Senin, 12 Januari 2015

Ini Bocoran email Redaksi Aljazeera yang Bocor ke Media soal Charlie Hebdo






Aksi penembakan terhadap kantor majalah satire di Paris, Prancis, Charlie Hebdo, pada Rabu, 7 Januari 2014, membuat jurnalis di seluruh dunia bereaksi, termasuk Al Jazeera.




Dilansir dari Nationalreview.com, 9 Januari 2015, Salah-Aldeen Khadr sebagai produser eksekutif Al Jazeera mengirim surat elektronik kepada semua stafnya. Surel ini bocor ke redaksi Nationalreview.com. Surel tersebut juga berisi "percakapan dapur" redaksi Al Jazeera.





Surel tertanggal Kamis, 8 Januari, ini diawali dengan kalimat "Terimalah surat ini dalam semangat yang diharapkan untuk membuat liputan kita menjadi yang terbaik. Kita adalah Al Jazeera."





Khadr menuliskan daftar saran bagaimana koresponden dan pembaca berita membungkus berita aksi penembakan di kantor majalah media satire, Charlie Hebdo.





Dalam e-mail, ia mendesak karyawannya untuk benar-benar mempertanyakan: "Apakah ini benar-benar serangan pada kebebasan bersuara atau tidak." 



Selain itu, ia berpendapat, slogan "Saya adalah Charlie" itu membingungkan.





Khadr mengungkapkan kartun yang diterbitkan oleh Charlie Hebdo sama sekali tidak bisa diterima oleh Al Jazeera.



"Membela kebebasan berekspresi yang menindas adalah suatu hal; berkeras membawa hak kebebasan untuk menyinggung satu pihak merupakan hal lain yang kekanak-kanakan," kata Khadr dalam surel itu.





Beberapa jam setelah itu, Tom Ackerman, salah satu koresponden di Amerika Serikat, mengirimkan surel yang dikutip dari sebuah blog yang ditulis oleh Ross Douthat, seorang blogger dan kolumnis New York Times, pada 7 Januari 2015.





Dalam blognya ia mengatakan, "Kartun yang diterbitkan oleh Charlie Hebdo, yang dapat membuat Islam radikal melakukan pembunuhan, harus diterbitkan karena pembunuh tidak diperbolehkan mempunyai waktu untuk berpikir satu detik pun bahwa strategi mereka akan sukses."





Hal tersebut kemudian membuat Mohamed Vall Salem, koresponden Al Jazeera lainnya, marah. Ia membalas surel tersebut:



"Menurut saya, dengan Anda menghina 1,5 miliar orang, satu atau dua orang di antara mereka akan membunuhmu. Bila Anda terus mendorong orang-orang menghina 1,5 miliar orang melalui tokoh suci mereka, Anda meminta untuk dibunuh. Seperti yang saya bilang, di antara 1,5 miliar tersebut, ada beberapa orang di antaranya yang tidak mengerti hukum dan kebebasan berbicara."





Dalam surel itu, Salem juga menuliskan bahwa dirinya mengutuk aksi penembakan tersebut, tetapi ia menegaskan: "SAYA BUKAN CHARLIE". Menurut dia, Charlie Hebdo telah menyalahgunakan apa yang disebut dengan kebebasan berbicara. "Coba lihat kartun itu kembali!" tulis Salem.





Hal tersebut membuat salah satu koresponden senior Al Jazeera di Paris mengirim peringatan yang sopan kepada koleganya yang berbunyi: "Kita adalah Al Jazeera, #jurnalismebukanlahkriminalitas."





Namun surat elektronik tersebut justru memicu reaksi dari koresponden Al Jazeera lainnya, Omar Al Saleh, reporter yang sedang bertugas di Yaman. "Pertama, saya mengutuk pembunuhan itu, tapi SAYA BUKAN CHARLIE," katanya.





Ia melanjutkan, Charlie Hebdo telah melakukan kejahatan. "Jurnalistik bukanlah kejahatan, dan penghinaan bukanlah jurnalistik, dan tidak melakukan jurnalistik dengan benar adalah kejahatan," kata Omar Al Saleh.





Dalam percakapan yang terjadi di dapur redaksi terlihat bagaimana perbedaan pendapat di dalam Al Jazeera.



NATIONALINTERVIEW.COM
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar