Kalian boleh anti-Islam, anti-Kristen, atau anti agama apaun, tapi jangan anti-Semit
Itulah pesan yang diterima Maurice Sinet, kartunis yang kini berusia 86 tahun dan punya nama pena Sine, saat dipecat manajemen majalah satire Charlie Hebdo tahun 2009.
Situs worldbulletin.net memberitakan Sinet menghadapi tuduhan 'menghasut kebencian rasial' dalam artikel yang ditulis pada tahun itu. Ia memicu perdebatan antar-intelektual Prancis, yang berakhir pada pemecatan dirinya.
Sinet, dalam L'Affaire Sine, mengomentari pertunangan putra Nicolas Sarkozy -- saat itu presiden Prancis -- dengan Jessica Sebaoun-Darty, putri pengusaha Yahudi yang menguasai jaringan perdagangan barang elektronik.
Maurice Sinet
Sinet mencatat semua rumor di sekitar hubungan keduanya, termasuk kemungkinan putra sang presiden menanggalkan agama Katolik dan menjadi pemeluk Yudaisme. Khusus yang terakhir, Sinet menyindir; "Dia akan pergi jauh dalam kehidupan."
Entah bagaimana komentator politik Prancis papan atas mengecam habis kolom itu, dan mengaitkannya dengan prasangka buruk terhadap Yahudi dan sukses sosialnya.
Philippe Val, editor Charlie Hebdo, mendesak Sinet minta maaf. Sinet sebenarnya bersedia, tapi jika permintaan maaf harus dengan cara-cara yang dianggap tak lazim, dia menolak.
Val memutuskan memecat Sinet. Intelektual Prancis, termasuk filsuf Bernard-Henry Levy, mendukung pemecatan itu.
Namun Sinet tidak sendiri. Kelompok kiri libertarian membelanya habis-habisan, dan menyebut Charlie Hebdo melanggar kebebasan berbicara yang selama ini di-Tuhan-kan.
Alih-alih mengejek putra Sarkozy menjadi Yahudi hanya untuk uang, Sinet dituduh anti-Semit. Ia menghadapi banyak tekanan dari dalam dan luar kantor.
Sebelum meninggalkan Charlie Hebdo, Sinet sempat membuat kartun Yesus Kristus dan ke-Kristenan, yang membuat murka pihak gereja dan menyebabkan majalah itu dituntut Gereja Katolik sebanyak 12 kali.
Ia dibela manajemen dan para intelektual Prancis habis-habisan, yang kebanyakan Yahudi.
Sinet adalah ironi, Bahwa ada ketidakbebasan di balik kebebasan berbicara --termasuk bebas menistakan agama-- yang diperjuangkan Charlie Hebdo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar