Tampilkan postingan dengan label Konspirasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Konspirasi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 07 Maret 2015

Snowden: “AS Tekan 21 Negara Tolak Suaka Saya”





Sebelum menjadi kontraktor di Otoritas Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA), Edward Snowden merupakan agen CIA yang menyamar di Jenewa, Swiss, dan mengaku ingin kembali ke sana. Namun, Snowden mengaku curiga Swiss tidak akan memberikan suaka padanya karena ditekan oleh AS.


Hal ini diungkapkan langsung oleh Snowden dalam acara penayangan film "Citizenfour" yang mengangkat kisah kehidupannya ketika membocorkan program mata-mata pemerintah AS di Jenewa. Mengejutkan pengunjung, Snowden yang tidak dijadwalkan hadir tiba-tiba muncul melalui sambungan video langsung dari Moskow, Rusia, tempat Snowden menetap sekarang.


"Saya ingin kembali ke Swiss. Beberapa kenangan favorit saya berasal dari Jenewa. Itu adalah tempat yang indah," ujar Snowden kepada pengunjung Festival Film dan Forum Internasional tentang Hak Asasi Manusia di Jenewa pada Kamis (5/3), seperti dikutip Sputnik, Jumat (6/3).


Rusia adalah satu-satunya negara yang memberikan suaka politik kepada Snowden sejak ia membocorkan ribuan dokumen rahasia kepada media yang ia peroleh saat bekerja untuk perusahaan konsultan Booz Allen Hamilton pada 2013. Namun, Snowden menyiratkan keinginannya untuk tinggal di negara non-partisan.


"Saya pikir Swiss akan menjadi pilihan politik yang baik karena (negara) ini memiliki sejarah netral," ucapnya.


Sejak AS menahan paspornya, Snowden telah mengajukan suaka ke 21 negara yang mayoritas terletak di pusat dan barat Eropa. Sayangnya, menurut Snowden, tak ada satupun yang menyetujuinya.


Snowden menuding AS melakukan intervensi politik di balik penolakan ini.


Pada 2014, seorang jaksa pemerintah Swiss mengajukan gagasan bahwa Snowden akan mendapatkan jaminan perjalanan jika ia setuju untuk membantu mengidentifikasi program AS mata-mata di negara itu. Namun, menurut data yang diperoleh Reuters, Swiss tak akan mengekstradisi Snowden ke AS dan tidak memberikan suaka politik.


"Masih ada kehadiran spionase aktif AS di Swiss. Saya pikir itu juga ada di negara-negara lainnya," ungkapnya.


Sebelumnya, pada Selasa (3/3) lalu, Snowden menyatakan kesiapannya untuk kembali ke AS dengan syarat ia mendapat pengadilan yang adil dan tak memihak.


Pengacara Snowden, Anatoly Kucherena, mengatakan Snowden sejauh ini telah menerima jaminan dari Jaksa Agung Eric Holder bahwa ia tidak akan menghadapi hukuman mati. Namun, Snowden juga menginginkan jaminan akan “hukum dan peradilan yang tak memihak.”


Pengadilan semacam itu, menurut penasihat hukum Snowden, berarti dia tidak akan menghadapi tuntutan di bawah Undang-Undang Spionase, hukum era Perang Dunia I yang digunakan untuk mendakwa whistleblower Pentagon Papers, Daniel Ellsberg.


Namun, harapan itu pupus ketika sehari setelahnya Snowden mengungkapkan bahwa AS tidak menawarkan itu kepadanya.


"Satu-satunya hal yang mereka katakan pada titik ini adalah mereka tidak akan mengeksekusi saya, yang berarti tidak sama dengan pengadilan yang adil," kata Snowden.


Dalam acara pemutaran film tersebut, Snowden menerima banyak dukungan. Salah satunya dari perwakilan Amnesty International, Sherif Elsayed-Ali yang berkata, "Edward Snowden tak diragukan lagi adalah whistleblower yang harus dilindungi. Ia bahkan tidak seharusnya diadili karena apa yang ia lakukan adalah untuk menyorot tindakan pemerintah yang melewati batas dan hal itu tidak seharusnya terjadi."


CNN International

Dituduh Bunuh Pemimpin Oposisi, Rusia Tangkap 4 Warga Muslim Chechnya





Pemerintah Rusia menangkap empat pria dari Chechnya yang dituduh menembak mati seorang tokoh pemimpin oposisi terkemuka, Boris Nemtsov, Sabtu (7/3) kemarin.



Seperti informasi media pemerintah Rusia, Boris Nemtsov, merupakan salah satu kritikus yang paling vokal terhadap Presiden Vladimir Putin. Nemtsov tertembak peluru di bagian belakang saat berjalan dengan pacarnya di Kremlin dekat sebuah jembatan Moskow pada akhir Februari.



Sebuah video surveillance menunjukkan seseorang melesat dari trotoar dan masuk ke mobil terdekat setelah Nemtsov jatuh.



Direktur Dinas Keamanan Federal Alexander Bortnikov yang dikutip melalui media Rusia, Presiden Putin telah diberitahu tentang penangkapan seseorang yang berhubungan dengan kematian Nemtsov.



Anzor Gubashev dan Zaur Dadayev, Bortnikov mengatakan itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi tentang penangkapan dua tersangka itu.



Bortnikov mengatakan mereka yang ditahan berasal dari wilayah selatan Kaukasus Utara, yang selama bertahun-tahun telah menjadi ajang kerusuhan dan pemberontakan terhadap Moskow.



"Keempat tersangka adalah etnis Chechen," kata Barahoev.



Putri Pemimpin oposisi terbunuh itu, Zhanna Nemtsova, mengatakan kepada CNN pihaknya tidak terkejut terhadap keduanya pembunuh yang berasal dari Kaukasus asal.



"Itu bisa ditebak," singkat dia.



Nemtsova mengatakan satu-satunya hal yang dia tahu tentang penangkapan itu berasal dari laporan media, karena pemerintah tidak menghubunginya secara langsung.







Kemudian Sabtu, pejabat penegak hukum selatan Rusia mengatakan kepada kantor berita RIA Novosti bahwa pemerintah menangkap dua orang. Kedua orang itu ditangkap di republik selatan Ingushetia, kata Albert Barahoev, sekretaris Dewan Keamanan Ingushetia, menurut RIA Novosti.



Meski begitu, kedua tersangka yang ditangkap tidak disebutkan namanya, tapi salah satu dari mereka merupakan sopir Dadayev, dan orang lain adalah adik Gubashev, seperti yang dilansir berita CNN.



Setelah penembakan Nemtsov Putin menyalahkan ekstremis dan pengunjuk rasa yang katanya berusaha untuk membangkitkan perselisihan internal di Rusia. Banyak simpatisan oposisi dan orang-orang terdekat dengan Nemtsov yang menuding Putin dan pemerintah Rusia yang dipimpinnya.



Mereka mencatat bahwa Nemtsov, wakil perdana menteri di bawah mantan Presiden Boris Yeltsin adalah orang baru yang masuk dalam daftar lawan Putin telah dibunuh atau dipenjarakan.



Nemtsov juga telah ditangkap beberapa kali untuk berbicara menentang pemerintah. Dalam wawancara TV pertamanya sejak kematian ayahnya, Nemtsova mengatakan saham CNN Putin menjadi tanggung jawab politik atas pembunuhan ayahnya. Dia berbicara kepada khalayak melalui televisi dari Jerman. "Saya tidak percaya pada penyelidikan resmi," katanya, Sabtu.

Alasan Cegah Radikalisme, Rezim Mesir Tutup 27.000 Masjid





Pemerintah Mesir menutup 27 ribu masjid di seluruh negeri, sebagai upaya yang mereka sebut "memerangi radikalisme".



Al Monitor melaporkan penutupan ini merupakan eksekusi keputusan Pengadilan Mesir 18 Februari 2013 dan keputusan Kementerian Wakaf.



Setiap mushola yang besarnya kurang dari 80 meter persegi diperintahkan ditutup, dengan alasan untuk "melindungi generasi muda dari ekstremisme dan radikalisme".



Warga juga dilarang seenaknya mewakafkan tanah untuk masjid atau mushola di lingkungannya.



Keputusan ini dipastikan akan membuat banyak desa kecil di sekujur Mesir kehilangan masjid, karena rata-rata masjid di desa-desa berukuran kurang dari 80 meter persegi.



Penentang keputusan ini mengatakan alih-alih memerangi radikalisme, pemerintah Mesir sebenarnya sendang menyugurkan ekstremisme. Pengajaran agama dipastikan akan berpindah dari masjid desa ke rumah-rumah.



Di sisi lain, menurut penentang keputusan ini, masjid lokal tidak cukup mampu menampung jamaah shalat Jumat. Akibatnya, jamaah meluber ke jalan-jalan.



Di desa-desa, ketiadaan mushalla dan masjid kecil akan membuat masyarakat kehilangan tradisi shalat berjamaah.



Ahmed Karimen, profesor Syariah Universitas Al-Azhar, mendukung keputusan ini. Menurutnya, shalat Idul Fitri, Shalat Jumat, Shalat Idul Adha, harus dilakukan di masjid, bukan mushalla.



Tempat ibadah lingkungan, di bangunan apartemen, bangunan komersial, dan pabrik, juga dilarang, untuk mengurangi pengaruh radikalisme.



Pada saat sama, Kementerian Wakaf juga memberikan 400 sertifikat mengajar kepada ulama Salafi tanpa perlu tes orasi. Padahal, pemerintah Mesir kerap menuduh ulama Salafi menyebarkan ekstremisme.



Al Monitor menulis perubahan tiba-tiba, dengan memberikan sertifikat kepada ulama Salafi, mencerminkan kebingungan pemerintah Presiden Abdel Fatah el-Sisi menghadapi situasi saat ini.



AL-MONITOR

Selasa, 03 Maret 2015

Lobi Yahudi AIPAC Provokasi Amerika Serikat






Perdana Menteri Israel dan bos tim lobi Yahudi Benjamin Netanyahu berpidato di depan Kongres hari ini, namun para legislator AS diteriaki gerombolan pelobi pro-Israel yang memperingatkan Capitol Hill tentang ancaman tunggal: Iran.





Ribuang anggota AIPAC, Komite Hubungan Masyarakat Israel Amerika, memenuhi Kongres, sebagai langkah keras berikutnya setelah pidato provokatif Netanyahu yang menyebutkan dia terlalu ingin menekankan perlunya menghentikan program nuklir Iran.





Mereka akan mengerumuni para senator dan wakil rakyat baik dari kubu Demokrat yang skeptis maupun dari kubu Republik yang mendukung mereka, dengan mendesak legislator AS itu agar memperluas sanksi kepada Iran di tengah perundingan mengenai pembatasan kapasitas nuklir Iran.





"Iranlah yang menjadi satu-satunya fokus mereka," kata Cesar Degracia-Morales (27) dari Texas kepada AFP sehari sebelum dia menyambangi Capitol Hill.





"Saya berharap upaya lobi besok akan mencapai apa yang kita inginkan, yakni sanksi yang lebih luas kepada Iran, sehingga kami bisa menggunakannya sebagai deteren untuk menghentikan program nuklir mereka."





Tujuannya tetap sulit dipahami. Mengencangkan jerat ekonomi kepada Iran di tengah perundingan internasional untuk mengendalikan program nuklir Teheran ditentang sekali oleh Presiden Barack Obama yang menurut sang presiden malah akan memaksa Iran meninggalkan meja perundingan.





Dia ditekan untuk memveto legislasi semacam itu, termasuk sebuah RUU bipartisan yang disponsori oleh senator Mark Kirk dan Robert Menendez.





Para pendukung RUU ini mengaku akan tetap menunggu sampai setelah 24 Maret sebelum pemungutan suara. Kongres tengah masuk reses pada pekan terakhir Maret ini, dan negara-negara besar serta Iran diberi waktu sampai 31 Maret untuk menelurkan kerangka politik untuk sebuah kesepakatan nuklir.





Itu membuat AIPAC, yang menjadikan penghentian program nuklir Iran sebagai prioritas utama selama satu dekade, sebagai jendela yang penting.





Pada Minggu para pemimpin lobi Yahudi berkata kepada 16.000 orang yang hadir di sebuah pusat konvensi selapang stadion, menuntut Kongres diizinkan untuk mengkaji ulang segala kesepakatan final menyangkut Iran.





Iran secara ideologis didorong untuk menguasai senjata nuklir dan hanya tekanan dramatis yang bisa memaksa mereka untuk menyerah, kata Direktur Eksekutif AIPAC Howard Kohr.





Kalah telak





AIPAC menguasai hampir seluruh kebijakan AS menyangkut Timur Tengah. Namun dalam 18 bulan terakhir sayap lobi mereka mengalami dua kekalahan telak.





Pada September 2013 kelompok lobi Yahudi ini mendukung rencana Obama menyerang Suriah sebagai jawaban atas penggunaan senjata kimia oleh Presiden Bashar al-Assad, namun Kongres tidak sepakat. Kemudian bulan lalu, menghadapi penentangan dari Obama, sebuah RUU sanksi kepada Iran dukungan AIPAC ditangguhkan.





Langkah lobi tahunan AIPAC tetaplah merupakan salah satu dari lobi paling terorganisir dan efektif di AS, kata sejumlah wakil rakyat yang melibatkan para aktivis pada rekomendasi kebijakan dari kelompok Yahudi.





"AIPAC telah menjadi kekuatan pendorong yang paling agresif dalam mengedukasi anggota-anggota Kongres," kata anggota DPR dari Republik, Mario Diaz-Balart, kepada AFP.





"Lobi ini unik, dan berdampak," sambung anggota DPR dari Demokrat, Marc Veasey. "AIPAC menunaikan kerja yang fantastis dalam menginformasikan dan melibatkan."





Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri Ed Royce berkata kepada AFP dia mempersenjatai para pelobi AIPAC dengan sebuah surat yang dia tulis kepada Obama yang menyebutkan bahwa dia dan anggota top komisi itu dari kubu Demokrat, Eliot Engel "dipersiapkan untuk mengevaluasi setiap kesepakatan" mengenai serangan AS kepada Iran dengan menjamin AIPAC akan "menutup setiap jalur menuju bom."





Selasa waktu setempat ini AIPAC akan sekali lagi mencoba, melalui jaringan pelobinya, untuk membawa aspirasi mereka kepada para wakil rakyat.





Penasehat Keamanan Nasional AS Susan Rice sempat memperingatkan AIPAC untuk mengambil pendekatan yang lembut dan memberi kesempatan negosiasi krusial bekerja efektif tanpa melibatkan Kongres.





Namun manakala dia sadar dihadapkan pada sebuah kumpulan besar (lobi Yahudi) Senin waktu AS dia pun berubah 180 derajat dengan berkata "kita memang semestinya menerapkan sanksi (kepada Iran) dan menyingkir". Setelah mengucapkan kata-kata ini Rice pun mendapat tepuk tangan.



ANTARA

CCTV Mati Pembunuhan Boris Nemtsov Direncanakan





Setelah pemimpin oposisi Rusia, Boris Nemtsov ditembak mati di Moskow mulai muncul sejumlah kejanggalan. Kejanggalan itu muncul dari kesaksian model cantik Ukraina, Anna Duritskaya yang juga pacar Nemtsov dan matinya kamera CCTV di lokasi Nemtsov dibunuh.



Anna yang berada di samping “musuh politik” Putin saat sekarat secara mengejutkan mengaku bahwa dia tidak melihat sosok penembak Nemtsov. Pengakuan janggal ini muncul setelah dia diinterogasi nyaris tanpa henti oleh aparat keamanan Rusia sejak Nemtsov dibunuh.



Anna juga dilarang pulang ke Ukraina untuk bertemu ibunya sejak Nemtsov dibunuh. Hal itu memicu spekulasi bahwa Anna “sedang diatur” pemerintah Kremlin untuk tidak buka mulut atas kejadian itu.



Berbicara kepada stasiun televisi pro-oposisi Rusia, Rain TV, Anna hampir menangis ketika mengatakan, bahwa dia dipaksa untuk menjalani interogasi tanpa henti. Ketika ditanya siapa yang membunuh Nemtsov, Anna menjawab; ”Saya tidak tahu siapa yang melakukannya.”.



”Saya tidak ingin menjawab pertanyaan tentang situasi di jembatan (lokasi pembunuhan Nemtsov), saya tidak ingin membicarakannya,” kata Anna.



”Hal ini tidak dilarang (pemerintah Rusia) untuk saya, tapi kondisi psikologis saya sangat sulit untuk sekarang dan saya tidak bisa bicara lagi tentang hal itu. Saya tidak merasa baik,” ujarnya, seperti dilansir Daily Mail, semalam (2/3/2015).







Anna bersama Boris Nemtsov berjalan di pusat Kota Moskow usai makan malam, Jumat pekan lalu. Di tengah perjalanan, pada tengah malam, Nemtsov ditembak empat kali di punggungnya.



“Saya tidak melihat seorang laki-laki. Ketika saya berbalik, saya hanya melihat mobil warna cerah, tapi saya tidak melihat merek, bukan jumlah mobil yang meninggalkan (lokasi kejadian),” imbuh Anna.







Sementara itu, kejanggalan juga muncul dari kamera CCTV yang terpasang di Moskvoretsky Bridge Bolshoi, di mana Nemtsov ditembak mati. Kamera CCTV itu tidak berfungsi. Menurut surat kabar Kommersant, kamerea CCTV itu entah kabur, hilang atau mungkin sedang dimatikan.



Presiden Rusia, Vladimir Putin sendiri menegaskan, Nemtsov bukan ancaman baginya. Putin bahkan bersumpah untuk menangkap pembunuh Nemtsov dan mengadilinya.



DAILYMAIL | SNDO

Jumat, 27 Februari 2015

Bocoran Dokumen Rahasia Intelijen: “Obama Ancam Palestina”





Bocoran dokumen intelijen Afrika Selatan mengungkapkan bahwa Presiden Amerika Serikat Barack Obama sempat "mengancam" Presiden Mahmoud Abbas untuk menghentikan upaya pengakuan Palestina di PBB tahun 2012 silam.



Dalam ratusan bocoran dokumen yang diperoleh media Al Jazeera dan The Guardian terdapat laporan soal memo yang diserahkan agen intelijen Palestina pada koleganya di Afsel soal percakapan telepon antara Obama dan Abbas.



Pada memo soal percakapan tanggal 22 November 2012 itu, Obama disebut telah menelepon dan "mengancam" Abbas untuk tidak melanjutkan upaya di PBB. Disebutkan selanjutnya, Abbas tidak takut dengan ancaman tersebut dan "bersikeras untuk tetap maju". Tidak disebutkan ancaman seperti apa yang dilancarkan Obama.



Abass tetap melanjutkan upaya pengakuan kedaulatan Palestina dan mendapatkan keanggotaan di badan kebudayaan PBB, UNESCO. Langkah ini berujung pada naiknya status Palestina di PBB dari "entitas" menjadi "negara pengamat non-anggota".



Israel dan AS khawatir pencapaian Palestina ini akan berakhir di keanggotaan Mahkamah Pidana Internasional, ICC. Dengan keanggotaan di ICC, Palestina bisa menyeret Israel atas kejahatan terhadap kemanusiaan.



Selain ancaman Obama pada Abbas, dokumen intel itu juga mengungkapkan bahwa Israel mengirimkan mantan kepala Mossad Meir Dagan untuk melobi pejabat intelijen Afsel pada Oktober 2009. Dagan melakukan lobi agar negara itu tidak mendukung temuan PBB yang dipimpin hakim dari Afsel Richard Goldstone soal kejahatan kriminal Israel pada pengeboman dan invasi Gaza selama tiga minggu pada akhir 2008-awal 2009.



Saat itu Dagan memperingatkan bahwa jika Afsel menerima laporan Goldstone maka akan "merusak proses perdamaian". Upaya Israel menekan Abbas untuk menyetujui penangguhan laporan tersebut menjadi bumerang, laporan Goldstone didukung oleh Majelis Umum PBB bulan berikutnya.



Selain itu, dokumen intel Afsel juga menyebutkan upaya CIA untuk melakukan kontak dengan Hamas. Padahal, pemerintah AS melarang segala bentuk hubungan dengan organisasi yang dianggap teroris itu.



CIA berupaya keras membina hubungan dengan Hamas atau merekrut agen di dalam partai yang menguasai Gaza tersebut. Hal ini dibicarakan oleh CIA kepada agen Afrika Selatan pada 2012.



The Guardian menuliskan, informasi lain yang terdapat di dalamnya adalah soal intelijen Korea Selatan yang mengincar pemimpin Greenpeace dan soal mata-mata Afrika Selatan pada Rusia terkait kesepakatan satelit bersama senilai US$100 juta. Terdapat juga bocoran laporan Mossad tahun 2012 yang mengatakan bahwa Iran tidak mampu membuat senjata nuklir, pernyataan yang bertentangan dengan pidato Perdana Menteri Benjamin Netanyahu beberapa bulan sebelumnya.



Bocoran ini juga muncul selang 20 bulan setelah Edward Snowden membongkar dokumen rahasia Badan Keamanan Nasional AS, NSA, menunjukkan celah keamanan yang lebar di sumber informasi intelijen.



"Bocoran seperti ini mempengaruhi kredibilitas badan-badan intelijen dan bagaimana mereka bekerja sama. Hal ini bisa berujung pada dihapuskannya beberapa proyek," kata Mike Hough, profesor dari Institut Studi Strategis di Universitas Pretoria.



CNN

Sabtu, 07 Februari 2015

Tayangkan Tanpa Sensor Video Pilot Yordania Dibakar Hidup-hidup, ISIS Punya Media Resmi Namanya FOX NEWS



Fox News membuat ulah lagi. Kali ini menayangan penuh video pembakaran hidup-hidup pilot Yordania oleh ISIS, menempatkan video itu di situs beritanya, dan dikecam banyak orang.



Tak seperti media pada umumnya, Fox News mengambil langkah kontroversial dengan menayangkan video tersebut utuh dalam laman resminya.



"Kami merasa anda perlu melihat ini," terang salah satu pembawa acara Fox News, Bret Baier, pada Selasa malam.



Setelah berkata seperti itu, Fox News kemudian menampilkan gambar-gambar grafis terkait eksekusi mati Moaz yang dibakar oleh ISIS. Baier beralasan hal tersebut perlu ditunjukkan untuk memahami ekstrimisme ISIS sepenuhnya.



Tak berehenti di situ, Fox kemudian mengunggah video sadis berdurasi 22 menit itu di laman resminya tanpa sensor. Video tersebut diunggah dengan peringatan bertuliskan "WARNING, EXTREMELY GRAPHIC VIDEO: ISIS burns hostage alive".



Para eksekutif Fox News menyatakan penayangan video tersebut merupakan bentuk pengabdian mereka sebagai jurnalis. Akan tetapi, banyak pihak yang merasa terkejut dan ngeri dengan keputusan Fox News yang menayangkan video detik-detik terakhir hidup Moaz tersebut.



Pimpinan-pimpinan di hampir seluruh media memilih untuk tidak menayangkan video kejam tersebut.



BBC merupakan salah satu media yang tidak akan menampilkan video ISIS tersebut dan juga tidak akan memuat dan membagikan link menuju video tersebut dalam platform medianya. Banyak pihak pula yang geram atas keputusan Fox News tersebut dan menilai media tersebut mengeksploitasi video pembunuhan Moaz.



"Saya cukup terkejut mengetahui bahwa Fox mau menampilkan video tersebut. Saya pikir kita tidak harus menunjukkan setiap detail yang mengerikan," ujar William Quandt dari Universitas Virginia yang juga mengabdi untuk Dewan Keamanan Nasional.



Media Resmi ISIS



Malcolm Nance, pakar terorisme dan radikalisme, mengatakan Fox News kini telah menjadi 'media propaganda' ISIS. "Mereka menyebarkan apa yang ingin ISIS sebarkan ke seluruh dunia," ujar Nance kepada The Guardian.



Menurut Nance, video menjadi bernilai ketika dikonsumsi media dan disebarkan seluas dan seutuh mungkin. Fox News menjadikan teror ISIS menjadi perbincangan banyak orang.



John Moody, wakil presiden eksekutif Fox News, mempertahankan keputusannya menyiarkan video itu. Kepada Huffington Post, Moody mengatakan; "Setelah mempertimbangkan dengan cermat, kami memutuskan memberikan pilihan kepada Fox News.com untuk melihat sendiri kebiadaban ISIS."



Pengguna online, masih menurut Moody, dapat memilih untuk melihat atau tidak konten yang sangat mengganggu itu.



Dalam siaran berita Selasa (3/2), anchor Bret Bairer memperingatkan pemirsa sebelum menayangkan foto-foto pembakar pilot itu. "Anda mungkin ingin berpaling ketika melihat foto ini," ujar Bairer.







Fox News, menurut Bairer, menampilkan gambar-gambar ini untuk membawa pemirsa ke realitas terorisme Islam.



"Fox News selama ini bekerja untuk Al Qaeda, tapi mulai saat ini mereka juga bekerja untuk ISIS," ujar Nance. "Saya tidak tahu mereka mungkin sudah menulis cek royalti untuk video yang ditayangkan."



Rick Nelson, dari Center for Strategic and International Studies, kepada The Guardian mengatakan; "Fox News juga organisasi teror."



"Mereka meneror pikiran orang di seluruh dunia, dengan menampilkan video itu dan menempatkannya di internet. Tentu semua ini akan punya dampak potensial."



"ISIS membutuhkan platform, dan Fox News memberikannya," lanjut Nelson.



Kecaman terhadap Fox News membanjir di media massa, tapi satu akun Twitter -- yang dicurigai terkait dengan ISIS -- dilaporkan berbagi video ke situs Fox News. Video itu tidak bisa dihapus karena berada di jaringan AS.





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Jumat, 06 Februari 2015

Berbohong Peristiwa di Irak, Penyiar NBC Dihujat





Seorang penyiar stasiun televisi NBC News mengaku telah berbohong soal peristiwa yang dialaminya di Irak 12 tahun lalu. Saat itu dia mengaku berada di helikopter militer Amerika Serikat terpaksa mendarat akibat ditembak militan.



Diberitakan situs Stars and Stripes yang dikutip CNN, Rabu (4/2), penyiar tersohor acara "NBC Nightly News" Brian Williams meminta maaf karena mengatakan bahwa dia ada di helikopter Chinook itu pada peristiwa 24 Maret 2003.



Padahal Helikopter yang ditumpangi Williams tidak menjadi sasaran penembakan dan terbang satu jam sebelum helikopter yang ditembaki mendarat darurat.



Kebohongan ini disampaikan Williams saat menyampaikan tribut bagi seorang purnawirawan veteran perang Irak saat pertandingan olahraga Jumat lalu. Saat itu, kata dia, mereka terjebak tiga hari setelah helikopter ditembak militan.



"Kisah ini sebenarnya dimulai dengan buruk 12 tahun lalu pada invasi Irak saat helikopter yang kami gunakan terpaksa mendarat karena ditembak RPG. Tim berita NBC diselamatkan, dilindungi dan tetap hidup berkat pleton dari Infanteri tiga Angkatan Darat Amerika Serikat," kata Williams pekan lalu.



Williams meminta maaf pada Rabu dalam siaran berita yang dibawakannya. Dia mengaku salah telah mengarang cerita bohong. Williams berdalih tidak sengaja berbohong karena lupa di helikopter mana saat itu dia berada.



"Saya seharusnya tidak memilih untuk melakukan kesalahan ini. Saya tidak tahu apa yang ada dalam pikiran saya yang membuat saya tidak bisa membedakan helikopter satu dengan yang lain," kata Williams.



Sebenarnya saat kasus itu diberitakan 12 tahun lalu, tidak disebutkan Williams ada di helikopter naas itu. Namun seiring waktu, cerita berkembang hingga menempatkan Williams sebagai salah satu orang yang mengalami insiden.



Kebohongan Williams terungkap setelah pernyataannya diposting di Facebook NBC. Beberapa orang teknisi AL yang saat itu berada di helikopter yang jatuh mengatakan bahwa saat itu Williams tidak terbang bersama mereka.



"Maaf kawan, saya tidak ingat kau ada di helikopter itu," kata Lance Reynold, teknisi AL AS yang ada di helikopter yang ditembak, menulis di Facebook,



"Tapi saya ingat kau datang sejam setelah kami mendarat dan bertanya apa yang terjadi. Lalu saya ingat kalian lalu terbang dengan Chinook dari unit lain dan menuju Kuwait untuk melaporkan 'kisah perang' di Nightly News. Sementara saat itu kami masih terjebak di Irak mencoba membetulkan pesawat dan melindungi diri kami sendiri," kata Lance.



Akibat kebohongan tersebut, kredibilitas Williams sebagai jurnalis dipertanyakan. Komentar yang bertaburan di internet berisi kritik yang menyangsikan penyiar itu lupa apa yang terjadi di Irak.







Beberapa komentar di Facebook bahkan mengecam William dan menyebutnya pembohong. Dia mengakui kesalahannya melalui media sosial pada Rabu sore.



"Kalian sangat benar dan saya salah. Bahkan, saya menghabiskan akhir pekan untuk berpikir apakah saya sudah gila. Saya merasa tidak enak telah membuat kesalahan ini," kata dia.



NBC News adalah salah satu stasiun televisi berita terfavorit di Amerika Serikat yang telah berdiri sejak tahun 1940. Williams menjadi penyiar tetap Nightly News sejak 2 Desember 2004.



Programnya menempati posisi nomor 1 dalam rating acara berita, memiliki 10 juta penonton sepekan sampai Februari 2007, sebelum bersaing dengan World News yang dibawakan Charles Gibson di stasiun TV ABC.



Popularitas Williams menjulang karena dia kerap melaporkan siaran langsung di peristiwa penting, salah satunya dalam musim bencana topan 2005.



sumber: CNN international
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Sabtu, 31 Januari 2015

Inggris Gempar, Pendeta ini sebut Israel dalang Serangan 9/11 WTC



Seorang Pendeta bernama Stephen Sizer telah membuat gempar seluruh Inggris. 


Bagaimana tidak, Pendeta tersebut berani memasang sebuah artikel di akun Facebooknya, dalam artikel tersebut pendeta itu menjelaskan bahwa negara Zionis Israel merupakan dalang serangan 11 September 2001 di WTC Amerika Serikat.



Stephen Sizer asal inggris ini merupakan pendeta Gereja Kristus asal Virginia Waters, Surrey, Pendeta ini diduga telah mempublikasikan tautannya yang berjudul: ” 9/11 Israel Melakukannya “.



Setelah Keuskupan Guildford mengetahui hal ini, dia mengatakan bahwa pihaknya akan mengambil langkah tegas untuk menyelidiki Stephen Sizer tersebut.



Meski Stephen kemudian mencabut artikel itu, dia terus membela tindakannya itu dengan mengatakan dia hanya mendorong sebuah debat tentang sebuah tuduhan serius.



Namun, dia menekankan dirinya tidak-bisa tidak percaya jika Israel tidak berada di belakang tragedi tersebut.







Juru bicara asal gereja tersebut menjelaskan bahwa hal Ini sungguh sangat menyedihkan dan suatu hal yang memalukan, sebab artikel ini muncul pada saat pekan yang sama yakni dengan diperingatinya 70 tahun pembebasan Auschwitz.



Juru bicara gereja mengatakan, ” Perhatian kami sangat tertuju terhadap komentar dari Stephen Sizer di media sosial. Dalam komentarnya Pendeta Stephen Sizer telah menautkan sebuah artikel yang berjudul "Israel dalang 9/11“, katanya.



Menurut laporan dari BBC pada hari Jumat kemarin, 30/1/2015. Pendeta Stephen Sizer memiliki riwayat panjang perseteruannya dengan pimpinan komunitas Yahudi



Gereja Inggris memerintahkan keuskupan Dorking yang membawahi wilayah Virginia Water yang dipimpin Stephen untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah ini.



Sementara itu, komunitas Yahudi Inggris menilai artikel-artikel yang menyebut atau membuat komunitas Yahudi dituding bertanggung jawab atas tragedi 11 September 2001 merupakan sebuah tindakan anti-Semit yang sangat nyata.





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Kaum “Hawkish” AS dan Konspirasi Politik Internasional






You call yourself a Christian, I call you a hypocrite You call yourself a patriot. Well, I think your are full of sh*t!... How come youíre so wrong, my sweet neo-con





Oleh Riza Sihbudi





ITULAH sepenggal lirik lagu baru dari kelompok musik legendaris The Rolling Stones yang berjudul Sweet Neoco. Neocon (neo-konservatif) adalah sebutan lain dari kelompok hawkish yang sejak 2001 sepenuhnya mengendalikan kebijakan luar negeri dan pertahanan Amerika Serikat (AS).





Sejak kaum hawkish berkuasa di AS, situasi politik internasional justru bagaikan hutan rimba. Hukum internasional digantikan oleh hukum rimba, siapa kuat akan menang, kekuatan adalah kebenaran, dan yang paling ironis adalah ketika akumulasi kebohongan akhirnya diterima menjadi kebenaran.










Sepak terjang kaum hawkish itulah yang menuai banyak kritik dari berbagai kalangan yang masih mau berpikir kritis dan rasional, seperti lirik lagu yang dilantunkan oleh musisi Mick Jagger dan kawan-kawan di atas: ''Kamu mengaku Kristen, tapi aku menyebutmu seorang hipokrit, kamu mengaku pahlawan, tapi aku pikir kamu pembohong besar''.





Sebutan yang memang sangat tepat bagi kaum hawkish adalah hipokrit dan pembohong besar.





Invasi AS ke Afghanistan dan Irak adalah bukti kebohongan kaum hawkish. Begitu pula dengan isu terorisme pascaserangan 11 September 2001. Sementara isu demokrastisasi dan hak-hak asasi manusia menjadi cermin kehipokritan mereka.





Siapa Kaum Hawkish?





Siapa sebenarnya yang disebut sebagai kaum hawkish atau neo-konservatif itu? Justin Raimondo dalam artikelnya, No Sympathy for the Neocons (Antiwar.com, 10 Agustus 2005) mengatakan, mereka adalah para mantan kaum kiri (lefties) AS yang karena alasan pragmatisme kemudian berbalik menjadi sangat kanan (rightists). 





Trias Kuncahyono dalam bukunya, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish (2005), antara lain menyebutkan bahwa cikal-bakal kelompok ini sudah ada sejak 1992, namun baru pada 1997 mereka secara resmi membentuk tangki pemikir (thing tank) yang mereka sebut sebagai the Project for the New American Century (PNAC).





Tujuan utama PNAC, seperti ditulis William Rivers Pitt, adalah: ''The establishment of a global American empire to bend the will of all nations. They chafe at the idea that the United States, the last remaining superpower, does not do more by way of economic and military force to bring the rest of the world under the umbrella of a new socio-economic Pax Americana'' (www.informationclearinghouse.info, 25 Februari 2003).





Intinya, membangun sebuah imperium global di bawah payung Pax-Americana. Untuk itu, AS harus memperkuat ekonomi dan militernya, serta sebuah kebijakan luar negeri yang tegas. Dengan kata lain, Pax Americana adalah gagasan kaum hawkish tentang ''kekaisaran Amerika'' yang meliputi seluruh dunia atas dasar ideologi ''internasionalisme Amerika'', di mana salah satu strategi militernya didasarkan pada pandangan bahwa The best defense is a good offense (doktrin pre-emptive strike).










Kelompok hawkish yang dimotori tiga tokoh utamanya, Dick Cheney (Wapres), Donald Rumsfeld (Menhan), dan Paul Wolfowitz (mantan Presiden Bank Dunia), sudah sejak 1998 mendesak pemerintahan AS (waktu itu di bawah Bill Clinton) untuk menumbangkan kekuasaan Saddam Hussein di Irak.





Tujuannya tidak lain untuk menguasai ladang-ladang minyak Irak guna mendukung ambisi pembentukan ''kekaisaran Amerika''. Jadi, bohong besar, jika invasi ke Irak dilakukan lantaran Saddam terlibat dalam serangan teroris 11 September 2001, atau karena kepemilikan senjata pemusnah massal (WMD). 





Bush dan para kroninya bahkan tidak mampu mempertanggungjawabkan miliaran dolar proyek rekonstruksi Irak. Karenanya, sama sekali salah menganggap AS sebagai negara yang bersih dari para koruptor besar. Beberapa waktu lalu, seorang jenderal AS di Irak dipecat lantaran mencoba membongkar korupsi di tubuh para kroni Bush.





Dua peristiwa yang dianggap sebagai momentum penting bagi kaum hawkish untuk sepenuhnya mengendalikan pemerintahan di AS, adalah terpilihnya GW Bush dan terjadinya serangan teroris 11 September 2001. Sejak Bush memangku jabatan presiden pada Januari 2001, para penyusun ''impian imperium PNAC'' kemudian tampil sebagai pengendali utama Pentagon dan Gedung Putih. 





Lalu, tragedi 11 September menjadi jalan bagi mereka untuk mengubah gagasan yang mereka susun dalam Buku Putih menjadi sebuah rumusan kebijakan, yang kemudian dijalankan Bush. Dalam menjalankan kebijakannya, terutama atas nama memerangi terorisme, Bush dan kaum hawkish seringkali tidak mengindahkan norma-norma hukum dan hubungan internasional, termasuk melakukan intervensi dan invasi ke negara-negara lain.





Bush (yang selalu menyebut dirinya sebagai seorang war president) dan para kroninya berusaha melakukan intervensi yang terlalu jauh terhadap negara-negara berpenduduk mayoritas muslim, dengan misalnya membujuk dan menekan sejumlah pesantren di Indonesia untuk merevisi kurikulum pendidikan pesantren atau sekolah-sekolah keislaman lainnya. Dengan sesuka hati, Bush dan para kroninya mengaitkan pesantren dengan terorisme.





Padahal, sebagaimana pernah dikatakan Presiden RI (waktu itu) Megawati Soekarnoputri dalam pidatonya pada KTT OKI di Putrajaya, Malaysia (Oktober 2003), bahwa sumber dari segala maraknya terorisme yang terkait dengan Islam adalah justru ketidakadilan dan politik standar ganda AS terhadap bangsa-bangsa muslim, khususnya di Palestina, Afghanistan dan Irak, serta pembelaan yang berlebihan AS pada Israel.





Teologi Perang George W Bush





Jika banyak teroris lokal (kelompok Azahari-Noordin M Top) dituduh oleh para ulama sebagai telah memanipulasi ajaran agama (Islam) untuk melakukan aksi-aksi teror mereka, maka Bush dan kaum hawkish pun dituduh telah memanipulasi ajaran agama (Kristen) untuk mencapai tujuan-tujuan politik mereka dengan melancarkan invasi ke Afghanistan dan Irak. 





''You call yourself a Christian, I call you a hypocrite,'' kata The Rolling Stones.





Tentu bukan hanya Mick Jagger dan kawan-kawan yang mengecam Bush dan kaum hawkish. Pada Juni 2003, atau sekitar tiga bulan setelah invasi AS ke Irak, GW Bush mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh Palestina di resor Sharm el-Sheikh (Mesir). Tokoh-tokoh Palestina yang hadir di antaranya, PM (sekarang Presiden) Mahmoud Abbas dan Menteri Luar Negeri (saat itu) Nabil Shaath. 





Kepada Abbas, Bush mengatakan, ''I am driven with a mission from God. God would tell me, ëGeorge go and fight these terrorists in Afghanistaní. And I did. And then God would tell me ëGeorge, go and end the tyranny in Iraqí. And I did''. (''Saya menjalankan misi Tuhan. Tuhan mengatakan kepada saya,  O George perangilah para teroris di Afghanistaní. Dan saya sudah lakukan. Kemudian Tuhan mengatakan, O George hancurkanlah tirani di Irak. Dan saya sudah lakukan'').





Cerita tersebut diungkapkan oleh Nabil Shaath kepada jaringan televisi BBC London dalam acara yang diberi tajuk Elusive Peace: Israel and the Arabs yang ditayangkan pada 10, 17, dan 24 Oktober 2005. Kendati dibantah oleh jurubicara Gedung Putih, Scott McClellan (yang mengaku tak hadir dalam pertemuan di Mesir itu), cerita Nabil Shaath itu dibenarkan





oleh Mahmoud Abbas. Menurut Abbas, saat itu Bush memang menyebut ''I have a moral and religious obligation...'' (''Saya memiliki kewajiban moral dan keagamaan'').





Komentar Bush itu memancing kemarahan di kalangan tokoh-tokoh nasrani sendiri. Andrew Blackstock, Direktur Christian Socialist Movement, mengatakan, jika Bush benar-benar ingin mematuhi ajaran agama, maka ia seharusnya berpijak pada apa yang sudah jelas-jelas tersurat dalam Al-Kitab, bukannya menonjolkan hal-hal yang gaib. 





Itu akan membuat kebijakannya lebih bermanfaat bagi kaum lemah yang terpinggirkan. Sungguh suatu hal yang benar-benar mengejutkan, di sebuah negara super maju dan super sekuler, justru ada seorang presiden yang mengaku menjalankan kebijakannya atas dasar wangsit dari Tuhan. Ia tak ubahnya seorang kepala suku terbelakang di benua Afrika sana.








Pada September 2005, tokoh-tokoh senior Gereja Inggris mempertanyakan ''hak moral'' AS dalam kebijakan luar negerinya. Para uskup dari Bath and Wells, Oxford, Coventry, and Worcester, dalam laporan 100 halaman berjudul Countering Terrorism: Power, Violence and Democracy Post 9/11, antara lain menekankan pengaruh negatif dari teologi palsu kaum hawkish dan fundamentalis di AS. 





Menurut mereka, tidak ada satu bangsa pun di dunia yang mempunyai hak-hak istimewa. Tidak ada satu pun negara yang berhak memandang dirinya sebagai bangsa penebus dosa, yang dipilih oleh Tuhan sebagai bagian dari rencana yang sudah ditakdirkan Tuhan.





Bush yang sejak 1985 dibabtis menjadi seorang Kristen Evangelis, dituduh telah mendeklarasikan hukumnya sendiri bahwa peperangan adalah kehendak Tuhan.





Sebuah tangki pemikir Inggris bernama Ekklesia mengatakan, menghubungkan iman Yesus Kristus yang adalah juru damai dengan kebijakan yang bertanggung jawab untuk pembinasaan dan kematian adalah suatu penyalahgunaan agama untuk tujuan politis yang harus dijauhi para pemuka gereja lantaran dapat memancing kemarahan umat Islam.





Yesus jelas menyerukan pada para pengikutnya untuk menjadi juru damai. Jadi aneh jika ada yang mengaku sebagai pengikutnya yang fanatik tapi justru melancarkan pemboman dan pembunuhan.





Ekklesia mengkhawatirkan pandangan ekstrim Bush dan kaum hawkish itu akan membuat kalangan muslim memandangnya sebagai sebuah Perang Salib. Mereka menyerukan pada kalangan pemuka gereja untuk mengoreksi pandangan Bush dan kaum hawkish.





Pada pemilu akhir November 2004, Bush dituduh telah ''memainkan kartu Tuhan''. Konon, pendeta terkemuka Billy Graham sudah menasehati Bush untuk tidak mempermainkan Tuhan (never play God). Namun para pendukungnya dari kubu Kristen fundamentalis justru mendesak Bush untuk menonjolkan tema-tema ideologis-religius guna memenangkan pemilu, kala itu.





Catatan





Dari apa yang sudah diuraikan sebelumnya, bisa ditarik benang merah sebagai penutup tulisan ini.





Pertama, situasi politik Timur Tengah (juga dunia internasional pada umumnya) yang tampak carut-marut sepanjang tahun 2005 bahkan sejak 2001, pada intinya bersumber pada sepak terjang kaum hawkish atau neokonservatif yang praktis mengendalikan politik luar negeri AS, khususnya di Timur Tengah. Ambisi kaum hawkish untuk menguasai sumber minyak di kawasan ini, khususnya di Irak, telah memberikan andil dalam terjadinya pelonjakan harga minyak dunia.





Kedua, kedekatan antara kaum hawkish dan kalangan fundamentalis Kristen serta kaum Zionis garis keras membuat semakin jauhnya penyelesaian konflik Arab-Israel, khususnya Palestina-Israel. Juga, semakin meningkatkan ketegangan di kawasan Teluk Parsi. Sikap keras kaum hawkish yang tidak juga bersedia mengakhiri pendudukan AS atas Irak, terbukti telah mendorong makin kerasnya perlawanan para pejuang Irak (yang oleh kaum neokon dijuluki sebagai ''para teroris'', padahal mereka jelas bukan teroris, karena perjuangan mereka dalam rangka membebaskan Tanah Air sendiri).





Ketiga, AS di bawah kepemimpinan GW Bush --saat itu- yang dikendalikan kaum hawkish mengklaim hendak mempromosikan dan menyebarluaskan demokrasi ke seluruh kawasan Timur Tengah. Namun, dalam realitasnya demokrasi tak lebih hanyalah sebagai kedok untuk menutupi ambisi mereka yang sebenarnya, yaitu menguasai minyak Timur Tengah.



Di satu sisi mereka mencoba memaksakan demokrasi atas negara dan bangsa Irak, sementara di sisi lain mereka justru terus menerus melakukan pelanggaran hak-hak asasi manusia terhadap ribuan rakyat sipil Irak. Padahal, demokrasi dan hak-hak asasi manusia jelas tak bisa dipisahkan satu sama lain. 





Keempat, isu terorisme yang terus dimunculkan AS dan kaum hawkish, pada hakikatnya juga dipakai sebagai kedok untuk menutup-nutupi ambisi ekonomi-politik mereka. Mereka terus mengobarkan perang melawan terorisme, namun mereka sendirilah yang sebenarnya mempraktikkan terorisme sampai sekarang.





Ketegangan politik internasional juga dapat kian meningkat jika kaum hawkish terus memaksakan kehendak mereka atas sejumlah isu lain (di luar terorisme), seperti Irak, Afghanistan, Palestina, dan Suriah. (*Riza Sihbudi)
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Astagfirullah, Pengadilan Mesir Nyatakan HAMAS Teroris



Pengadilan rezim Mesir, Sabtu, menyatakan Brigade Qassam, sayap bersenjata kelompok Palestina Hamas sebagai organisasi terlarang dan mencantumkannya sebagai organisasi 'teroris'.



Hamas bagian dari Ikhwanul Muslimin Mesir yang juga telah dinyatakan penguasa setempat sebagai kelompok 'teroris' dan menekannya secara sistematis sejak tentara menggulingkan pemimpinnya, Mohammed Moursi, dari kursi kepresidenan pada 2013.



"Pengadilan memutuskan melarang Brigade Qassam dan mencantumkannya sebagai kelompok teroris," kata hakim di pengadilan khusus Kairo.



Pelarangan itu merupakan buntut penyerangan militer Mesir di Sinai yang menewaskan puluhan tentara.



Para pejabat Mesir menuduh senjata telah diselundupkan dari Jalur Gaza yang diperintah Hamas ke Mesir. Senjata-senjata itu jatuh ke tangan kelompok-kelompok militan yang bertempur menggulingkan pemerintahan Kairo, yang dukungan Barat dan Amerika Serikat.



Para militan yang berpangkalan di Sinai, Mesir, yang berbatasan dengan Gaza, dituding membunuh ratusan personel polisi dan tentara rezim Mesir sejak berakhirnya kiprah politik Moursi.



Pemberontakan itu meluas ke bagian-bagian lain di Mesir yang adalah negara Arab paling padat penduduk, demikian Reuters.







Hamas tak sudi



Sementara itu sebuah sumber sayap militer Hamas menyampaikan isyarat bahwa Hamas tidak akan lagi menerima Kairo sebagai mediator perdamaian Hamas dengan Israel.



Isyarat ini disampaikan setelah pengadilan Mesir melarang sayap militer Hamas dan menyantumkannya sebagai organisasi teroris.



"Setelah keputusan pengadilan itu, Mesir tidak akan lagi menjadi mediator bagi masalah Palestina-Mesir," kata sumber itu kepada Reuters.





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Jumat, 30 Januari 2015

Stephen Hawking: Surga Hanya Cerita Dongeng



Fisikawan ternama Inggris Stephen Hawking mengaku sebagai ateis, tidak percaya Tuhan.


Bagi Stephen Hawking, kehidupan setelah kematian itu tidak ada. Bahkan surga itu hanya dianggap cerita omong kosong pengantar tidur belaka.


Hawking memang pernah mengeluarkan beberapa teori yang nyeleneh, kontroversi, tapi bukan tanpa alasan. Salah satunya goal anggapan bahwa surga itu tidak ada.


“Saya menganggap otak itu seperti komputer yang akan berhenti bekerja saat komponen pendukungnya rusak. Tidak ada surga atau kehidupan lain untuk komputer yang rusak, itu hanya cerita dongeng,” kata Hawking, saat wawancara bersama The Guardian 2011 silam.






The Grand Design - Book
Soal surga itu bohong pernah dituliskan Hawking secara rinci pada bukunya yang berjudul The Grand Design. Di situ juga tertulis bahwa tidak perlu Tuhan untuk menjelaskan soal alam semesta.


Pernyataan fisikawan dari Universitas Cambridge itu langsung mendatangkan banyak kecaman, terutama dari para ulama dan mereka yang taat beragama.


Surga palsu memang bukan satu-satunya pernyataan Hawking yang menyulut kontoversi. Ia juga sempat dicecar kala mengungkapkan teori soal ‘lubang hitam’.


Saat semua ilmuwan berbicara soal hebatnya lubang hitam, Hawking justru mengeluarkan teori yang membantah keberadaanya, bahwa itu sebuah kesalahan.


“Absennya event horizon berarti tidak ada lubang hitam,” tulis Hawking, dalam sebuah makalah berjudul Information Preservation and Weather Forecasting for Black Holes.


Black Hole, atau lubang hitam, dipercaya sebagai titik hitam berdiameter besar yang dapat memakan apa pun disekitarnya, termasuk cahaya, --ternyata memang tidak pernah ada.


Tuhan itu tidak ada


Dalam salah satu bukunya yang berjudul The Grand Design, Hawking menuliskan sebuah teori yang menghebohkan. Ia percaya bahwa bukan Tuhan yang menciptakan alam semesta berserta isinya, melainkan sebuah peristiwa fisika yang terjadi alamiah.


"Karena hukum gravitasi, alam semesta dapat tercipta dengan sendirinya," kata Hawking, seperti dilansir The Times of London.



“Tidak perlu Tuhan untuk memicu pembuatannya (alam semesta-red) dan mengatur segala isi di dalamnya.” Tulisan profesor dari Cambridge University itu tentu saja memicu perdebatan, terutama dari para agamawan. 


“Fisika tidak bisa begitu saja menciptakan sesuatu dari kehampaan,” ujar Uskup Agung Canterbury, Dr. Rowan Williams.


Sementara itu, Ibrahim Mogra dari Majelis Muslim Inggris menyatakan menyerukan hal serupa. Ia tak sependapat dengan teori Tuhan dari Hawking.


"Jika diamati, alam semesta dan semua hal yang telah diciptakan, hal itu memperlihatakan bahwa ada 'seseorang' yang telah membuatnya jadi terwujud, dan itu adalah Yang Maha Kuasa,” jelas Ibrahim.


Isi buku Hawking yang menceritakan keberadaan Tuhan memang sempat dicekal, namun tetap dirilis pada September 2010 di Amerika dan Inggris.


Selain soal Tuhan, Hawking juga percaya bahwa bumi tidak akan bertahan lama. Jika manusia ingin bertahan, mereka harus membuat koloni baru di planet lain.


“Saya merasa manusia tidak akan bertahan di bumi dalam 1.000 tahun lagi. Kita harus melarikan diri ke planet lain," kata Hawking, saat memberikan kuliah umum bertajuk The Origin of the Universe di California Institute of Technology, Amerika Serikat, setahun silam.


sumber: cnn





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Sabtu, 24 Januari 2015

KPK (sengaja) Dilumpuhkan, Satu per Satu Pimpinan KPK diperkarakan



Komisi Pemberantasan Korupsi goncang. Pucuk pimpinan lembaga antikorupsi itu satu demi satu dibidik dan diperkarakan.


Apa yang dialami Ketua KPK Abraham Samad, yakni diserang secara politik oleh Plt Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, terbilang ringan dibanding dengan yang terjadi pada dua wakilnya, Bambang Widjojanto dan Adnan Pandu Praja.



Bambang dan Adnan sama-sama diperkarakan ke Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI –yang belum lama ini pemimpinnya, Komjen Suhardi Alius, dimutasi dan posisinya digantikan oleh Komjen Budi Waseso.



Selang empat hari setelah Kepala Bareskrim baru dilantik, Jumat (23/1), penyidik Bareskrim menangkap Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. Bambang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pemberian keterangan palsu di depan sidang sengketa Pilkada Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, tahun 2010. Saat itu Bambang belum menjabat Wakil Ketua KPK. Ia menjadi pengacara salah satu pihak bersengketa.



Bambang yang sempat ditahan di gedung Bareskrim Mabes Polri akhirnya dibebaskan Sabtu dini hari (24/1), setelah Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja datang ke Bareskrim dan memberikan jaminan atas penangguhan penahanan koleganya itu.



Ironisnya, Sabtu siang, Adnan justru dilaporkan ke Bareskrim Mabes Polri dengan tuduhan tak main-main: perampokan saham. Adnan diduga mengambil paksa saham milik PT Desy Timber, perusahaan yang beroperasi di Berau, Kalimantan Timur.



Dengan dua pimpinan yang diperkarakan ke Bareskrim Polri, KPK bagai menghadapi kabut tebal di muka. Apalagi Bambang Widjojanto mengajukan pengunduran diri ke KPK terkait statusnya yang menjadi tersangka di Polri –meski hingga saat ini pengunduran diri tersebut tak diterima oleh Ketua KPK Abraham Samad.



Apabila Bambang jadi mundur, praktis KPK hanya akan dipimpin oleh tiga komisioner, yakni Abraham Samad, Zulkarnain, dan Adnan Pandu Praja. Total jumlah pimpinan KPK sesungguhnya lima, namun Busyro Muqoddas telah habis masa jabatannya dan DPR menyepakati untuk menunda pemilihan penggantinya supaya bisa berbarengan dengan pergantian pimpinan KPK yang lain.



Apabila Adnan nantinya sampai ditetapkan sebagai tersangka seperti Bambang –dan mundur dari KPK, bisa dibayangkan betapa suramnya KPK. Hanya tersisa dua pimpinan, dan itu pun bukan berarti mereka nantinya tak bakal diperkarakan.



Praktisi hukum Todung Mulya Lubis memperkirakan KPK akan kesulitan bekerja dengan tiga orang komisioner, apalagi jika kurang dari itu. “Kalau semua Komisioner KPK dilaporkan, KPK pasti akan lumpuh. Dengan tiga komisioner saja sudah agak lumpuh,” kata Todung di Gedung KPK, Jakarta.



Todung berharap Adnan tak mengalami nasib serupa dengan Bambang: menjadi tersangka. Namun demikian, ujar Todung, meski formasi pimpinan KPK tak lengkap, pimpinan yang tersisa masih dapat mengambil keputusan yang sah.



“Kalau pimpinan yang tersisa tak bisa mengambil keputusa, lembaga ini tidak ada artinya. Mereka tetap sah untuk mengambil keputusan apapun,” kata Todung.



Polri sebelumnya membantah penangkapan Bambang Widjojanto terkait dengan langkah KPK pekan sebelumnya yang menetapkan Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka kasus rekening gendut. Status tersangka itu membuat pelantikan Budi sebagai Kapolri ditunda oleh Presiden Joko Widodo –pihak yang mengajukan dia sebagai calon tunggal Kapolri meski sudah tahu Budi mendapat rapor merah dari KPK. (*cnn)





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Selasa, 20 Januari 2015

“Charlie Hebdo Simbol Kemunafikan Barat”, Noam Chomsky Tampar Negara Barat dalam Artikelnya di CNN






Noam Chomsky, Profesor dan ahli filsafat Massachusetts Institute of Technology, ia juga kritikus kebijakan luar negeri AS, mengecam propaganda kebebasan berbicara yang dijalankan Barat setelah serangan ke kantor majalah satir Charlie Hebdo.





"Di seluruh dunia, pembunuhan wartawan kerap terjadi tapi hanya sedikit yang mendapat perhatian," ujar Chomsky. 





"Mengapa pembunuhan 12 wartawan di kantor Charlie Hebdo harus mendapat perhatian sedemikian luas."





Dalam artikel yang dimuat CNN berjudul "Paris attacks show hypocrisy of West's outrage", Senin (19/1), Chomsky mengatakan tahun 1999 rudal NATO menghantam televisi Serbia, 16 jurnalis tewas. Tidak ada media Barat yang mengecam serangan itu, karena NATO dan AS menganggapnya corong propaganda Slobodan Milosevic.





Rejim Zionis di Israel membunuh banyak wartawan di Jalur Gaza pada musim panas 2014. 





"Sebagian besar tewas di dalam kendaraan bertuliskan press. Tidak ada yang meratapi pembunuhan mereka," tulis Chomsky.





Wartawan-wartawan itu, yang tewas dari Serbia sampai ke Jalur Gaza, juga memperjuangkan kebebasan berbicara, kebebasan menyampaikan fakta.





Jadi, menurut Chonsky, mengapa orang harus meratap serangan ke kantor Charlie Hebdo yang membunuh sejumlah wartawan. 





Chomski juga menuduh pemerintah Prancis terlibat dalam pelanggaran sistematis terhadap kebebasan berbicara.





Menurut Chomsky, UU Gayssot membuat Prancis secara legal mengusir orang-orang Roma, dan membiarkan pengungsi Afrika hidup dalam kondisi menyedihkan, seraya tak henti mendukung rezim Zionis di Israel.





"UU itu mengesampingkan kenyataan sejarah (historical truth), dan merupakan bukti kemunafikan Prancis dan Barat dalam mempertahankan kebebasan berbicara," demikian Chomsky.





Chomsky menyimpulkan; "Memori hidup masyarakat Barat dibangun dengan asumsi 'mereka' melakukan terhadap 'kita', seraya mengeluarkan 'kejahatan kita' terhadap 'mereka'."





'Kita' yang dimaksud adalah Barat, dan 'mereka' adalah non-Barat. Kejahatan 'kita' terhadap mereka sering diasumsikan sebagai pertahanan mulia, meski itu cacat.
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Senin, 19 Januari 2015

Paris Attack: “Jika Bukan Kerjaan CIA, Ya Mossad...”





Jean-Marie Le Pen, pendiri Front Nasional, membuat pernyataan kontroversi ia mengatakan jika tidak Dinas Rahasia AS (CIA), Mossad yang merencanakan penyerangan mematikan ke kantor Charlie Hebdo, Rabu (7/1), dan menewaskan 12 orang.



"Kami memang tidak memiliki bukti, tapi siapa pun yang mengamati peristiwa itu pasti tahu bahwa itu operasi dinas rahasia," ujar Le Pen kepada surat kabar Inggris The Independent.



Sebelumnya, Le Pen -- kepada surat kabar Komsomolskaa Pravda -- mengatakan dinas rahasia Prancis mengetahui operasi itu. Ia juga mengatakan dirinya tidak berniat menuduh Prancis yang melakukannya, tapi pemerintah negerinya membiarkan insiden itu terjadi.



"Tujuan AS dan Mossad sama; memicu perang Islam dan Barat," ujar Le Pen.



Le Pen sekali kali menyebut keanehan dalam insiden itu. Menurutnya, bagaimana mungkin salah satu dari Kouachi Bersaudara meninggalkan identitasnya di tempat kejadian.



"Saya membandingkan peristiwa penembakan di kantor Charlie Hebdo dengan Tragedi 9/11," ujar Le Pen.



"Dalam Tragedi 9/1 ada fakta ajaib, yaitu penemuan salah satu paspor pembajak pesawat yang ditabrakan ke menara kembar World Trade Center (WTC) tahun 2001."



Le Pen juga mengatakan ratusan ribu orang yang berkumpul di Paris, empat hari setelah insiden berdarah itu, bukan simpati kepada Charlie Hebdo tapi Charlie Chapilin.





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Sabtu, 17 Januari 2015

Le Pen sebut Penyerangan Paris Ulah Intelijen Prancis







Jean-Marie Le Pen, pemimpin Front Nasional, mengatakan Dinas Rahasia Prancis merencanakan serangan ke kantor redaksi Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang.





Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Rusia anti-Barat virulently, Mr Le Pen, 86, yakin teori konspirasi yang beredar di internet yang menunjukkan bahwa serangan itu pekerjaan agen Amerika atau Israel berusaha untuk memicu perang saudara antara Islam dan Barat.





"Saya meragukan Said dan Cherif Kouachi merencanakan dan melaksanakan serangan itu," ujar Jean-Marie dalam wawancara dengan Komsomolskaya Pravda, surat kabar Rusia.





"Saya tidak berpikir pemerintah Prancis adalah penyelenggara kejahatan, tapi mereka memungkinkan kejahatan itu terjadi," lanjutnya.





Pers Prancis yakin Pravda memelintir pernyataan Jean-Marie, atau keliru menerjemahkan dari Bahasa Prancis ke Bahasa Rusia. Namun Jean-Marie mengatakan tidak ada yang salah dalam alih bahasa dari Prancis ke Rusia yang dilakukan Pravda.





"Saya tidak memvalidasi ulang terjemahan dari Bahasa Prancis ke Rusia," ujarnya.








Menurut Jean-Marie, keterlibatan intelejen terlihat dengan ditemukannya kartu pengenal salah satu pelaku di tempat kejadian. Namun, katanya, ini hanya spekulasi.





"Penembakan di Charlie Hebdo menyerupai operasi dinas rahasia tapi kami tidak punya bukti itu," surat kabar mengutip Mr Le Pen mengatakan. "Saya tidak berpikir itu diselenggarakan oleh otoritas Perancis tetapi mereka diizinkan kejahatan ini harus terjadi."





Berbeda dengan Jean-Marie Le Pen, Marine Le Pen -- putri sang ketua FN dan pemimpin koalisi sayap kanan Prancis -- mengeksploitasi insiden Charlie Hebdo dan penyanderaan di supermarket kosher untuk menjalankan agenda politik anti-imigran dan anti-Islam.
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.