Rabu, 31 Desember 2014

Turki Ingin Kembalikan Kejayaan Ottoman



Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersumpah mewajibkan semua warganya belajar bahasa Ottoman.


Pemerintah Turki berencana mewajibkan murid-murid sekolah agama di Turki untuk mempelajari bahasa Ottoman. Saat ini mata pelajaran bahasa kuno itu menjadi mata pelajaran pilihan di sekolah umum.


Namun Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersumpah mewajibkan semua warga Turki untuk belajar bahasa nenek moyang mereka itu.


"Ada yang tidak ingin bahasa ini diajarkan," kata Erdogan di sebuah pertemuan dewan agama di Angkara, belum lama ini.


Namun, suka atau tidak, Erdogan menyatakan bahasa Ottoman harus dipelajari dan diajarkan di negara itu.






Pelajaran bahasa Ottoman pastinya akan membantu mengembalikan kejayaan Turki yang hilang. Kejayaan yang sebelumnya dihancurkan oleh Mustafa Kemal Ataturk, Bapak Turki Modern, yang menghapus bahasa Turki Ottoman sejak 1928.


Sebenarnya rakyat Turki tidak mempersoalkan pelajaran tambahan bahasa Ottoman. Namun mereka keberatan dengan aturan yang mewajibkan setiap warga Turki untuk belajar bahasa kuno tersebut.


"Kami tidak menentang instruksi pelajaran bahasa Ottoman tetapi gagasan yang mewajibkannya," kata wartawan Turki Arzu Kaya-Uranli di New York melalui Twitter.


"Tidak ada yang bisa mengajari anak-anak saya sejarah era Ottoman atau Arab dengan paksa," kata Huseyin Aygun, seorang anggota parlemen oposisi utama Partai Rakyat Republik.


Proposal soal kewajiban belajar bahasa Ottoman memiliki kelemahan. Seperti bahasa Latin, bahasa Ottoman adalah bahasa yang sudah mati.


Lebih jauh lagi, jika bahasa Ottoman diwajibkan, dari mana Pemerintah Turki menemukan 150 ribu guru yang menguasai bahasa tersebut? Tentu, pemerintah Erdogan akan membutuhkan dana besar untuk melatih mereka.


Dana tersebut lebih baik digunakan untuk memperbaiki sistem pendidikan Turki. Seperti diketahui, menurut Organization for Economic Co-operation and Development, Turki menempati posisi 44 dari 66 negara untuk matematika, membaca dan sains.


Selain itu, dalam laporannya pada 2014, British Council and the Economic Policy Research Foundation di Turki menemukan bahwa lebih dari 95 persen orang Turki tidak dapat menjawab pertanyaan yang relatif sederhana dalam bahasa Inggris.


(sumber: aljazeera.com)





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar