Keuskupan Cordoba berupaya memberangus sejarah masjid kota dengan mengubahnya menjadi Katedral Cordoba. Pemerintah Andalusia mencak-mencak.
"Menyembunyikan masa lalu Cordoba sebagai masjid, seperti menyebut Alhambra sebagai Istana Charles V, tidak masuk akal," ujar Rafael Rodriguez, menteri Andalusia, kepada surat kabar El Pais.
Selama beberapa tahun terakhir, Gereja Katolik Spanyol tak henti mencoba mencaplok Masjid Cordoba dan mengubahnya menjadi katedral. Kelompok hak asasi merespon keras, dan menuntut gereja mengakui kekayaan sejarah Islam di Spanyol.
Upaya itu dilakukan dengan mencetak leaflet dan tiket masuk ke Cordoba, tanpa mencantumkan informasi singkat bahwa Cordoba pernah menjadi masjid selama 500 tahun, atau sebelum Kristen mengusir penguasa Islam.
Rodrguez mengatakan keuskupan lebih memprioritaskan keyakinan ketimbang akal sehat dan fakta sejarah. "Bagi saya, itu sama sekali tidak bisa diterima," ujarnya.
Bagi Andalusia, Cordoba adalah tempat wisata paling penting kedua setelah Alhambra. Andalusia diuntungkan oleh kedatangan banyak turis ke kedua bangunan itu, terutama turis dari Timur Tengah.
Masjid Agung Cordoba dibantun antara tahun 784 sampai 786 pada masa pemerintahan Khalifah Abdul al-Rahman I. Selama lima abad, masjid ini melayani shalat lima waktu.
Setelah Ferdinan III, raja Castile, menambil alih Cordoba dari penguasa Muslim tahun 1238, masjid diubah menjadi gereja. Menariknya, selama ratusan tahun tidak ada orang Spanyol yang menyebut Cordoba sebagai gereja, tapi masjid.
Sejak 2006 Gereja Katolik berupaya mengambil alih tempat itu, dan berupaya mengubah penyebutan dari masjid menjadi gereja.
Banyak orang percaya semua ini adalah upaya otoritas Gereja Katolik Cordoba untuk menghapus identitas Islam di seluruh monumen peninggalan kekuasaan Muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar