Gara-gara aib CIA yang menyiksa para tahanan kasus terorisme terbongkar, Amerika Serikat (AS) jadi target “tamparan” banyak pihak.
Edward Snowden, pembocor rahasia AS, mengatakan penyiksaan terhadap tersangka teroris yang dilakukan CIA adalah kejahatan tak termaafkan.
"Teknik brutal CIA sangat menggerogoti moral Amerika Serikat," ujar Snowden.
"Individu tewas setelah dirantai di lantai beton di ruang pemanas, dengan tubuh setengah telanjang," lanjut Snowden dalam webcat dari Rusia, yang diselenggarakan Amnesty Internasional di Paris.
Menurut Snowden, setiap petugas yang melakukan kebiadaban itu, pemerintah AS memberi bonus 2.500 dolar AS. Ia tidak yakin pemerintah AS akan menuntut semua orang yang terlibat.
Kebiadaban teknik interogasi CIA terungkap dalam laporan Komite Intelejen Senat. Siapa pun yang membaca laporan itu menyatakan jijik, dan tidak membayangkan apa yang dialami korban.
CIA membohongi Kongres dengan mengatakan teknik biadab itu efektif mengorek informasi dair tersangka teroris. Padahal, tidak ada informasi apa pun dari interogasi itu. Yang ada hanya kematian.
Diolok-Olok
Dua musuh bebuyutan AS, Iran dan Korea Utara (Korut) kembali mengolok-olok rezim Washington setelah laporan penyiksaan tahanan oleh para interogator CIA dirilis Komite Intelijen Senat AS, Selasa lalu.
Dua negara yang dimusuhi AS itu, belum lama ini juga meledek AS terkait kerusuhan rasial di Ferguson, di mana polisi kulit putih penembak mati remaja kulit hitam dibebaskan.
Korut di bawah kepemimpinan ditaktor Kim Jong-un, bahkan berani menjuluki AS sebagai “kuburan HAM”. Maklum, AS selama ini berkoar-koar soal HAM di berbagai negara, dan kasus rasial itu jadi amunisi bagi Pyongyang untuk “menampar” Washington.
Dalam aib CIA kali ini, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyebut AS sebagai simbol tirani. “Hari ini, Pemerintah AS adalah simbol tirani terhadap kemanusiaan, bahkan orang-orang Amerika dihadapkan dengan kekejaman,” tulis Khamenei, di Twitter, seperti dikutip Mail Online, Kamis (11/12/2014).
Teheran secara rutin dikiritik Washington dalam hal catatan pelanggaran HAM. Khususnya, yang menyangkut tingginya jumlah orang yang dieksekusi, pembatasan kekebasan pers dan pembatan kebebasan beragama. Kini Iran pun membalasnya.
Tirani Amerika
Dalam tweet selanjutnya, Khamenei yang mengulang isi pidatonya tahun 2010, mempertanyakan klaim AS soal negara pelindung HAM. ”AS yang mengklaim (negara pelindung) hak asasi manusia, dan (sekarang) menginjak-injak dasar-dasar (HAM) di dalam penjara mereka,” lanjut Khamenei.
Korut yang memendam kekesalan terhadap AS juga memanfaatkan aib CIA ini untuk mengecam pemerintah Barack Obama. Pyongyang mendesak Dewan Keamanan PBB menindak pihak yang bertanggung jawab atas penyiksaan yang mereka sebut tidak manusiawi itu.
“Membahas catatan HAM Korea Utara, sementara (Dewan Keamanan PBB) menutup mata atas pelanggaran HAM oleh anggota tetapnya,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Korut, menyindir AS.
“Jika (Dewan Keamanan) ingin membicarakan masalah HAM, mereka harus mempertanyakan pelanggaran HAM yang merajalela di Amerika Serikat,” lanjut kementerian itu.
China, yang sesekali tegang dengan AS juga ikut-ikutan mengkritik AS. “Kami percaya bahwa pihak AS harus memperbaiki citranya dan sungguh-sungguh menghormati dan mengikuti aturan konvensi internasional,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei.
Penyiksa dianggap 'Patriot'
Namun, alih-alih untuk malu dan introspeksi diri. Tokoh-tokoh AS yang patut diduga bertanggung jawab dalam program interogasi yang dilakukan CIA dengan menyiksa tahanan itu justru membela mati-matian ulah agen CIA yang kini jadi aib AS.
Bekas Presiden George W. Bush, misalnya. Dia pasang badan untuk laporan aib CIA itu. ”Kami beruntung memiliki pria dan wanita yang bekerja keras di CIA yang melayani atas nama kami," kata Bush kepada CNN.
”(Tindakan interogasi dengan penyiksaan) ini adalah patriot dan apa pun kata laporan itu, jika mengurangi kontribusi mereka ke negara kita, itu adalah sesat,” lanjut Bush. Bush wajar membela para agen CIA yang menyiksa para tahanan kasus 9/11. Sebab, teknik interogasi para agen CIA dengan menyiksa tahanan itu terjadi saat Bush masih berkuasa.
Bekas Wakil Bush, Dick Cheney, juga dengan lantang membela CIA dan menentang laporan yang dibeberkan Komisi Intelijen Senat AS tersebut. ”Kami melakukan apa yang perlu dilakukan untuk menangkap orang-orang yang bersalah dari (kasus) 9/11 dan untuk mencegah serangan lebih lanjut, dan kami berhasil di bagian kedua,” katanya kepada Fox News, semalam.
Tanpa basa-basi, Cheney meragukan kebenaran laporan itu.”Laporan ini penuh omong kosong, maafkan saya. Saya harus berkata hoey (itu sudah lewat) kemarin. Mari menggunakan kata yang sebenarnya,” ujarnya.
“Penyelidikan ‘sangat cacat’ dan tidak repot-repot untuk mewawancarai tokoh-tokoh kunci yang terlibat dalam program (interogasi) ini,” katanya menyidir cara penyelidikan yang dilakukan senat AS dalam membuat laporan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar