Tampilkan postingan dengan label Kisah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 03 Maret 2015

Bocah 2 tahun Kutip Botol Bekas demi Biaya Operasi Jantungnya





Xiaoxiao (2), memang masih sangat kecil, namun semangatnya untuk bisa sembuh sangat tinggi. Bocah perempuan ini mengumpulkan botol plastik bekas setiap hari untuk membantu mengumpulkan dana 100.000 yuan atau sektiar Rp 197 juta, yang akan digunakan untuk operasi jantungnya sendiri.



Dilansir Asia One, (12/12/13), Xiaoxiao selalu terlihat berkeliling mengumpulkan botol plastik dan tampak gembira. Ia melakukan kebiasaan ini setelah melihat sang kakek melakukan hal yang sama. Dalam tiga bulan terakhir, dari aktivitas mencari dan menjual botol plastik keliling Xiaoxiao telah berhasil mengumpulkan 50 yuan atau sekitar Rp 98 ribu.



Bocah periang ini diketahui didiagnosis dengan penyakit jantung bawaan ketika berumur 4 bulan. Menurut laporan, dokter memberitahu keluarganya bahwa Xiaoxiao memiliki kesempatan terbaik untuk pulih secara total jika melakukan operasi sebelum usianya mencapai 3 tahun.



Namun orang tuanya yang hanya memiliki toko bordir kecil, merasa sangat kesulitan mengumpulkan dana untuk operasinya. Orang tua Xiaoxiao juga mengaku telah terlilit utang yang digunakan untuk kebutuhan pengobatan anak mereka selama ini. Kini orang tua Xiaoxiao telah meninggalkan rumah untuk sementara, guna mencari uang lebih banyak untuk Xiaoxiao.



Ayah Xiaoxiao diketahui memiliki pekerjaan tambahan dengan memperbaiki lampu jalan di siang hari, sementara sang ibu bekerja di sebuah toko peralatan kamar mandi. Mereka kemudian menitipkan Xiaoxiao dan toko bordir tersebut dalam perawatan kakek dan neneknya. Xiaoxiao dilaporkan sangat merindukan orang tuanya dan sering memanggil sang ibu dalam mimpi-mimpinya.



Usia Xiaoxiao yang telah mencapai 2 tahun saat ini membuat orang tuanya menjadi semakin cemas. Namun beruntungnya setelah kisah keluarga kecil ini ramai dibicarakan di berbagai media di China, banyak orang yang bersedia membantu mengumpulkan dana untuk menyelamatkan nyawa gadis kecil itu.



Dalam waktu tiga hari, lebih dari 70.000 yuan atau sekitar Rp 138 juta terkumpul. Ayah Xiaoxiao mengatakan bahwa ia dan keluarga sepakat tidak menerima sumbangan lebih lanjut dan dana yang telah terkumpul akan digunakan hanya untuk perawatan medis Xiaoxiao. Jika memang ada dana lain yang tersisa, maka akan digunakan untuk membantu orang lain yang juga membutuhkan.



Menurut laporan terbaru dari China News, Xiaoxiao kini berada di Fujian Medical University Union Hospital dan telah melakukan operasi.









Senin, 02 Maret 2015

Presiden Termiskin di Dunia Jose Mujica, Resmi Pensiun





Jose Mujica, 79, Presiden Uruguay, yang dikenal sebagai presiden termiskin sedunia resmi pensiun pada 1 Maret 2015. Selama menjabat presiden, Mujica selalu menyumbangkan sebagian besar gajinya untuk amal dan tinggal di rumah bobrok.



Meski dikenal sebagai tukang amal, Mujica yang biasa disapa “Pepe” itu dikenal sebagai presiden yang berani. Pepe yang seorang mantan gerilyawan ini menjadi presiden pertama di dunia yang berani melegalkan ganja.



Dia pensiun setelah lima tahun berkuasa. ”Saya menjadi presiden penuh dengan idealisme, tapi kemudian harus melihat realitas,” kata Mujica dalam sebuah wawancara dengan surat kabar lokal.







Mujica akan digantikan Tabare Vazquez, yang memenangkan pemilu presiden pada November 2014 lalu. Vazquez sendiri sebelumnya pernah menjabat presiden Uruguay, sehingga jabatannya kali ini merupakan jabatan presiden yang kedua kali.



“Saya berharap dia lebih baik dari saya dan akan memiliki kesuksesan yang lebih besar,” kata Mujica yang menaruh harapan besar pada penggantinya, seperti dilansir Russia Today, kemarin (1/3/2015).



Dedikasi presiden termiskin di dunia ini tidak bisa dianggap remeh. Mujica setidaknya berhasil menempatkan Uruguay di peta dunia. Dia berhasil mengubah negara “ternak” itu dengan menciptakan lapangan kerja bagi 3,4 juta orang. Mujica juga membuat negaranya menjadi pengekspor energi di kawasan Amerika Latin.







Sedangkan alasan dia nekat melegalkan ganja bukan tanpa alasan. Gebrakan itu dibuat Mujica, karena perang anti-narkoba di Amerika Latin telah gagal dan ekonomi justru dikuasai kartel narkoba.



Dengan pelegalan ganja itu, negara berkuasa penuh atas perputaran uang ganja yang jumlahnya sangat besar. Meski dilegalkan, tetap saja ada aturan ketat soal siapa konsumen dan kadar ganja yang boleh dinikmati.



Gebrakan lain Mujica adalah melegalkan aborsi dan pernikahan sejenis. Meski jadi pemimpin kontroversial, daya kritis Mujica tidak mati. Dia berani mengecam berdirinya penjara Guantanamo yang terbukti digunakan Amerika Serikat untuk menyiksa tahanan kasus terorisme meski tanpa tuduhan dan pengadilan.

Kamis, 26 Februari 2015

Samantha, Perjuangan Wanita Berjilbab Hadapi Diskriminasi di AS





Kasus ini melibatkan perempuan Muslim, Samantha Elauf (17 tahun) ketika ia melamar pekerjaan di sebuah toko di Tulsa, Oklahoma tahun 2008.



Mahkamah Agung (MA), Amerika Serikat (AS), memberikan dukungan kepada seorang wanita yang dipecat oleh tempat kerjanya lantaran mengenakan jilbab.



Samantha Elauf, merupakan seorang wanita muslim, yang bekerja di perusahaan retailer pakaian, Abercrombie & Fitch. Namun ia kemudian dipecat oleh perusahaan tersebut, karena ia mengenakan jilbab.



Abercrombie & Fitch selama ini dikenal sebagai retailer pakaian yang memiliki staf penjualan berpakaian seronok. Bagi pegawai pria, mereka bertelanjang dada, sementara pegawai wanita mengenakan pakaian yang seksi.



Mereka memberikan persyaratan bagi staf penjual mereka untuk dapat menyesuaikan diri dengan "gaya Abercrombie", yang mereka difinisikan sebagai "gaya klasik perguruan tinggi Pantai Timur".



Pihak perusahaan tidak memperkenankan para karyawannya mengenakan "topi" apapun pakaian berwarna hitam, namun syal tidak secara eksplisit dilarang.



Dan setiap pegawai yang memakai pakaian yang berbeda dengan yang sudah ditetapkan saat mereka bekerja, maka mereka terancam akan dikenai tindakan disipliner, termasuk pemecatan, karena hal itu dituding akan berdampak negatif terhadap citra perusahaan, merek dan penjualan.



Merasa haknya telah dilanggar, Samantha diwakili oleh Komisi Persamarataan Kesempatan Bekerja (EEOC), sebuah badan pemerintah federal AS, menggugat Abercrombie.



Sejumlah hakim MA AS, seperti dikutip dari USA Today, Kamis (26/2/2015), menilai para petinggi Abercrombie jelas tidak memahami jilbab, yang merupakan atribut keagamaan.



Mereka menepis pembelaan Abercrombie, yang menyatakan bahwa jilbab bertentangan dengan peraturan perusahaan mereka, yang tidak memungkinkan karyawan memakai topi.



"Alasan bahwa ia ditolak karena anda berasumsi dia akan melakukan hal ini setiap hari, dan satu-satunya alasan mengapa ia akan melakukannya setiap hari karena dia memiliki alasan agama," ujar hakim Samuel Alito.



Kuasa hukum Samantha mengatakan bahwa kliennya dilindungi oleh Undang-undang Hak Sipil 1.964 yang melarang siapa pun menolak seseorang bekerja berdasarkan agama mereka, kecuali sang pemberi kerja tidak dapat mengakomodasi keyakinan agama seseorang tanpa dampak negatif bagi bisnis.



USAToday

Minggu, 15 Februari 2015

Kisah Cinta yang Diblokade Israel



Rashid Faddah dan Dalia Shurrab, telah mengikat janji untuk menikah sejak tiga tahun lalu di Gaza, Palestina. Namun mereka hingga kini tidak bisa menjalani kehidupan berumah tangga, karena blokade Israel.


Rashid yang tinggal di Tepi Barat tidak bisa menjemput kekasihnya di Gaza, untuk menikah dan tinggal bersama dirinya. Padahal, pria 35 tahun itu telah membeli apartemen sederhana di Nablus untuk tempatnya tinggal bersama gadis pujaan hatinya itu.


Dalia, terjebak di Khan Younis, Jalur Gaza. Tidak bisa kemana-mana, terutama ke Nablus, karena blokade Israel pada tahun 2007 mencegah perpindahan warga keluar dari Gaza.


Israel berdalih, kebijakan tersebut untuk menghukum Hamas yang mereka anggap organisasi teroris. Akibat blokade ini, ribuan warga Gaza tidak dapat bertemu keluarga mereka, termasuk pasangan, yang ada di Tepi Barat.


"Kawan-kawan saya mengatakan 'bisakah kau menikahi seseorang yang tidak berasal dari Gaza?' Saya katakan pada mereka bahwa Dalia adalah wanita pilihan saya," kata Rashid, dikutip dari The Independent.


Rashid pernah berada di satu titik dimana dia ingin pindah ke Gaza yang tengah dilanda perang. Namun Dalia melarangnya. Alasannya bukan hanya karena Gaza sangat berbahaya, namun Rashid kemungkinan akan jadi pengangguran di wilayah itu karena lapangan pekerjaan yang terbatas.


Kisah cinta mereka dimulai pada tahun 2011. Keduanya adalah bagian dari program pertukaran pemuda di Nablus. Saat itu, Dalia tidak bisa mendatangi acara itu karena izin bepergian ditolak oleh Israel.


Akhirnya, sekelompok pemuda ini menjalin hubungan di internet. "Kami mulai berbicara di grup, kemudian berlanjut ke percakapan pribadi, dan menemukan bahwa kami punya banyak kesamaan," kata Rashid.


Satu hari, Rashid mendapati di Facebook bahwa Dalia sedang berada di Yordania. Lantas saja dia meluncur ke negara itu untuk menemui wanita yang sudah membuatnya mabuk kepayang.


Di tempat itu, Rashid melamar Dalia dan meminta izin pada ayahnya. "Itu saat kami serius. Saya menelepon orang tuanya di Gaza dan meminta izin untuk menikahinya," kata Rashid.


Ditanya soal kelebihan Dalia yang memikat hatinya, Rashid menjawab, "dia cerdas, lucu, ramah, berpendidikan dan punya ambisi. Dan dia juga baik."


Sementara Dalia mengaku menyukai Rashid karena pria itu memandangnya dengan hormat, berbeda dengan pria lainnya.


"Dia menghargai pemikiran, hobi dan cita-cita saya. Dia tidak membuat saya merasa gemuk dan buruk seperti kebanyakan masyarakat melabeli wanita yang kelebihan berat badan. Dia melihat saya sebagai wanita yang spesial dan cantik," tutur Dalia.


Rashid dan ayahnya nekat mengunjungi Gaza pada tahun 2012 dengan mengambil jalur memutar melalui Mesir dan Yordania. Mereka berdua menandatangani surat perjanjian untuk menikah.


Walikota Nablus, Ghassan Shala, mengatakan pada keluarga Rashid bahwa Dalia akan ada di pelukan mereka di Tepi Barat dalam hitungan bulan.


Namun tiga tahun telah berlalu, dan 20 surat permohonan perjalanan telah dilayangkan, dan pasangan itu belum juga bisa bersama. Bahkan Presiden Mahmoud Abbas juga telah diminta tolong, tapi hasilnya nihil.


Dalia dan kawan-kawannya meluncurkan kampanye di Facebook mencari dukungan dari dunia Arab untuk cinta mereka. Laman tersebut telah mendapatkan dukungan dari 40 ribu orang, mayoritas mendukung perjuangan Dalia dan Rashid untuk bersatu.


"Ulang tahun Rashid dua hari lagi. Saya kira kami akan merayakannya melalui telepon karena listrik mati," keluh Dalia.


Satu-satunya cara Dalia dan Rashid berkomunikasi adalah melalui telepon atau Skype. Dalia sempat terpikir untuk menyerah. Namun dukungan di Facebook mendorongnya untuk tetap memperjuangkan cintanya.


sumber: CNN international





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Rabu, 04 Februari 2015

Brimob Wanita Bripda Nina: “Tak Ada Masalah dengan Hijab”





Nina Oktaviana, begitu dia disapa, menjadi satu-satunya perempuan yang tergabung dalam kesatuan Anti-teror Detasemen Gegana Brimob Polda Aceh.



Meski berbalut hijab dan berpakaian serba tertutup, namun wanita ini tetap tampil enerjik sambil menenteng senapan mesin jenis Steyr AUG di tangannya. Berseragam serba hitam, helm baja di kepala dan berkacamata terlihat gagah.



Di depan bajunya tertulis jelas polisi dan di lengan kanan tertera Gegana Korps Brimob. Dialah Dripda Nina Oktoviana perempuan pertama pasukan Perlawanan Teror (Wanteror) Brimob Aceh.



Dalam beberapa hari terakhir, Nina menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah seseorang memposting foto perempuan cantik ini dengan seragam Gegana. Pujian mengalir bukan saja karena ia sebagai personil Wanteror, profesi menantang yang identik dengan laki-laki.



Tapi juga kesetiaannya mengenakan jilbab. Bripda Nina adalah putri ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ismail dan Mawarni ini berasal dari Kecamatan Samahani, Kabupaten Aceh Besar terlahir bukan dari keluarga besar polisi atau TNI. Tetapi ayahnya hanya seorang PNS dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga.



“Saya tidak merasa minder berada diantara banyak pasukan laki-laki,” kata gadis kelahiran Samahani, Aceh Besar 24 Oktober 1993 ini.



Setelah lulus dari SMK Penerbangan Banda Aceh tahun 2013, Nina tak seperti teman-temannya yang melanjutkan pendidikan atau karir ke dunia penerbangan. Ia memilih masuk Sekolah Polisi Wanita Ciputat, Jakarta 2014.







Cita-citanya menjadi polisi sudah tertanam sejak SD. Uniknya, meski tugasnya menantang dan berisiko, Nina tak pernah melepaskan jilbab. Baginya jilbab bukanlah penghalang dalam betempur atau latihan fisik. Malah ia merasa risih jika terbuka aurat.



“Saya dari kecil sudah pakai jilbab, nyaman saja tidak terganggu,” pungkasnya.



Hijab baginya sudah menjadi bagian dari busana yang ia kenakan setiap hari. Setiap saat, hijab selalu melekat menutup seluruh rambutnya dan dia mengaku tidak pernah menanggalkan hijab, meskipun sedang latihan dan bertugas.



"Tidak masalah dengan jilbab, tidak menghalangi tugas," kata Bripda Nina.



Bripda Nina tidak pernah menanggalkan hijab, karena Nina sadar, ini merupakan indentitas Aceh yang beragama Islam wajib menggunakan hijab. Sehingga dia selalu mempertahankan jilbab walau dalam kondisi apapun.



Pengakuan Bripda Nina ini juga diakui oleh komandannya Kepala Detasemen (Kaden) Kompol Asnawi yang turut didampingi Kepala Sub Detasemen I (Kasubden I) AKP Akmal. Menurut Kompol Asnawi, dirinya tidak pernah melihat rambut gadis Aceh ini.



"Saya sendiri tidak pernah melihat bagaimana bentuk rambut dia, apa keriting atau lurus, karena memang tidak pernah melepaskan jilbab," terang Kompol Asnawi di markas Gegana Brimob Polda Aceh.







Hal senada juga disampaikan oleh AKP Akmal, menurutnya ini menjadi nilai lebih di Aceh bahwa perempuan yang menjadi anggota Wanteror sekalipun bisa menggunakan hijab.



“Inilah nilai lebih kita, karena menjadi pasukan Wanteror ini bukan mudah, butuh latihan dan fisik yang kuat,” tutur Akmal.



Bripda Nina terlahir bukan dari keluarga besar polisi atau TNI. Ayahnya hanyalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) biasa, sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Cita-citanya menjadi seorang prjaurit, lantaran dia mengaku sangat mencintai tantangan.



Orangtua Nina sempat menaruh harapan anaknya itu kelak bisa menjadi pilot, namun ia justru memilih polisi.



“Karena dia sangat ingin jadi polisi, akhirnya saya dan maknya (ibu) mendukung penuh. Bagi saya asal pekerjaan itu baik dan nyaman bagi dia, saya tetap dukung,” kata Ismail Ibrahim (53) ayah kandung Nina, dikutip okezone.



Ketika Nina mengungkapkan niatnya ingin masuk polisi, usai lulus SMK Penerbangan Aceh. Ayahnya sempat risau. “Saya bilang ke dia, kita ini tidak punya duit untuk urus kamu jadi polisi, tapi Nina bilang nggak apa-apa ayah biar Nina coba aja. Doakan saja dari ayah dan mak,” tutur Ismail.



Menurutnya, bakat Nina menjadi polisi sudah menonjol sejak kecil. Sebagai anak desa, Nina tak suka bermanja-manja. “Dari kecil dia memang sudah suka hal-hal yang menantang,” ujarnya.



Nina kecil sering menantang teman laki-laki sebayanya untuk adu lari dengannya di sawah dekat rumahnya di Gampong Lam Ara Cut, Kemukiman Samahani, Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar. “Dia tidak kalah kalau ikut permainan anak laki-laki,” sebut Ismail.







Sementara Nina mengungkapkan, mulanya dia ingin menjadi prajurit TNI. Tapi nasib justru berkata lain, dan malah langsung lulus tes menjadi seorang Polisi Wanita dari Sekolah Kepolisian Wanita Ciputat pada Desember 2013.



“Saya memang cita-cita ingin menjadi anggota Brimob, karena saya suka tantangan,” ujarnya.



Dara Aceh kelahiran Samahani, 24 Oktober 1993 ini mulai bergabung dengan Polisi Wanita (Polwan) di Polda Aceh medio Januari 2014.



Masa awal saat orientasi menjadi polisi, Nina bertugas di Polda Aceh. Kemudian pada bulan Juni 2014 juga Nina mengajukan diri sebagai anggoa Brigade Mobil (Brimob).



Lantas Nina pun meminta kepada Kepala Detasemen (Kaden) untuk ditempatkan dalam pasukan.



Mulanya Nina hendak ditempatkan di staf biasa, namun Nina mengaku ingin ditempatkan dalam pasukan Wanteror yang memiliki tantangan.



“Saya minta sendiri masuk dalam wanteror (satuan lawan teror). Karena satuan ini penuh tantangan, itu yang buat saya sangat suka dengan ini (wanteror)," ujar dara berkulit putih ini.



Dia hanya berharap dapat dilibatkan langsung jika memang ada operasi sesungguhnya di lapangan.



“Sekarang memang belum pernah terjun langsung, karena masih baru di sini (Detasemen Gegana). Suatu saat saya ingin sekali terlibat langsung,” ungkap Nina. (*perbagaisumber)
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Selasa, 03 Februari 2015

Balas Dendam, Pria Ini Bunuh Buaya Raksasa Pemangsa Istrinya (FOTO)





Empat bulan yang lalu, Demeteriya Nabire tewas dimangsa oleh seekor buaya saat ia pergi mengambil air ke danau dekat rumahnya.



Lalu ketika reptil itu kembali lagi ke lokasi yang sama, suami Nabire telah menunggu binatang itu dan siap untuk membalas dendam.



Buaya itu menyambar Demeteriya Nabire yang sedang berada di pinggir danau dengan sekelompok wanita dari desanya, mereka tengah mengambil air dari Danau Kyoga, Uganda.



Buaya itu kemudian menyeretnya dan Nabire tidak pernah terlihat lagi.



Suaminya, Mubarak Batambuze, merasa hancur, Nabire sedang hamil saat dia meninggal, dan ia tidak hanya kehilangan istri tapi juga anaknya yang belum lahir. Dia merasa tak berdaya. Namun, kemudian pada bulan lalu ia mendengar buaya itu kembali lagi.



"Seseorang memanggil saya dan berkata, 'Mubarak, saya punya berita untuk Anda, buaya yang memangsa istri Anda ada di sini. Kami melihatnya sekarang'"



Nelayan berusia 50 tahun itu kemudian pergi ke danau dengan beberapa orang temannya. "Saya lihat hewan itu seperti monster raksasa, dan kami mencoba melawannya dengan batu dan tongkat. Tapi tidak ada yang bisa kami lakukan," katanya.



Lalu Batambuze mendatangi pandai besi setempat.



"Saya menjelaskan kepadanya bahwa saya berjuang melawan binatang buas yang telah menyambar dan membunuh istri serta bayi yang belum lahir. Saya benar-benar ingin balas dendam, dan meminta pandai besi untuk membuatkan saya tombak yang bisa membunuh buaya itu sampai mati.



"Saya merogoh uang sebesar 3,20 pound (Rp50.000) untuk membeli tombak dari pandai besi," katanya. Jumlah uang yang cukup besar untuk Batambuze, tapi ia bertekad untuk membunuh binatang yang telah menghancurkan masa depannya.



"Buaya itu memangsa sekujur tubuh istri saya. Tidak ada yang pernah melihat dia lagi. Tidak ada pakaian, tidak ada bagian tubuhnya yang bisa saya kenali. Saya hanya tidak tahu apa yang harus dilakukan.



"Saya benar-benar merasa kehilangan seorang istri dan anak yang belum lahir. Saya merasa dunia ini telah berakhir."



Berbekal tombak baru yang dirancang khusus dengan duri di satu sisi, Batambuze melompat ke dalam danau ketika buaya itu masih berada di sana.



Teman-temannya merasa ketakutan dan mengingatkan untuk tidak menyerang binatan buas itu. "Hewan itu besar sekali, dia akan memangsa kamu, tombak itu tidak cukup untuk membunuhnya, ini tidak akan menyelesaikan pekerjaan,"teman-temannya memohon



Tapi Batambuze bersikeras agar mereka menemaninya. "Saya telah gagal membunuhnya saat pertama kali," katanya kepada mereka, "Saya tidak peduli jika saya mati membunuh binatang ini. Saya akan membuat binatang ini mati dengan tombak ini."







Seorang penjaga hutan dari Wildlife Authority, Uganda, Oswald Tumanya, mengatakan buaya itu memiliki panjang lebih dari empat meter dan berat sekitar 600kg.



"Saya sangat ketakutan tapi yang membantu saya adalah tombak," kata Batambuze.



Ia mengikat seutas tali di ujung tombak sehingga begitu mata tombak berada di tubuh buaya, ia bisa menariknya dan melukai daging si buaya.



"Saya menusukkan tombak ke bagian samping tubuh buaya itu dan teman-teman saya melempari batu ke punggungnya, hewan itu kemudian membuka mulutnya dan berusaha menyerang saya.



"Pertempuran itu berlangsung sangat berat, dan kami diliputi ketakutan. Tapi saya sudah bertekad, dan saya tidak takut mati. Saya hanya ingin buaya itu mati."



Setelah satu setengah jam bertarung, buaya itu akhirnya mati.



Kelelahan, mereka berjalan kembali ke desa. "Semua orang kaget. Apa yang mengejutkan mereka adalah betapa besarnya monster itu. Bukan buaya biasa. Buaya itu sangat besar. Dan orang-orang menyebut saya serta teman-teman saya sebagai pahlawan," katanya.



Bangkai hewan itu dibawa ke Universitas Makarere di Kampala untuk diteliti oleh dokter hewan Wilfred Emneku.







Emneku mengatakan ia menemukan tulang kering di dalam perut buaya tersebut, dan meski ia yakin bahwa tulang itu milik manusia, ia tidak bisa sepenuhnya yakin.



"Setelah 12 minggu... dalam kondisi normal, sangat tidak mungkin tulang dari makanan yang sama bisa bertahan di dalam perut," kata dia.



Meski Batambuze kini menjadi selebriti di desanya, ia tetap tidak bisa memakamkan istrinya dengan layak.



"Di dalam hati, saya sangat depresi karena saya kehilangan istri dan janin yang sedang dikandungnya," tuturnya.



"Tapi warga desa di sini terus mengatakan, 'Terima kasih karena membunuh binatang itu, sungai itu adalah tempat kami mencari air dan kami yakin buaya itu akan memangsa orang lain. Terima kasih banyak, Anda telah melakukan pekerjaan yang hebat."



"Saya dianggap pahlawan di sini, orang-orang terus berterima kasih kepada saya."



BBC
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Sabtu, 24 Januari 2015

Siapa Raja Salman bin Abdul Aziz? Inilah Riwayatnya






Setelah Raja Abdullah bin Abdul Aziz rahimahullah mangkat, Dewan Kerajaan Arab Saudi mengumumkan putra mahkota Salman bin Abdul Aziz sebagai raja baru, pelayan dua tanah suci. Rencananya pembaiatan akan dilakuan 23 Januari 2015, setelah shalat isya waktu setempat di istana kerajaan di Riyadh. 





Siapakah raja baru Arab Saudi ini? Mari sejenak mengenal biografi singkat beliau.



Putra Kabilah Kuat dari Nejd




Salman bin Abdul Aziz dilahirkan pada 31 Desember 1935. Ia adalah anak ke-25 dari Raja Abdul Aziz bin Saud. Ibunya bernama Hassa al-Sudairi. Hassa dinikahi oleh Raja Abdul Aziz di awal tahun 1930-an. Saat itu Abdul Aziz menaklukkan wilayah Nejd, kemudian menikahi Hassa, wanita dari kabilah atau klan al-Sudairi salah satu kabilah terkuat di Nejd.





Di masa berikutnya, ternyata anak-anak Abdul Aziz dari klan al-Sudairi mewarisi karakter kepemimpinan dan kewibawaan kaumnya. Klan ini pun menjadi klan terkuat di lingkungan kerajaan dengan tujuh putra terbaik mereka. Mereka adalah:




  • Fahd bin Abdul Aziz (1921-2005), raja ke-5 Arab Saudi yang memerintah dari 13 Juni 1982 hingga 1 Agustus 2005.

  • Pangeran Sultan bin Abdul Aziz (1929-2011), menjabat sebagai menteri pertahanan dari tahun 1962 hingga 22 Oktober 2011 dan rangkap jabatan sebagai putra mahkota pada tahun 2005 hingga wafatnya pada 22 Oktober 2011.

  • Pangeran Abdurrahman bin Abdul Aziz (lahir tahun 1931), wakil menteri pertahanan dari tahun 1978 hingga November 2011.

  • Pangeran Nayif bin Abdul Aziz (1934-2012), menjabat sebagai menteri dalam negeri dari tahun 1975 hingga 2012, menjabat perdana menteri dan putra mahkota pada 27 Oktober 2011 hingga wafat pada 16 Juni 2012. Beliau merupakan seorang yang paling dibenci oleh al-Qaeda dan Syiah karena sikap tegasnya. Sehingga saat beliau wafat, sangat terlihat suka cita di kedua kelompok tersebut.

  • Pangeran Turki bin Abdul Aziz (lahir tahun 1934) menjabat sebagai wakil menteri pertahanan pada 1968 hingga 1978.

  • Salman bin Abdul Aziz (lahir tahun 1935), menjabat gubernur Riyad dari tahun 1963 hingga 5 November 2011, kemudian menjadi menteri pertahanan pada 5 November 2011, putra mahkota pada 18 Juni 2012 hingga 22 Januari 2015, dan sekarang menjadi raja Arab Saudi yang ke-7.

  • Pangeran Ahmad bin Abdul Aziz (lahir tahun 1942), merupakan wakil menteri dalam negeri dari tahun 1975 hingga 18 Juni 2012, kemudian menteri dalam negeri dari 18 Juni 2012 hingga 5 November 2012.

  • Berikutnya adalah Putri Luluwah, Lathifah, al-Jawharah, dan Jawahir.




Kehidupan Keluarga







King Salman

Salman bin Abdul Aziz menikah sebanyak tiga kali. Pertama, ia menikahi Sulthanah binti Turki al-Sudairi, yang meninggal pada akhir Juli 2011di usia 71 tahun. Sulthanah adalah anak dari paman ibu Pangeran Salman, Turki bin Ahmad al-Sudairi.



Dari pernikahan ini, Pangeran Salman dikaruniai 5 orang putra dan satu orang putri: Pangeran Fahd, Pangeran Ahmed, Pangeran Sultan, Pangeran Abdul Aziz, Pangeran Faisal, dan Putri Hussa.





Anaknya dari pernikahan keduanya dengan Sarah binti Faisal al-Subai’ai adalah Pangeran Saud. Anak-anaknya dari pernikahan ketiganya dengan Fahdah binti Falah bin Sultan al-Hithalayn adalah Pangeran Muhammad, Pangeran Turki, Pangeran Khalid, Pangeran Nayif, Pangeran Bandar, dan Pangeran Rakan.





Putranya, Fahd dan Ahmad telah meninggal karena serangan jantung. Anak keduanya, Sultan bin Salman, menjadi orang Arab dan anggota kerajaan pertama yang terbang ke luar angkasa pada bulan Juni 1985. Sultan bin Salman merupakan ketua Saudi Commission for Tourism and Antiques (SCTA).



Abdul Aziz bin Salman menjadi wakil menteri perminyakan sejak tahun 1995. Faisal bin Salman adalah gubernur provinsi Madinah. Muhammad, adalah penasehat pribadinya di kementerian pertahanan dan di Crown Prince Court. Turki bin Salman menjadi ketua Penelitian dan Marketing Group Arab Saudi sejak Februari 2013, menggantikan kakaknya Faisal bin Salman.





Pada bulan Agustus 2010, Pangeran Salman menjalani operasi tulang belakang di Amerika Serikat dan harus sering check up keluar kerajaan untuk pemulihan. Ia juga pernah terserang stroke sedikitnya satu kali. Meskipun sudah diterapi gerakan lengan kirinya tetap terbatas. Penyakit lainnya yang diperkirakan diderita oleh Pangeran Salman adalah Demensia dan Alzhemeir. Semoga Allah memberikan kemudahan dan kesembuhan.





Pendidikan dan Karir Politik





Sebagaimana anak-anak Raja Abdul Aziz alu Saud yang lain, Salman pun disekolahkan di sekolah khusus untuk para pangeran. Di sana ia mempelajari ilmu agama dan sains modern. Sekolah ini dibangun oleh Raja Abdul Aziz untuk memfasilitasi pendidikan anak-anaknya sebagai kader penerus kepemimpinan kerajaan. Tradisi sekolah seperti ini telah dipraktikkan oleh para khalifah Umayyah, Abasiyah, hingga kekhalifahan Utsmani.



Gubernur Riyadh







King Salman, Saudi Arabia

Salman bin Abdul Aziz diangkat menjadi gubernur Provinsi Riyadh pada tanggal 4 Februari 1963. Masa jabatannya berlangsung selama empat puluh delapan tahun, dari tahun 1963 sampai 2011.



Sebagai gubernur, ia memberikan kontribusi untuk pengembangan Riyadh dari kota menengah ke kota besar metropolitan. Ia meningkatkan pariwisata, proyek-proyek penting, dan investasi asing di dalam negaranya.





Dalam waktu 48 tahun, Pangeran Salman berhasil mengubah kota padang pasir, Riyadh, yang terisolasi menjadi kota yang dipadati gedung-gedung pencakar langit, universitas, dan jaringan makanan cepat saji.





Pangeran Salman berjuang memenuhi tuntutan ketersediaan rumah yang terjangkau dan fasilitas transportasi publik yang layak bagi empat juta penduduk kota itu. Jabatan Gubernur Riyadh ini membuat Salman sangat dikenal di dunia internasional, terutama juga karena kota ini kerap didatangi utusan internasional dan tamu-tamu VIP. Salman dengan cakap berhasil mengamankan investasi asing bagi ibu kota Arab Saudi itu. Ia juga membuka hubungan geopolitik dan ekonomi dengan Barat.





Ketika Pangeran Salman menjabat gubernur Riyadh, King Saud University di Riyadh didirikan. Sekarang universitas ini menjadi salah satu yang terbaik di Arab Saudi dan mulai diperhitungkan di dunia pendidikan tinggi internasional. Di antara kebijakan tegas yang Pangeran Salman putuskan adalah pada tahun 2011 ia mendeportasi pengemis asing dari Arab Saudi dan mengadakan program rehabilitasi di depatemen sosial bagi pengemis asli Arab Saudi. Pengemis-pengemis tersebut sengaja memanfaatkan kemurahan hati penduduk Arab Saudi.



Menteri Pertahanan







Salman King

Pada 5 November 2011, Pangeran Salman diangkat menjadi menteri pertahanan menggantikan saudara kandungnya yang menjadi putra mahkota, Pangeran Sultan bin Abdul Aziz. Pada hari yang sama, Pangeran Salman juga terpilih sebagai anggota Dewan Keamanan Nasional (NSC).





Alasan pengangkatannya sebagai menteri pertahanan karena memang ia memiliki kompetensi yang luar biasa. Pertama, sifatnya yang mengedepankan perdamaian dan diplomasi. Hal ini juga diketahui bahwa ia aktif berurusan dengan masalah internal keluarga kerajaan dan menengahi perselisihan di antara mereka. Kepandaiannya dalam diplomasi juga membuat ia disegani di kalangan suku-suku Arab Saudi.





Menurut surat kabar Asharq al-Awsat sebagaimana dikutip Associated Press, Salman dikenal memiliki hubungan yang sangat luas dengan suku-suku di Arab Saudi dan pengaruhnya semakin memperluas jaringan bisnis keluarga kerajaan. Kedua, Pangeran Salman adalah putra generasi tengah dalam keluarga kerajaan; Oleh karena itu, ia bisa mengembangkan hubungan dekat dengan kedua generasi dalam masalah sosial dan budaya.





Setelah jalan diplomasi dianggap buntu, Pangeran Salman juga tidak segan menggunakan kekuatan militer. Contohnya ketika Arab Saudi ikut terlibat secara militer dalam melakukan serangan udara terhadap ISIS pada tahun 2014 kemarin.



Putra Mahkota







Salman Prince

Pada 18 Juni 2012, Pangeran Salman diangkat sebagai Putra Mahkota Arab Saudi tak lama setelah wafatnya saudaranya, Putra Mahkota Nayif bin Abdul Aziz.



Dan sekaligus didaulat sebagai wakil perdana menteri. Pencalonannya sebagai putra mahkota dan wakil perdana menteri dianggap sebagai sinyal bahwa reformasi Raja Abdullah akan terus berkembang.





Orang-orang pun menilai bahwa Pangeran Salman mengambil pendekatan yang lebih diplomatik terhadap tokoh oposisi, berbeda dengan bangsawan Arab Saudi lainnya. Mereka juga berpendapat bahwa Pangeran Salman sama seperti Raja Abdullah, sebagian besar fokus pembangunan pada peningkatan ekonomi bukan pada perubahan politik.





Pada tanggal 27 Agustus 2012, dewan kerajaan mengumumkan Pangeran Salman bertanggung jawab atas urusan negara karena Raja Abdullah mulai sakit-sakitan. Untuk mendekatkan hubungannya dengan rakyat, Pangeran Salman meluncurkan akun twitter @KingSalman pada tanggal 23 Februari 2013.



Raja Adalah Pelayan Kota Suci




Berbeda dengan raja-raja lainnya, Raja Arab Saudi justru memiliki gelar khadim yang secara harfiayah diterjemahkan sebagai pembantu. Raja-raja Arab Saudi adalah pembantu atau pelayan dua kota suci, Mekah dan Madinah.



Raja pertama yang mengenakan gelar ini adalah Raja Fahd bin Abdul Aziz rahimahullah –kakak tertua Pangeran Salman- pada tahun 1986. Setelah Raja Abdullah bin Abdul Aziz wafat pada dini hari tanggal 23 Januari 2015, dewan kerajaan menunjuk Pangeran Salman sebagai raja baru Arab Saudi menggantikan saudara tirinya tersebut. Sebuah amanah besar dan tugas yang berat sudah menanti beliau. 





Semoga Allah memberinya taufik dan membantunya dalam mengemban amanah. Semoga melalui dirinya, Allah memberikan kemanfaatan yang besar bagi umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.



Kutipan:

– http://en.wikipedia.org

– VOA Indonesia



Sumber:

– kisahmuslim.com
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Jumat, 23 Januari 2015

Serdadu Israel Bunuh Nenek Palestina usai diberi Minum



Sedadu zionis menembak wanita tua itu di kepala dari jarak satu meter dan membiarkan dia berdarah sampai tewas.


Selama pemboman dan penyerbuan Jalur Gaza pada musim panas tahun lalu, seorang tentara Israel mendekati seorang nenek Palestina 74 tahun, bernama Ghalya Abu-Ridha untuk diberinya minum.


Setelah memberi minum, tentara itu mengajak Ghalya foto bersama dan dia menembak nenek malang itu di kepala dari jarak satu meter.


Inilah yang disaksikan Ahmad Qdeh, seorang jurnalis di Al-Aqsa TV, selama agresi Israel terakhir. 


Berdasarkan laporan Pusat Informasi Palestina, setelah itu tentara biadab ini menyaksikan Ghalya mati kehabisan darah. 


Namun juru bicara tentara Israel, Avichay Adraee, hanya memperlihatkan foto saat tentara Israel itu sedang membantu wanita tua (Ghalya) minum.


Foto yang dibagikan oleh Adraee dimaksudkan seolah untuk memperlihatkan sisi 'manusia' dari tentara Israel terhadap warga sipil di Jalur Gaza.





middleeastmonitor
Penembakan warga sipil menjadi salah satu cerita yang dilaporkan Qdeh selama agresi Israel di Jalur Gaza.


"Ghalya Ahmad Abu-Ridha tinggal di daerah Khuza'a di timur Khan Younis. Saya tinggal di daerah itu juga dan saya membuat laporan televisi tentang kisahnya setelah tentara Israel menembaknya selama agresi."


Qdeh menambahkan, selama agresi, seorang tentara Israel mendekati wanita tua dan seorang tentara lain mengambil foto saat wanita itu diberi minum.


Mereka kemudian menembak wanita tua itu di kepala dari jarak satu meter dan membiarkan dia berdarah sampai dia mati.


Ghalya lahir pada tahun 1941. Dia tinggal sendirian di sebuah ruangan dekat rumah saudara-saudaranya di lingkungan Khuza'a.


Dia tidak punya anak. Lingkungannya adalah salah satu tempat pertama yang diserang oleh tentara Israel selama agresi.


Majed Abu-Ridha, keponakan Ghalya itu, menegaskan kepada media bahwa bibinya itu tunanetra dan hampir tidak bisa melihat. Dia mengatakan bahwa tentara Israel telah berbohong tentang kemanusiaan karena telah mengeksekusi bibinya dengan darah dingin.


Ghalya, dengan tubuh yang lemah dan rambut putih, menolak untuk meninggalkan rumahnya setelah tentara Israel memerintahkan penduduk Khuza'a mengungsi.


Dia berpikir usia tuanya akan melindunginya dari target sehingga dia tinggal di rumahnya dan menolak meninggalkan daerah itu.


Pada 3 Agustus 2014, pasukan Israel mengumumkan gencatan senjata dan memungkinkan staf medis untuk mencapai daerah Khuza'a. Ghalya ditemukan tewas setelah kehilangan banyak darah akibat ditembak di kepala di dekat rumahnya.


Kakaknya menegaskan bahwa foto bersama dengan tentara Israel meyakinkan keluarga bahwa Ghalya berada di tangan tentara Israel.


Keluarga juga percaya bahwa daerah di mana Ghalya muncul di foto dan di mana ia ditemukan tewas menegaskan bahwa pasukan Israel membunuhnya setelah mengambil foto untuk media.


Profesor media di Universitas Gaza, Ahmad Al-Farra, mengatakan foto yang disebarkan juru bicara militer Israel adalah propaganda menyesatkan.


"Mereka melakukan itu untuk menampilkan potret manusiawi tentaranya. Hal ini menjadi kesempatan untuk menuntut tentara Israel sebagai penjahat perang di hadapan Mahkamah Kriminal Internasional."


Al-Farra menekankan perlunya kampanye pencerahan media untuk pergi bersama dalam pertempuran di lapangan untuk memperbaiki citra palsu yang diperlihatkan Israel tentang tentara dan agresinya.


Israel melakukan perang 51-hari di Jalur Gaza yang merenggut nyawa sekitar 2.200 warga Palestina dan melukai sekitar 11.000 lainnya. (*dream)






DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Minggu, 18 Januari 2015

Pertarungan Muhammad Ali Membela Kebaikan





Selama berkarier di dunia tinju, Muhammad Ali dikenal sebagai seorang petinju yang hobi mempromosikan dan juga memuji dirinya sendiri.




Namun di balik sosok yang tampaknya meledak-ledak tersebut, petinju yang terlahir dengan nama Cassius Marcellus Clay tersebut memiliki sisi lain dalam dirinya.





Saat negaranya, Amerika Serikat, memutuskan untuk terjun ke perang Vietnam, Ali menolak diikutsertakan ke dalam pasukan AS dengan alasan membunuh adalah hal yang dilarang dalam agamanya.





"I ain't got no cuarrel with the Vietcong," ujar Ali dalam satu frasa paling terkenal yang pernah ia ucapkan. 





Bagi Ali, orang-orang Vietnam tidak menindasnya dan tidak berlaku adil padanya, sehingga ia tak ingin pergi memerangi mereka.





Atas penolakannya tersebut, Ali ditahan dan didenda sebesa Us$ 10 ribu. 





Gelar juara miliknya juga dilepas dan petinju legendaris ini tidak lagi memiliki izin untuk bertanding hingga tahun 1970.





"Saya mendapatkan gelar Juara Dunia Kelas Berat bukan karena itu diberikan pada saya, bukan karena ras atau agama saya. Tetapi karena saya memenangkannya di ring," ujar Ali saat itu.





"Mereka yang ingin mengambilnya dan melelangnya, tidak hanya mempermalukan saya, tetapi mempermalukan diri mereka sendiri."





Raja Afrika








Penolakan Ali terhadap panggilan pasukan AS membuat karier tinjunya berada dalam titik nadir.





Ketika kembali ke dunia tinju setelah menjalani masa hukuman, Ali tidak mampu mengejar ketertinggalannya dan kalah dari rival terberatnya, Joe Frazier.





Kekalahan tersebut sempat membuat Ali kembali vakum selama satu setengah tahun, sebelum ia menantang juara dunia saat itu, George Foreman.





Pergi ke Kinshasha, Zaire (sekarang Republik Demokratik Kongo) untuk menghadapi Foreman, Ali dengan cepat mendapatkan tempat spesial di hati masyarakat Afrika.








Petinju kontroversial tersebut tidak pernah menolak rakyat Zaire yang datang kepadanya, termasuk koloni yang terkena penyakit menular, lepra.





Di sana Ali tanpa ragu berbaur dengan para penderita lepra, bahkan ia juga tanpa ragu memeluk mereka. Padahal manajer Ali saat itu, Gane Kilroy sampai mandi 10 kali saat mereka kembali.





"Jangan khawatir. Tuhan menjaga kita, kita tidak akan terkena lepra," ujar Ali menenangkan Kilroy pada saat itu.





Tak heran ketika Ali naik ke atas ring di tengah-tengah hutan Kinshasha itu, enam puluh ribu orang bersorak untuknya dan bukan untuk sang juara dunia, Foreman:





"Ali....bomaye! Ali....bomaye!" (Ali...bunuh dia! Ali....bunuh dia!), ujar mereka.




Hari itu Ali adalah raja Afrika.



Pertaruhkan Nyawa Menuju Irak







Dua puluh tiga tahun setelah menolak panggilan untuk pergi berperang, Ali kembali melakukan sebuah pertaruhan besar pada 1990.



Kali ini Ali tidak hanya mempertaruhkan karier, tetapi juga nyawanya saat ia terbang ke Irak untuk menegosiasikan pembebasan 15 warga AS yang menjadi sandera pasukan Irak dibawah pimpinan Saddam Hussein.



Saat itu Hussein memang menggunakan sandera tersebut sebagai 'perisai manusia' untuk menahan gempuran barat, setelah negaranya menginvasi Kuwait.



Pada saat itu, Hussein sempat menunda pembicaraan dengan Ali hingga lebih dari seminggu, sebelum akhirnya mereka memiliki sebuah dialog yang positif.



Ali pun berhasil 'meluluhkan hati' Hussein yang secara terbuka mengabaikan permintaan PBB dan pihak AS untuk melepaskan para sandera, dan ke-15 sandera tersebut akhirnya diperbolehkan kembali ke AS dengan selamat.



Kini setelah memenangi berbagai hal di kehidupannya, Ali akan menghadapi tantangan terakhirnya, yaitu menghadapi penyakit parkinson yang telah ia lawan selama 30 tahun.
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






73 Tahun Muhammad Ali: 5 Film Tentang Ali, Sang Petarung Ulung



Kalau saja tidak ada Muhammad Ali di dunia nyata, boleh jadi Hollywood akan menciptakan tokoh fiksi dengan karakter Ali. Seorang atlet tinju dengan kualitas kepemimpinan yang mengagumkan.



Di ring tinju, Ali adalah seorang pahlawan yang beberapa kali direndahkan namun mampu membuktikan diri menjadi pemenang. Dia juga seorang yang berbicara layaknya seorang penyair. Alih-alih berbicara kasar, tinjunya lebih sering melayang. Dia kuat, secara fisik maupun karakter.



Mungkinkah ada penulis naskah Hollywood yang mampu menciptakan karakter Ali?



Ali, yang baru saja berulang tahun ke-73 pada 17 Januari kemarin, jauh lebih luar biasa dari sebatas film. Sejumlah film berusaha merekam kehidupan Ali namun kisahnya terlalu besar untuk sebuah film.



Berikut adalah lima film tentang Ali yang dirangkum dari berbagai sumber. Tidak ada satupun film yang benar-benar mampu menampilkan sosok Ali. Akan tetapi, film-film ini mampu mengingatkan Anda tentang sosok berjulukan The Greatest tersebut.



1. The Greatest (1977)



Ali memerankan dirinya sendiri dalam film biografi ini. Film ini menceritakan kemenangan Ali dalam turnamen Olympic sebagai Cassius Clay. Ali terlahir dengan nama Cassius Marcellus Clay Jr. Dalam film ini juga diceritakan tentang keputusannya memeluk agama Islam dan mengganti nama menjadi Muhammad Ali.



Selain itu, ada juga kisah penolakan Ali terhadap rancangan Angkatan Darat dan sengketa hukum setelah gelar Juara Dunia-nya dicabut.



Dari segi sinematografi, film ini bukanlah sebuah mahakarya. Sejumlah kisah yang diceritakan dalam film kurang menyentuh kehidupan Ali. Narasi film juga tidak lebih baik daripada adegan perkelahian. Terlepas dari itu, tokoh Ali yang diperankannya sendiri telah begitu kharismatik.



2. When We Were Kings (1996)



Sebuah film dokumenter tentang Kejuaraan Pertarungan Kelas Berat di Zaire antara sang juara George Foreman dan penantangnya, si pecundang Muhammad Ali.



Film ini bukan sekadar film terbaik tentang Ali, tetapi juga mungkin film terbaik tentang tinju yang pernah ada. Disutradarai oleh Leon Gast, film ini menampilkan tentang peristiwa di balik layar pertarungan berjulukan "Rumble in the Jungle" tersebut.



When We Were Kings dinobatkan sebagai Film Dokumenter Terbaik dan meraih Piala Oscar dalam Academy Awards 1997. Selain itu, film ini juga meraih penghargaan yang sama dalam ajang Critics Choice Awards 1997. Bukan hanya itu, terdapat lima penghargaan dan empat nominasi lainnya yang diraih film ini.



3. Ali (2001)



Film biografi ini disutradarai oleh Michael Mann. Will Smith (berperan sebagai Ali) bermain sama luar biasanya dengan "The Greatest" Ali sendiri.



Film ini mencakup dekade paling penting dalam kehidupan Ali, mulai dari kekalahannya dari petinju Sonny Liston, konversi ke agama Islam, protes antiperang Ali, pengasingan panjang dari ring, hingga akhirnya kemenangan Ali melawan George Foreman yang sebelumnya mengalahkannya di "Rumble in the Jungle."



Film ini meraih dua nominasi dalam ajang Piala Oscar 2002 untuk kategori Aktor Terbaik dan Aktor Pendukung Terbaik. Selain itu, film ini memenangkan 12 penghargaan dan dinominasikan dalam sejumlah ajang penghargaan film.



4. Facing Ali (2009)



Dalam film dokumenter ini, sepuluh lawan Ali menjelaskan tentang bagaimana rasanya berhadapan dengan orang yang paling ditakuti dalam tinju kelas berat selama perjalanan kariernya, entah itu mengalahkan atau dikalahkan Ali.



Ali merupakan Juara Dunia Tinju Kelas Berat sebanyak tiga kali. Atlet-atlet tinju seperti Joe Frazier, George Foreman, Earnie Shavers, Ken Norton, Leon Spinks, dan Larry Holmes memberikan penghormatan kepada Ali untuk figurnya yang mengagumkan baik di dalam ring maupun di dunia luar pertandingan.



Facing Ali memenangkan enam penghargaan yakni dalam ajang Leo Awards 2010, Vancouver Film Critics Awards 2010, dan Vancouver International Film Festival 2010.



5. Muhammad Ali's Greatest Fight (2013)



Tidak seperti film-film terdahulu, film yang rilis kurang dari dua tahun lalu ini bernuansa politik dan sejarah yang kuat. Film ini menampilkan tentang pertarungan paling berat bagi Ali, yakni pertarungannya dengan Pemerintah Amerika Serikat.



Film arahan sutradara Stephen Frears ini menceritakan tentang salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah Amerika. Muhammad Ali's Greatest Fight adalah sebuah film tentang politik dan keangkuhan di balik Perang Vietnam dan balas dendam yang ditujukan pada atlet terbesar Amerika pada abad ke-20, Ali, karena dia menolak untuk ikut berperang dalam Perang Vietnam.



Miniseri ini dinominasikan dalam ajang Primetime Emmy Awards 2014 untuk kategori Sutradara Terpuji Miniseri, Film, atau Spesial Drama dan Film Televisi Terpuji. Selain itu, film ini juga meraih satu penghargaan dan empat nominasi pada 2014.



(vga/cnn)





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Jumat, 16 Januari 2015

Hanzala, Si Kartunis Palestina yang Dibunuh Mossad






Dunia meratap ketika dua orang bersenjata menyerbu kantor redaksi Chalrie Hebdo dan membunuh 12 orang. Di Palestina, segelintir orang mengenang Naji Salim al-Ali, kartunis yang dibunuh Mossad, agen rahasia Israel.





Situs worldbulletin.net memberitakan Naji Salim al-Ali terkenal dengan sosok kartun HANZALA, coretan pensil yang mengambarkan seorang anak usia 10 tahun berdiri tanpa alas kaki, berdiri membelakangi, dan tangan menggenggam yang melambangkan perlawanan rakyat Palestina dari satu ke lain generasi.





Al-Ali ditembak di luar kantor perwakilan Al Qabas -- surat kabar Kuwait -- di London, 28 tahun lalu.





Ia juga terkenal dengan kritik politiknya terhadap rejim Arab dan Israel, yang dituangkan di lebih dari 40 ribu kartun. Ia peka terhadap opini publik Palestina dan Arab, dan mampu menuangkannya dalam kartun.





Al-Ali ditembak tepat di pelipis pada 29 Agustus 1987. Ia tak sadarkan diri, sampai dinyatakan tewas oleh dokter.





Dari sekian banyak figur kartunnya, Hanzala -- juga dikenal dengan sebutan Handala -- adalah yang paling terkenal. Karakter Hanzala masih populer saat ini.










Ia sempat diwawancari banyak wartawan soal karakter kartunnya. Al-Ali mengatakan karakter itu mewakili dirinya saat berusia 10 tahun, atau ketika dipaksa meninggalkan tanah kelahiran dan tidak pernah kembali.





Ismail Sowan, peneliti Palestina berusia 28 tahun dan anggota PLO, ditangkap dengan tuduhan membunuh Al-Ali. Ia membantah. PLO juga mengaku tidak pernah memerintahan pembunuhan itu.





Belakangan Sowan mengaku bekerja sebagai agen ganda untuk Mossad, Badan Intelejen Israel. Ia mengaku membunuh Al-Ali atas perintah Mossad.





Margareth Thatcher, PM Inggris saat itu, bereaksi keras. Ia memerintahkan penutupan pangkalan Mossad di Istana Hijau Kensington, dan mengusir tiga diplomat Israel, salah satunya atase kedutaan.





Najim Salim al-Ali dimakamkan di pemakaman Muslim di Brookwood, di luar London. Tidak ada ratusan orang yang mengantar jenazahnya ke liang lahan. Dunia diam, termasuk koran-koran Arab.





Kini, ketika dunia meratapi pembunuhan di kantor Charlie Hebdo, orang Palestina memilih untuk mengenang Naji Salim al-Ali, ayah Hanzala -- karakter abadi perlawanan Pelestina terhadap Israel.
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Polisi Yogyakarta ini Tinggal di Kandang sapi





"Saya bersama ayah dan dua adik sudah dua tahun ini menempati bekas kandang sapi yang berukuran 4x7 meter,"



Seorang anggota Direktorat Sabhara Polda Daerah Istimewa Yogyakarta Brigadir Dua Muhammad Taufiq Hidayat (20) bersama ayah dan adiknya selama ini tinggal di sebuah kandang sapi di Dusun Jongke, Tengah, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.



"Saya bersama ayah dan dua adik sudah dua tahun ini menempati bekas kandang sapi yang berukuran 4x7 meter," katanya di Sleman, Rabu.



Ia mengaku hal itu dilakukan karena keadaan ekonomi keluarga yang kekurangan.



"Ya saya berharap setelah menjadi anggota polisi ini, lambat laun dapat memperbaiki kondisi ekonomi keluarga, dan mengubah keadaan," katanya.



Ia mengatakan sebenarnya bangunan kandang sapi yang sudah banyak rusak pada dinding dan bocor pada atapnya tersebut tidak cukup untuk ditempatinya bersama ayah dan dua adiknya.



"Apalagi pada musim hujan ini saya juga khawatir dengan kondisi tempat tinggal ini," katanya.



Polisi yang akrab disapa M Taufiq ini mengatakan terkadang dirinya juga harus berjalan kaki untuk berangkat ke tempat tugas di Mako Polda DIY yang berjarak sekitar lima kilometer.



"Ya kalau tidak naik angkutan umum ya jalan kaki pulang-pergi untuk berangkat dinas," katanya.







Sementara itu, Direktur Sabhara Polda DIY Kombes Pol Yulza Sulaiman mengatakan dirinya bangga dengan M Taufiq yang menjadi tulang punggung ayah dan dua adiknya.



"Ini kami harapkan dapat menjadi motivasi bagi rekan-rekannya," katanya.



Ia mengatakan Taufiq merupakan pribadi yang memiliki kemauan keras di tengah kondisinya yang masih memprihatinkan.



"Meski hidup dalam keprihatinan, namun Taufiq tidak pernah merasa minder di antara teman-temannya sesama anggota Direktorat Sabhara," katanya.



Menurut dia, menjadi anggota Polri adalah sebuah kebanggaan bagi M Taufiq.



"Dari kesederhanaannya, ia memiliki mimpi besar untuk dapat mengubah nasibnya dan membahagiakan keluarganya," katanya. (*ant)



(*img:tribun)
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Sabtu, 03 Januari 2015

FOTO: Motor Sport Rp54 Juta Jadi `Gerobak` Sayur






Si tukang sayur nabung selama 6 tahun untuk membeli motor sport idamannya tersebut.



Jualan sayur dengan gerobak dorong sudah biasa, dengan motor ditempel ke gerobak juga sudah biasa. Namun jualan sayur pakai motor sport itu baru luar biasa. Beragam komentar netizen ditujukan kepada Dwi sang penjual, tidak terkecuali teman-teman dan pelanggannya.



“Banyak yang komentar kalau saya ini gila, pelanggan saya juga bilang ‘nggaya’, masak tukang sayur saja naik motor balap kayak gini. Kenapa enggak sekalian pakai mobil,” ujar Dwi sambil tertawa.



Untuk memiliki motor ini, Dwi ternyata bekerja keras dan menabung selama lebih dari enam tahun untuk memperoleh sepeda motor impiannya. Meski “hanya” berjualan sayur keliling.



Sebelumnya, Dwi berkeliling jualan sayur dengan mengendarai motor besar Honda Tiger, lalu beralih menggunakan motor matik Yamaha Mio dan terakhir dengan motor sport berwarna kombinasi putih dan biru itu.



Beruntung motor kesayangannya itu tidak terlalu ribet dalam perawatan, dan termasuk irit bahan bakar. Setiap hari Dwi cukup mengisi bensin Rp 20.000 untuk berkeliling mulai dari belanja di Pasar Tegalrejo Kabupaten Magelang, lalu menemui pelanggannya kawasan Potrobangsan – Wates – Polosari – Pucangsari Kedungsari hingga kembali ke rumahnya di Jambesari Kota Magelang.



Diakui Dwi, setiap hari ia mengantongi laba Rp 250.000 dari berjualan sayur-mayur keliling di Kota Magelang. Nominal tersebut dinilai lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya.



“Setiap hari saya nabung Rp 20.000 dari jualan sayur keliling. Setelah terkumpul dan mendapat pinjaman dari saudara, saya belikan motor ini. Saya beli kontan,” ujar Dwi.



Ayah dari Evan Faiz Vavian (9) itu mengaku sudah lama bercita-cita ingin memiliki sepeda motor yang biasa dipakai untuk balapan. Harganya yang selangit, sekitar Rp 54 juta, membuat ia prihatin dan bekerja keras menyisihkan penghasilannya setiap hari.



Bahkan dia juga rela berjualan nasi goreng pada malam hari setelah berkeliling berdagang sayur pada pagi-siang harinya. Dwi berjualan nasi goreng dibantu sang Istri, Siti Aisyah, di sekitar rumahnya di Kampung Jambesari, Kelurahan Wates, Kota Magelang, Jawa Tengah.



Sejak kecil Dwi memang sudah terbiasa bekerja mencari penghasilan sendiri. Dwi mengaku tidak rendah diri meski hanya mampu menamatkan sekolah menengah pertama (SMP) saja.



“Meski pendapatan pas-pasan tetapi kalau cermat mengaturnya pasti bisa mencukupi kebutuhan. Uang yang saya dapat tiap hari saya bagi-bagi sesuai pos kebutuhan, misalnya untuk beli bensin per hari, jatah istri per hari, bayar sekolah anak, termasuk bayar utang, dan sebagainya,” ucap Dwi. (*awanjakarta)



Sumber foto: Facebook/Arif Subkhan


























DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.