Tampilkan postingan dengan label America. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label America. Tampilkan semua postingan

Kamis, 26 Februari 2015

Samantha, Perjuangan Wanita Berjilbab Hadapi Diskriminasi di AS





Kasus ini melibatkan perempuan Muslim, Samantha Elauf (17 tahun) ketika ia melamar pekerjaan di sebuah toko di Tulsa, Oklahoma tahun 2008.



Mahkamah Agung (MA), Amerika Serikat (AS), memberikan dukungan kepada seorang wanita yang dipecat oleh tempat kerjanya lantaran mengenakan jilbab.



Samantha Elauf, merupakan seorang wanita muslim, yang bekerja di perusahaan retailer pakaian, Abercrombie & Fitch. Namun ia kemudian dipecat oleh perusahaan tersebut, karena ia mengenakan jilbab.



Abercrombie & Fitch selama ini dikenal sebagai retailer pakaian yang memiliki staf penjualan berpakaian seronok. Bagi pegawai pria, mereka bertelanjang dada, sementara pegawai wanita mengenakan pakaian yang seksi.



Mereka memberikan persyaratan bagi staf penjual mereka untuk dapat menyesuaikan diri dengan "gaya Abercrombie", yang mereka difinisikan sebagai "gaya klasik perguruan tinggi Pantai Timur".



Pihak perusahaan tidak memperkenankan para karyawannya mengenakan "topi" apapun pakaian berwarna hitam, namun syal tidak secara eksplisit dilarang.



Dan setiap pegawai yang memakai pakaian yang berbeda dengan yang sudah ditetapkan saat mereka bekerja, maka mereka terancam akan dikenai tindakan disipliner, termasuk pemecatan, karena hal itu dituding akan berdampak negatif terhadap citra perusahaan, merek dan penjualan.



Merasa haknya telah dilanggar, Samantha diwakili oleh Komisi Persamarataan Kesempatan Bekerja (EEOC), sebuah badan pemerintah federal AS, menggugat Abercrombie.



Sejumlah hakim MA AS, seperti dikutip dari USA Today, Kamis (26/2/2015), menilai para petinggi Abercrombie jelas tidak memahami jilbab, yang merupakan atribut keagamaan.



Mereka menepis pembelaan Abercrombie, yang menyatakan bahwa jilbab bertentangan dengan peraturan perusahaan mereka, yang tidak memungkinkan karyawan memakai topi.



"Alasan bahwa ia ditolak karena anda berasumsi dia akan melakukan hal ini setiap hari, dan satu-satunya alasan mengapa ia akan melakukannya setiap hari karena dia memiliki alasan agama," ujar hakim Samuel Alito.



Kuasa hukum Samantha mengatakan bahwa kliennya dilindungi oleh Undang-undang Hak Sipil 1.964 yang melarang siapa pun menolak seseorang bekerja berdasarkan agama mereka, kecuali sang pemberi kerja tidak dapat mengakomodasi keyakinan agama seseorang tanpa dampak negatif bagi bisnis.



USAToday

Sabtu, 14 Februari 2015

Erdogan Cerca Obama Bungkam Tragedi Chapel Hill



Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang memilih bungkam soal terbunuhnya tiga mahasiswa Muslim di North Carolina.



Saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Meksiko, Kamis, Erdogan menilai bungkamnya Obama, Wakil Presiden Joe Biden, dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry terlalu "nyaring" dan mereka seharusnya mengambil sikap setelah kekejian tersebut terjadi. (Standar Ganda Media Barat Pembunuhan Chapel Hill)



"Jika Anda tetap diam menghadapi insiden seperti ini, dan tidak membuat pernyataan sama sekali, dunia akan diam terhadap Anda," kata Erdogan yang mengirim sinyal hubungan antara dirinya dan Gedung Putih sedang memburuk.



Tiga mahasiswa Muslim yang aktif berkontribusi terhadap aksi sosial telah ditembak di kondominum mereka yang berjarak 3 km dari kampus Universitas North Carolina, Selasa waktu setempat. (Bunuh 3 Mahasiswa Muslim, Pria Biadab AS ini seorang Ateis)



Pihak kepolisian mengindikasikan pembunuhan ini dilatarbelakangi kedengkian pelaku terhadap korban yang beragama Islam.



Seperti dikutip dari laman jaringan TV Al Jazeera, Gedung Putih memilih untuk menunda berkomentar hingga investigasi polisi rampung.



Pasangan pengantin baru Deah Barakat (23) adalah mahasiswa kedokteran gigi Universitas North Carolina. Sementara istrinya Yusor Mohammad Abu-Salha (21) dan saudarinya Razan Mohammad Abu-Salha (19) yang juga mahasiswa di kampus yang sama, telah ditembak mati oleh tetangganya yang bernama Craig Stephen Hicks (46).



Meskipun Turki adalah mitra kunci Amerika dalam memerangi ISIS, Erdogan belakangan kian tegas menyampaikan protes terhadap bergulirnya Islamophobia di Barat.



Tahun lalu, Erdogen mengatakan hubungannya dengan Obama telah menegang dan Erdogen tidak lalu berbicara dengan Obama karena kecewa Amerika tidak banyak membantu negeri tetangga Suriah yang sedang dilanda perang.



Erdogan memilih bicara dengan Joe Biden untuk membahas isu-isu seperti Irak.



(*Antara)





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Kamis, 12 Februari 2015

Ribuan Orang Kenang Tiga Muslim Korban Penembakan di AS



Lebih dari 2.000 orang menghadiri aksi solidaritas mengenang tiga mahasiswa Muslim korban penembakan di Universitas North Carolina, Chapel Hill, California, pada Rabu malam (11/2). Ketiganya ditembak mati oleh Craig Stephen Hicks, 46, yang langsung menyerahkan diri pada polisi.


Diberitakan WSLS, di antara yang hadir malam itu adalah para pejabat pemerintahan, kampus, keluarga, kerabat dan kawan-kawan dari Deah Shaddy Barakat, 23, Yusor Mohammad, 21, dan Razan Mohammad Abu-Salha, 19, ketiganya adalah mahasiswa Universitas North Carolina, UNC.


Salah seorang petinggi UNC Carol Folt tidak sanggup menahan tangis saat berbicara di acara tersebut. Dia mengatakan bahwa peristiwa Rabu itu adalah "salah satu yang paling menyedihkan dan paling tidak saya mengerti sepanjang hidup saya."


Dalam aksi tersebut, keluarga dan kerabat melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran dan membacakan puisi serta kisah hidup ketiga korban.


"Saya telah berada di sini selama sembilan tahun dan telah menghadiri banyak acara kenangan untuk menggalang dukungan, sesuatu yang dibanggakan institusi ini. Saya tidak menyangka suatu saat akan menghadirinya untuk saudara saya," kata kakak perempuan Barakat, Suzanne Barakat.


Ketiga korban tewas ditembak di kepala oleh Hicks. Polisi menduga motif pembunuhan ini adalah perkelahian terkait lahan parkir. Namun hal ini dibantah oleh keluarga yang mengatakan bahwa ini adalah insiden kebencian terhadap Muslim.







Hicks sendiri dikenal seorang ateis dan mengecam semua agama di akun Facebooknya. Ibunda Barakat mengaku berbesar hati dan menanggapi pembunuhan putranya dengan kasih sayang.


"Dia tewas karena kejahatan berlandaskan kebencian dan dia tidak pernah meninggalkan warisan kebencian. Kami tidak akan meresponnya dengan kebencian lagi. Kami meresponnya dengan cinta. Dengan kedamaian, dengan pengampunan. Itu adalah cara Deah," kata Layla Barakat.


Salah satu kawan Razan menangis saat berbicara soal rencana mereka menghadiri kelas bersama di UNC.


"Setelah kami diterima, Deah dan Yusor membelikan saya baju hangat fakultas kedokteran gigi Caroline, sehingga kami bisa mengumumkannya bersama. Dua hari kemudian, Razan mengirimkan saya gambar dirinya memakai baju hangat yang sama, tidak sabar untuk masuk kelas," kata dia.


Barakat lulusan SMA Broughton di Raleigh, sementara Yusor dan Razan lulus dari SMA Athens Drive di kota yang sama. Setelah lulus SMA, ketiganya melanjutkan pendidikan di North Carolina.







Petinggi UNC lainnya, Randy Woodson mengatakan Razan adalah mahasiswa tahun kedua di kampus tersebut, sementara kakaknya, Yusor, telah lulus pada Desember 2014, sedangkan Bakarat lulus Mei 2013.


Ketiganya dikenal sebagai mahasiswa yang murah hati. Barakat bahkan saat ini tengah menggalang dana untuk mendirikan pos perawatan gigi bagi pengungsi Suriah di Turki.


"Di saat kita berduka atas kehilangan yang tragis ini, kita juga terinspirasi saat melihat seberapa besar pencapaian yang diraih para pemuda ini di kehidupan mereka yang singkat. Di dunia yang kian individualistik, kehidupan mereka menjadi contoh bagi pemuda di seluruh dunia. Deah, Yusor, dan Razan menunjukkan seberapa pentingnya melayani sesama," kata Abed Ayoub dari United Muslim Relief.


Acara yang sama rencananya juga akan digelar di Washington, D.C., New Jersey, California, Texas, Michigan, Florida, Charlotte, North Carolina.


sumber: CNN international





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Sabtu, 31 Januari 2015

Castro ajukan 3 syarat Mutlak jika AS mau Mesra dengan Kuba, salah satunya Guantanamo





Pengembalian Teluk Guantanamo adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi


Presiden Kuba Raul Castro menindaklanjuti kesepakatannya dengan Amerika Serikat (AS) untuk memperbaiki hubungan kedua negara.



Rabu waktu setempat (28/1) Raul Castro menyebutkan tiga syarat mutlak yang harus Washington penuhi dalam proses normalisasi. Salah satunya adalah mengembalikan Teluk Guantanamo ke pangkuan Kuba.



Di hadapan para pemimpin negara Amerika Latin dan Kepulauan Karibia, Castro mengatakan bahwa pengembalian Teluk Guantanamo adalah syarat mutlak yang harus Washington penuhi.





Dia juga mendesak pemerintahan Presiden Barack Obama untuk mencabut embargo dagang yang sudah lima dekade berlaku di Kuba. Syarat terakhir adalah menghapus Kuba dari daftar negara pendukung terorisme.



"Kuba dan AS akan segera terhubung lagi secara diplomatik. Tapi, jika syarat-syarat yang kami ajukan tidak dipenuhi, segenap upaya menuju normalisasi sia-sia," ungkap Castro.



Rencananya, Kuba segera kembali membuka kedutaan besar di Washington. AS pun akan mengaktifkan lagi kantor perwakilannya di Havana.



Terkait dengan normalisasi hubungan Kuba dan AS, Fidel pun memberikan restunya.



"Tidak percaya pada kebijakan AS bukan berarti tidak mendukung solusi damai untuk konflik kedua negara. Kami akan selalu mengutamakan kerja sama dan persahabatan dengan semua negara di dunia, termasuk musuh politik kami," tandas tokoh 88 tahun yang mundur dari kursi presiden pada 2008 itu. (AP/AFP)





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Rabu, 28 Januari 2015

Takut hari Kiamat, Satu Keluarga di AS Bunuh Diri



Lima orang dalam satu keluarga di Springville, negara bagian Utah, AS, Selasa (27/1) ditemukan tewas misterius. Indikasi awal menyebutkan mereka khawatir Hari Kiamat segera datang.



Situs cnn.com melaporkan suami-istri Benjamin dan Kristi Strack ditemukan tewas di tempat tidur. Di lantai, tak jauh dari keduanya, berbaring tak bernyawa tiga anak mereka berusia antara 11 sampai 14 tahun.



Polisi tidak menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh seluruh anggota keluarga itu. Ada cairan dalam cangkir yang kini masih diteliti.



Kesimpulan awal penyelidikan polisi menyebutkan suami-istri itu, bersama anak-anak mereka, bunuh diri. Benjamin dan Kristi menenggak obat-obatan dosis racun, dan memberikan metadon pengganti heroin kepada dua anak mereka yang lebih muda.



Benson, anak keduanya yang berusia 14 tahun, juga menenggak obat-obatan dosis beracun.



Yang menjadi pertanyaan adalah apakah seluruh dari tiga anak itu sepakat bergabung dalam aksi bunuh diri kedua orang tua mereka, atau mereka bertiga -- atau salah satunya -- dipaksa.



Jika kesimpulan ini terbukti, muncul pertanyaan lain; mereka melakukan tindakan nekad ini?



Pernyataan J.Scott Finlayson, kepala polisi Sprinville, menyebutkan suami-istri Benjamin dan Kristi khawatir akan datangnya hari kiamat.



Kesimpulan ini muncul setelah polisi mewawancarai teman-teman dan kerabat Strack. Jadi, menurut Finlayson, motif bunuh diri ini adalah tema cukup umum di AS.



Beberapa teman keluarga Strack yakin Benjamin dan Kristi percaya kematian adalah perpindahan hidup. Mereka memilih menjalani hidup di alam lain.



Namun, dari hasil penggeledahan di rumah keluarga itu, polisi tidak menemukan petunjuk keluarga itu terlibat dalam satu perkumpulan keagamaan. Setidaknya, semacam sekte Hari Kiamat.



Polisi hanya menemukan notebook dengan tulisan sebelum keluarga itu pergi berlibur, yaitu meminta seseorang memberi makan hewan peliharaan mereka. Tidak ada catatan rencana bunuh diri.



Yang menarik adalah Benson menuliskan catatan tentang kematian. Kepada rekannya dia menulis dirinya bisa mati, dan akan mewariskan harta pribadinya.



"Hanya ini indikasi yang menguatkan keluarga ini telah merencanakan aksi bunuh diri massal," ujar polisi.



Peneliti menyimpulkan Benson sudah tahu akan mati, dan terpengaruh kepercayana apokaliptik orang tuanya. Dua adiknya; Emery dan Sion Strack, mungkin terlalu muda untuk tahu. Merkea berusia 11 dan 12 tahun.



Hasil otopsi menyimpulkan penyebab kematian anak-anak adalah metadon dan diphenhydramine dosis lebih.



Kristi, berusia 36, keracunan obat metadon, dextrorphan, diphenhydramine dan doxylamine, yang ditenggak bersamaan. Benjamin Strack, berusia 37, keracunan heroin tingkat tinggi.



sumber: cnn.com



DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.