Jumat, 09 Januari 2015

Charlie Hebdo, Ejekan Provokatif Berujung Pembantaian






Kantor redaksi majalah satire Charlie Hebdo di Paris, Prancis diserang oleh beberapa orang bersenjata yang kemudian menembak mati 12 orang, termasuk sang Pemimpin Redaksi Stephane Charbonnier, 7 Januari lalu.




Penyerangan terhadap Charlie Hebdo bukan lah yang kali pertama. Pada November 2011, kantor majalah tersebut juga pernah diserang bom molotov tak lama setela menerbitkan kartun Nabi Muhammad dengan judul Charia Hebdo.





Stephane Charbonnier, editor Charlie Hebdo, juga beberapa kali menerima ancaman pembunuhan. Pada Rabu lalu, pembunuhan itu menjadi kenyataan tatkala dia dan tiga kartunis lainnya masuk daftar korban tewas.





Dalam laporannya, Koresponden BBC di Paris bernama Hugh Schofield mengatakan, Charlie Hebdo merupakan produk tradisi lama dalam jurnalisme Prancis. Tradisi ini menggabungkan radikalisme sayap kiri dengan jenis humor provokatif yang cenderung cabul.





Pada Abad ke-18, jenis humor tersebut menargetkan keluarga kerajaan, dengan menyebarkan rumor-rumor mengenai kelakuan seksual dan korupsi yang terjadi di Istana Versailles lewat cerita dan gambar.





Seperti dimuat dari BBC, Jumat (9/1/2015), setelah kaum royalis disingkirkan, tradisi tersebut mengincar kelompok lain, politisi, polisi, bankir, dan pemuka agama.





Kebiasaan lama yang cenderung kurang ajar tersebut – separuh mengejek, separuh mempromosikan diri sendiri – tetap diterapkan untuk mencibir.







Pemimpin Redaksi Charlie Hebdo, Stephane Charbonnier





Sirkulasi majalah Charlie Hebdo memang tidak tinggi. Bahkan selama 1981 hingga 1991, majalah tersebut tidak terbit karena kurang sumber daya. Namun, karena kartun halaman depan majalah itu selalu mencolok dan judul menghasut, Charlie Hebdo selalu dapat ditemukan di kios koran dan penjual buku.





Karikatur adalah fitur utama Charlie Hebdo. Tiada figur yang lolos dari karikatur celaan majalah itu. Sosok Nabi Muhammad hanya sebagian dari ilustrasi kontroversial mereka. Sebelumnya, ada kartun di Charlie Hebdo yang menyerang Paus dan biarawati.





Sebagai majalah, Charlie Hebdo sering dibandingkan dengan saingan mereka, Le Canard Enchaine, yang selama ini lebih terkenal. Kedua publikasi tersebut dilatarbelakangi keinginan yang sama untuk menantang kelompok penguasa.





Tema yang diusung Le Canard biasanya mengenai kabar gosip dan informasi dalam. Sedangkan konten Charlie dinilai lebih kasar dan kejam dengan menggunakan kartun dan ketajaman kontroversial






Edisi 19 September 2012: Seorang Yahudi
Ortodoks mendorong seorang muslim
di kursi roda.

PERANG IDEOLOGI





Sebagaimana posisi mereka dalam ekstrem kiri perpolitikan Prancis, masa lalu Charlie Hebdo juga dibumbui perpecahan dan pengkhianatan ideologi.



Salah satu editor lama mereka mengundurkan diri setelah perdebatan mengenai karikatur anti-Yahudi. Sebagian besar dari staf mereka – kartunis dan penulis – menggunakan nama pena.





Sebelum serangan pada hari Rabu itu, tim mereka dipimpin oleh Charbonnier – dikenal dengan nama Charb – dan kartunis lainnya bernama Riss. Namun semua orang mengetahui nama asli mereka.





Berdirinya Charlie Hebdo bermula dari publikasi satire lainnya bernama Hara-Kiri yang populer sekitar 1960-an.





Pada tahun 1970 terjadi dua peristiwa yang berujung pembentukan Charlie Hebdo. Kedua kejadian tersebut adalah sebuah kebakaran di diskotek yang menewaskan lebih dari 100 orang dan mangkatnya mantan Presiden Prancis Charles de Gaulle.





Hara-Kiri menerbitkan majalah mereka dengan judul yang mengejek kematian mantan Presiden Prancis Charles de Gaulle: Bal tragique a Colombey - un mort, yang berarti “Tarian tragis di Colombey (kediaman Gaulle) – satu tewas.”





Kontroversi tersebut mengakibatkan Hara-Kiri ditutup. Staf Hara-Kiri kemudian membuat majalah baru – yaitu Charlie Hebdo. Menurut mereka nama tersebut dipilih karena mereka juga mencetak komik Amerika, Charlie Brown.










Polisi Prancis saat ini tengah memburu kakak beradik, Cherif dan Said Kouachi yang menjadi tersangka penyerangan kantor Charlie Hebdo. Tersangka ketiga menyerahkan diri ke polisi.





Charlie Hebdo dikenal sering memicu kontroversi dengan artikel atau kartun mereka yang bernada satire atau menyindir pemimpin politik maupun spiritual.





Media itu pernah memuat karikatur Nabi Muhammad yang memicu ancaman pembunuhan pemimpin Redaksi.





Pemerintah Prancis saat itu sempat meminta agar redaksi tidak meneruskan publikasi tersebut. Tapi permintaan itu ditolak, dan Prancis terpaksa menutup kantor kedutaan serta sekolah-sekolah di 20 negara akibat khawatir dengan keselamatan warganya di luar negeri.





Tweet terakhir mereka yakni menyindir Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin ISIS. Namun, belum ada konfirmasi apakah kelompok militan itu ada di balik serangan tersebut.





Dalam serangan 3 orang bersenjata di kantor majalah Prancis itu, 12 orang tewas. Mereka adalah para jurnalis, pemimpin redaksi dan 2 polisi. (*lip6)
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar