Jean-Marie Le Pen, pendiri Front Nasional, membuat pernyataan kontroversi ia mengatakan jika tidak Dinas Rahasia AS (CIA), Mossad yang merencanakan penyerangan mematikan ke kantor Charlie Hebdo, Rabu (7/1), dan menewaskan 12 orang.
"Kami memang tidak memiliki bukti, tapi siapa pun yang mengamati peristiwa itu pasti tahu bahwa itu operasi dinas rahasia," ujar Le Pen kepada surat kabar Inggris The Independent.
Sebelumnya, Le Pen -- kepada surat kabar Komsomolskaa Pravda -- mengatakan dinas rahasia Prancis mengetahui operasi itu. Ia juga mengatakan dirinya tidak berniat menuduh Prancis yang melakukannya, tapi pemerintah negerinya membiarkan insiden itu terjadi.
"Tujuan AS dan Mossad sama; memicu perang Islam dan Barat," ujar Le Pen.
Le Pen sekali kali menyebut keanehan dalam insiden itu. Menurutnya, bagaimana mungkin salah satu dari Kouachi Bersaudara meninggalkan identitasnya di tempat kejadian.
"Saya membandingkan peristiwa penembakan di kantor Charlie Hebdo dengan Tragedi 9/11," ujar Le Pen.
"Dalam Tragedi 9/1 ada fakta ajaib, yaitu penemuan salah satu paspor pembajak pesawat yang ditabrakan ke menara kembar World Trade Center (WTC) tahun 2001."
Le Pen juga mengatakan ratusan ribu orang yang berkumpul di Paris, empat hari setelah insiden berdarah itu, bukan simpati kepada Charlie Hebdo tapi Charlie Chapilin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar