan "merusak proses perdamaian". Upaya Israel menekan Abbas untuk menyetujui penangguhan laporan tersebut menjadi bumerang, laporan Goldstone didukung oleh Majelis Umum PBB bulan berikutnya.



Selain itu, dokumen intel Afsel juga menyebutkan upaya CIA untuk melakukan kontak dengan Hamas. Padahal, pemerintah AS melarang segala bentuk hubungan dengan organisasi yang dianggap teroris itu.



CIA berupaya keras membina hubungan dengan Hamas atau merekrut agen di dalam partai yang menguasai Gaza tersebut. Hal ini dibicarakan oleh CIA kepada agen Afrika Selatan pada 2012.



The Guardian menuliskan, informasi lain yang terdapat di dalamnya adalah soal intelijen Korea Selatan yang mengincar pemimpin Greenpeace dan soal mata-mata Afrika Selatan pada Rusia terkait kesepakatan satelit bersama senilai US$100 juta. Terdapat juga bocoran laporan Mossad tahun 2012 yang mengatakan bahwa Iran tidak mampu membuat senjata nuklir, pernyataan yang bertentangan dengan pidato Perdana Menteri Benjamin Netanyahu beberapa bulan sebelumnya.



Bocoran ini juga muncul selang 20 bulan setelah Edward Snowden membongkar dokumen rahasia Badan Keamanan Nasional AS, NSA, menunjukkan celah keamanan yang lebar di sumber informasi intelijen.



"Bocoran seperti ini mempengaruhi kredibilitas badan-badan intelijen dan bagaimana mereka bekerja sama. Hal ini bisa berujung pada dihapuskannya beberapa proyek," kata Mike Hough, profesor dari Institut Studi Strategis di Universitas Pretoria.



CNN

Senin, 26 Januari 2015

Kisah Malaak dan Simbol Kekejian Israel







Malak al-Khatib sedang berjalan pulang dari sekolah ketika tentara Israel menangkapnya pada 31 Desember 2014. Rabu (21/1) ia dijatuhi hukuman dua bulan penjara oleh Pengadilan Israel, dan menjadi tahanan termuda dalam sejarah konflik Palestina-Israel.



Malak berusia 14 tahun. Ia dituduh melempar polisi Israel dengan batu, dan membawa pisau, saat ditangkap di Ramallah, Tepi Barat. Tuduhan yang tidak terbukti di pengadilan, tapi hakim memvonisnya bersalah.



Ahrar Center Ramallah, LSM yang fokus mengurusi nasit tahanan dan HAM, mengatakan orang tua Malak juga dijatuhi denda 1.500 dolar AS.



Malak tidak sendiri. Bersamanya, 280 anak-anak Palestina di bawah 17 tahun juga menghuni penjara Israel. Ia menjadi perhatian pers karena gadis termuda yang divonis.



Fouad Khuffash, direktur Ahrar Center, mengatakan Israel menargetkan anak-anak Palestina selama bertahun-tahun.



"Pelanggaran HAM yang dilakukan Israel terhadap penduduk Palestina, khususnya anak-anak, nyaris luput dari perhatian," ujar Khuffash kepada kantor berita Anadolu.



Ahrar Center, menurut Khuffash, telah melancarkan kampanye pembebasan Malak. Upaya itu gagal. Israel menolak semua pendekatan untuk pembebasan bocah malang itu.



Ali al-Khatib, ayah Malak, mengatakan putrinya dibawa ke pengadilan dengan tangan dan kaki diborgol. "Ketika hakim membacakan putusan, Malak tak henti menyeka air mata," ujar Al-Khatib.



"Ia menggigil kedinginan," lanjutnya.



Khalwa al-Khatib, ibu Malak, mengatakan; "Bagaimana mungkin bocah usia 14 tahun melakukan semua yang dituduhkan. Semua itu, masih menurut Khalwa, terlalu dibuat-buat.



Pasukan Israel secara rutin melakukan penangkapan terhadap warga Palestina di Tepi Barat. Mereka menargetkan anak-anak, dengan harapan menghancurkan moral perlawanan generasi masa depan Palestina.



Kementerian Palestina Urusan Tanahan mengatakan kini 7.000 warga Palestina mendekam di penjara. (*inlah)





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Selasa, 20 Januari 2015

Tak Patuhi AS lagi, Washington Ancam Cabut Dana Palestina



Amerika Serikat (AS), kembali melemparkan ancaman akan mencabut pendanaan untuk Palestina.



Ancaman ini muncul setelah Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mulai memproses laporan Palestina terkait kejahatan perang yang dilakukan Israel.



Melansir Al Arabiya, Selasa (20/1/2015), Lindsey Graham salah satu dari tujuh senator AS yang melakukan kunjungan ke Israel menyatakan, pihaknya sangat tidak senang dengan langkah Palestina tersebut. Graham menyebut, pihaknya tidak senang jika Palestina mengusik Israel dengan melaporkannya ke ICC.



"Undang-udang di AS memperbolehkan kami untuk menarik pendanaan bagi Palestina jika mereka mengajukan keluhan atau protes terhadap Israel," ucap Graham dalam sebuah pernyataan.



"Kami akan kembali mendorong, dan mengajukan rasa tidak senang (kepada Parlemen). Hal ini telah menjadi bagian dari hukum kami, dan kami berhak untuk memutus pendanaan kepada Palestina jika mereka tetap ingin membawa Israel ke ICC," Graham menambahkan.



Melansir Jpost, Senin (19/1/2015), tekanan tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS, John Kerry yang menyebut keputusan Palestina untuk bergabung dengan ICC sebagai bom waktu.



Namun, dalam sebuah wawancara dengan media Mesir, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menegaskan tidak akan mengubah sikap mereka.



"Kami mengabaikan tekanan itu, dan tetap melanjutkan keanggotan kami di ICC, dan akan mencari keanggotaan di organisasi dunia lainnya," ucap Abbas.



Dirinya menegaskan, dia akan mengambil semua resiko yang ada untuk mendapatkan kemerdekaan dan hak-hak warga Palestina, walaupun itu mempertaruhkan nyawanya.



AS sendiri merupakan salah satu donatur terbesar bagi Palestina, setidaknya negara tersebut memberikan bantuan sebesar USD 400 juga kepada Palestina setiap tahunnya.



AS sendiri memang sedari awal terus mengecam langkah Palestina untuk bergabung dengan ICC. Kecaman AS semakin menguat setelah ICC mulai menyelidiki Israel, dan menyatakan apa yang dilakukan ICC terhadap Israel adalah ironi yang tragis bagi negara zionis itu.





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Sabtu, 17 Januari 2015

Kejahatan Perang Gaza Mulai Diinvestigasi, AS Murka





Pemerintah Amerika Serikat (AS) marah dan mengecam keputusan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang mulai menyelidiki kejahatan perang di Gaza yang dilakukan serdadu Israel terhadap warga Palestina.



Pemerintah AS menyebut langkah ICC itu sebagai “ironi tragis”. ”Kami sangat tidak setuju dengan tindakan jaksa ICC hari ini,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jeff Rathke dalam sebuah pernyataan.



”Ini adalah ironi yang tragis bagi Israel, bahwa mereka bertahan dari ribuan roket ‘teroris’ yang menyasar warga sipil dan lingkungan (Israel). Dan sekarang justru sedang diselidiki ICC,” lanjut Rathke yang menyindir Hamas dengan sebutan teroris, seperti dikutip Al Arabiya, Sabtu (17/1/2015).



Penyelidikan resmi dimulai oleh jaksa ICC pada Jumat kemarin. Dalam perang di Gaza, lebih dari 2 ribu warga Palestina di Gaza tewas. Sedangkan dari kubu Israel, 73 orang tewas.



Palestina sendiri sudah mengajukan diri untuk bergabung dengan ICC . Dengan bergabung itu, Palestina bisa mengajukan gugatan atas kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan militer Israel selama perang 50 hari di Gaza pada Juli hingga Agustus 2014 lalu.



AS juga berulang kali menentang Palestina untuk bergabung dengan ICC. Alasannya, Palestina bukan sebuah negara.



Sementara itu, Pemerintah Israel mengecam keputusan jaksa ICC yang mereka anggap sebagai "skandal".





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Jumat, 16 Januari 2015

Hanzala, Si Kartunis Palestina yang Dibunuh Mossad






Dunia meratap ketika dua orang bersenjata menyerbu kantor redaksi Chalrie Hebdo dan membunuh 12 orang. Di Palestina, segelintir orang mengenang Naji Salim al-Ali, kartunis yang dibunuh Mossad, agen rahasia Israel.





Situs worldbulletin.net memberitakan Naji Salim al-Ali terkenal dengan sosok kartun HANZALA, coretan pensil yang mengambarkan seorang anak usia 10 tahun berdiri tanpa alas kaki, berdiri membelakangi, dan tangan menggenggam yang melambangkan perlawanan rakyat Palestina dari satu ke lain generasi.





Al-Ali ditembak di luar kantor perwakilan Al Qabas -- surat kabar Kuwait -- di London, 28 tahun lalu.





Ia juga terkenal dengan kritik politiknya terhadap rejim Arab dan Israel, yang dituangkan di lebih dari 40 ribu kartun. Ia peka terhadap opini publik Palestina dan Arab, dan mampu menuangkannya dalam kartun.





Al-Ali ditembak tepat di pelipis pada 29 Agustus 1987. Ia tak sadarkan diri, sampai dinyatakan tewas oleh dokter.





Dari sekian banyak figur kartunnya, Hanzala -- juga dikenal dengan sebutan Handala -- adalah yang paling terkenal. Karakter Hanzala masih populer saat ini.










Ia sempat diwawancari banyak wartawan soal karakter kartunnya. Al-Ali mengatakan karakter itu mewakili dirinya saat berusia 10 tahun, atau ketika dipaksa meninggalkan tanah kelahiran dan tidak pernah kembali.





Ismail Sowan, peneliti Palestina berusia 28 tahun dan anggota PLO, ditangkap dengan tuduhan membunuh Al-Ali. Ia membantah. PLO juga mengaku tidak pernah memerintahan pembunuhan itu.





Belakangan Sowan mengaku bekerja sebagai agen ganda untuk Mossad, Badan Intelejen Israel. Ia mengaku membunuh Al-Ali atas perintah Mossad.





Margareth Thatcher, PM Inggris saat itu, bereaksi keras. Ia memerintahkan penutupan pangkalan Mossad di Istana Hijau Kensington, dan mengusir tiga diplomat Israel, salah satunya atase kedutaan.





Najim Salim al-Ali dimakamkan di pemakaman Muslim di Brookwood, di luar London. Tidak ada ratusan orang yang mengantar jenazahnya ke liang lahan. Dunia diam, termasuk koran-koran Arab.





Kini, ketika dunia meratapi pembunuhan di kantor Charlie Hebdo, orang Palestina memilih untuk mengenang Naji Salim al-Ali, ayah Hanzala -- karakter abadi perlawanan Pelestina terhadap Israel.
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Rabu, 07 Januari 2015

Palestina Resmi Bergabung dengan ICC





Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan Palestina akan bergabung dengan Pengadilan Pidana Internasional (ICC) mulai 1 April 2015.



Dalam pernyataan yang dilansir situs resmi PBB, Selasa (6/1), Ban Ki-moon mengatakan statuta itu akan mulai berlaku bagi Palestina pada 1 April.



Sebelumnya, Senin (5/1), pencatat ICC Herman von Herbel mengatakan PBB telah menerima dokumen Palestina yang menyatakan menerima yurisdiksi PBB. Langkah Palestina ini membuka jalan bagi ICC untuk menyelidiki dan mengadili kejahatan Israel selama perang 50 hari di Jalur Gaza.



Ketika Palestina mengakses Statuta Roma, Pengadilan Den Haag akan bisa mengadili pejabat Israel atas semua kejahatan yang mereka lakukan di Gaza dan Tepi Barat.



ICC mulai bekerja awal Juli 2002, ketika Statuta Roma diberlakukan sebagai dokumen dasar. Saat ini terdapat 122 negara yang terikat pada Statuta Roma, dengan menjadi anggota ICC.



AS, Israel, dan Sudan, tidak memiliki kewajiban hukum kendati mantan wakil mereka menanda-tangani statuta.



Langkah Palestina ini membuat Isarel marah. Pejabat Washington menilai langkah Palestina kontraproduktif, dan AS sempat mengancam akan menghentikan aliran bantuan dana kepada otoritas Palestina di Tepi Barat.



Israel lebih dulu melakukannya dengan membekukan bagian dari pajak sebesar 120 juta dolar AS.



Di sisi lain, presiden otoritas Palestina Mahmoud Abbas bergabung dengan ICC setelah Dewan Keamanan PBB menolak proposal resolusi negara Palestina.(*inl)





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Minggu, 28 Desember 2014

Israel Tidak Sudi Berbagi Yarusalem dengan Palestina





Seorang pimpinan partai politik di Israel mengemukakan pernyataan keras terhadap niat Palestina dan beberapa negara yang ingin menjadi Yarusalem sebagai ibukota bagi Israel dan Palestina. 



Dirinya menegaskan tidak akan pernah sudi berbagi Yarusalem dengan Palestina.



“Kami tidak akan pernah mau untuk berbagi Yarusalem dengan warga Palestina, apapun yang akan terjadi,” ucap pemimpin partai Yesh Atid, Yair Lapid mengacu pada salah satu butir kesepakatan damai dengan Palestina.



Melansir Jpos, Minggu (28/12/2014), berbicara dalam sebuah acara di kota Holon, dirinya menyatakan bahwa Israel hanya akan menerima kesepakatan damai dengan Palestina, jika negara tersebut tidak meminta Yarusalem sebagai ibukota mereka.



“Kami tidak akan menjadikan Yarusalem sebagai bahan negoisasi, kota tersebut adalah pusat pemerintahan kami dan merupakan salah satu simbol negara kami. Jika hal ini terus diungkit, maka pembicaraan damai dengan Palestina akan berakhir, tidak ada lagi pembicaraan damai,” tegasnya.



Pernyataan Lapid sendiri pada dasarnya ditunjukan untuk menyerang kebijakan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Lapid sendiri merupakan salah satu rival Netanyahu dalam pemilihan Perdana Menteri tahun depan. (*snd)





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.