Henri Roussel, salah satu pendiri Charlie Hebdo, mengatakan serangan mematikan ke kantor majalah yang diterbitkannya tahun 1970 akibat kesalahan pemimpin redaksi.
"Stephane Charbonier, pemimpin redaksi Charlie Hebdo, menyeret tim redaksi ke kematian dengan menerbitkan kartun Nabi Muhammad yang memprovokasi kemarahan," tulis Rousell, kini berusia 80 tahun, Le Nouvel Obs.
"Saya sangat menentang kebijakan Charb, nama pena Stephane Charbonier," lanjut Roussel.
Pekan lalu, Said dan Cherif Kouachi menyerbu kantor Charlie Hebdo memberondongkan senjata dan menewaskan 12 orang, termasuk dua polisi. Stephane Charbonier tewas dalam serangan mematikan itu.
Mengacu pada penerbitan kartun Nabi Muhammad tahun 2011, Rousell mengatakan; "Apa yang membuat Charb merasa perlu menyeret tim ke sesuatu yang berlebihan?"
Charb seharusnya tidak melakukan semua itu, tapi dia melakukannya lagi setahun kemudian. Akhirnya, perlawanan mematikan itu terjadi.
Meski demikian, Roussel memuji Charb sebagai block head.
Artikel Roussel memicu kemarahan Richard Malka, pengacara Charlie Hebdo dalam 22 tahun terakhir. Malka menulis; "Charb belum dimakamkan dan Obs menemukan ada yang lebih baik dari sepotong polemik berbisa pada dirinya."
"Beberapa hari lalu Matthieu Croissandeau, editor Nouvel Obs, tidak bisa menjelaskan ketika akan melanjutkan pertarungan. Saya menolak untuk membiarkan diriku diserang oleh pikiran buruk. Saya sangat kecewa."
Usia penerbitan kartun Nabi Muhammad tahun 2011, kantor Charlie Hebdo mendapat serangan bom api. Tidak ada korban tewas atau terluka dalam serangan itu.
"Saya percaya kita adalah orang-orang bodoh yang mengambil risiko yang tidak perlu," lanjut Roussel.
"Kami pikir kami kebal. Selama bertahun-tahun, bahkan satu dekade, kami memprovokasi. Kemudian, provokasi berbalik melawan kami." (*inl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar