Pakar Komunikasi Politik, Tjipta Lesmana mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) jelas berada di bawah bayang-bayang Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, dan parpol mitra koalisinya.
Hal itu tercermin dari penunjukan calon Kapolri, Komjen Polisi Budi Gunawan. Di mana, dalam sebuah diskusi, Tjipta sempat mendengar penyataan politikus PDIP, Henry Yosodiningrat yang ngotot supaya Presiden melantik Komjen Budi.
"Ini nuansa politiknya sangat kuat sekali kenapa waktu Budi Gunawan dicoret menjadi calon menteri, dicalonkan kembali," katanya dalam diskusi Polemik Sindo Radio bertajuk Jokowi, Kok Gitu? di Restoran Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (17/1/2015).
Dalam situasi ini, pihaknya melihat Presiden Jokowi menabrak komitmennya yang ketika kampanye. Namun, Presiden dalam melakukan hal tersebut bukan tanpa tekanan, tetapi dia mendapat tekanan yang luar biasa.
"Ya, orang yang power full. Apalagi kalau yang calonkan itu Ibu Mega, ya kelabakan Jokowi," tuturnya.
Pasalnya, Jokowi bisa menjadi Presiden karena jasa PDIP. Bila dirujuk sebelum pencalonannya sebagai Presiden, kata Tjipta, sebagian internal PDIP menolak, terlebih Puan Maharani. Kemudian, kelompok TB Hasanuddin yang terdiri dari lima orang meminta Jokowi dicalonkan sebagai Presiden.
"Sehingga pelan-pelan membujuk Megawati hingga akhirnya dicalonkan. Ini pelajaran bagi Jokowi, harusnya Jokowi berani keluar dari kungkungan, you are real President bukan petugas partai," tegasnya.
Tjipta melanjutkan, Jokowi sebagai Presiden sudah semestinya menggunakan jabatannya secara bebas. Dan, bagi para pimpinan partai politik melalui kasus ini menjadi pelajaran supaya tidak mengganggu Presiden.
"Sebagai Presiden pergunakan itu secara bebas, kasus ini juga harus membuat pimpinan parpol menyadari jangan lagi gerecokin, apa yang ingin dilakukan silakan," tuturnya. (*okz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar