Tiga mahasiswa Muslim korban penembakan di apartemen dekat Universitas North Carolina di Chapel Hill, AS, pada Selasa (10/2) dikenang sebagai warga yang murah hati dan santun.
Menurut Omar AbdelBaky, 24 tahun, sahabat salah satu korban, Deah Shaddy Barakat, korban merupakan teman semasa kecilnya yang sangat baik. Suatu ketika, AbdelBaky pernah mengeluhkan bahwa sebagai warga Muslim yang besar di North Carolina, dia tidak pernah mendapat hadiah ketika Hari Raya Idul Fitri.
Barakat, kemudian menanyakan alamat tempat AbdelBaky tinggal. Dua pekan kemudian, sebuah hadiah berupa mainan helikopter tiba di rumahnya, pemberian dari Barakat.
"Itulah Deah, dia selalu memberi tanpa pernah berfikir dua kali. Saya ingin orang-orang mengenal dia, bahwa dia orang yang sangat baik," kata AbdelBaky dengan suara bergetar mengenang kematian Barakat, dikutip dari CNN, Rabu (11/2).
Barakat tewas ditembak mati di apartemennya di Chapel Hill oleh pria berusia 46 tahun bernama Craig Stephen Hicks. Tak hanya Barakat, istrinya, Yusor Mohammad, 21 tahun; dan adik iparnya, Razan Mohammad Abu-Salha, 19 tahun, juga tewas dalam tragedi penembakan yang menghembuskan sentimen terhadap Muslim.
Barakat adalah mahasiswa tahun kedua fakultas kedokteran gigi Universitas North Carolina dan tengah menggalang dana untuk mendirikan pos perawatan gigi bagi pengungsi Suriah di Turki. Barakat, yang merupakan keturunan imigran Suriah di AS, telah mengumpulkan dana sejumlah US$ 1.000 untuk pos perawatan gigi bagi pengungsi Suriah.
Dia baru menikah sebulan yang lalu dengan Yusor Mohammad, yang baru saja akan mulai belajar di fakultas tersebut pada musim gugur mendatang. Mohammad mengajak sejumlah perempuan muda bersama dalam komunitasnya, dan menempa persahabatan yang kuat.
Sementara adik Mohammad, Razan, dikenal sebagai seniman berbakat, dan juga mahasiswa tahun keduadi Universitas North Carolina.
Pasangan muda yang dengan misi mulia
Dalam sebuah video yang direkamnya, Deah Barakat terlihat menjelaskan program perawatan gigi tersebut bersama dengan 10 dokter gigi lain. Mereka berencana membagikan sikat dan pasta gigi dan di kamp pengungsi dan menunjukkan cara merawat kebersihan mulut.
Dalam upaya penggalangan dana setelah tragedi penembakan ini, terlihat, sejumlah kerabat dan warga serta publik yang bersimpati terhadap kasus ini memberikan donasi, sehingga saat ini dana sumbangan terkumpul lebih dari US$ 102 ribu.
AbdelBaky menyatakan bahwa sangat sulit mengetahui bahwa sahabat dan keluarganya tiba-tiba tewas begitu saja.
"Keluarga Barakat merupakan pasangan yang berbahagia. Mereka sangat bersinar, ramah, baik, dan penolong. Mereka sangat menginspirasi kami," kata AbdelBaky.
Rasa sedih juga menyelimuti Suzzane Barakat, kakak perempuan Barakat, yang menyatakan adiknya merupakan pria yang terkenal karena kebaikannya. Suzzane mengenang bahwa adiknya menyuaki olahraga basket, dan suka sekali makan kari.
"Enam minggu lalu saya menitikkan air mata kebahagiaan di pernikahan adik saya. Hari ini, kita menangis karena rasa sakit yang tak terbayangkan," kata Suzzane.
"Ketiga korban adalah permata dari komunitas mereka dan meninggalkan kesan abadi pada orang-orang di sekitar mereka. Mereka menginspirasi kami. Mereka merupakan pemuda yang menjadi contoh baik bagi sesama," kata Suzzane mengenang para korban.
"Kami masih dalam keadaan shock dan tidak akan pernah bisa memahami tragedi mengerikan ini," kata Suzzanne berurai air mata.
Mohammad Abu-Salha, ayah dari dua korban perempuan, menyatakan kepada News & Observer bahwa para korban tewas ditembak di kepala.
Hicks, yang merupakan tetangga para korban menembak ketiganya sekitar pukul 17:00 waktu setempat. Ia menyerahkan diri kepada polisi dan ditahan di penjara Durham County tanpa ikatan.
Polisi mengatakan penembakan dimotivasi karena perselisihan antar tetangga atas lahan parkir.
Namun, Abu-Salha menampik alasan tersebut dan menyatakan bahwa pembunuh memberikan tanda-tanda kejahatan rasial berdasarkan agama dan budaya.
"Ini bukan sengketa tempat parkir, ini adalah kejahatan rasial. Pria ini telah berselisih dengan putri saya dan suaminya beberapa kali sebelumnya, dan ia berbicara dengan pistol di sabuknya. Dan mereka tidak nyaman dengan dia, tetapi mereka tidak tahu dia akan berlaku sejauh ini," kata Abu-Salha yang merupakan seorang psikiater di Clayton.
Dewan Hubungan Amerika-Islam menyerukan agar media massa tidak berspekulasi soal motif penembakan yang didasarkan atas keterangan di akun Facebook yang diduga milik Hicks. Sejumlah media melaporkan bahwa Hicks adalah seorang ateis jika melihat keterangan dari akun tersebut.
Di akun itu juga terdapat status yang berbunyi, "Jika soal penghinaan, agamamu yang memulainya, bukan saya. Jika agamamu tetap menutup mulutnya, saya juga akan melakukannya."
Sementara itu, belum dapat dipastikan keaslian halaman Facebook dan publikasi pada akun itu. Aparat penegak hukum diharapkan bisa segera mengeluarkan pernyataan resmi terkait motif penembakan ini.
CNN international
Tidak ada komentar:
Posting Komentar