Minggu, 18 Januari 2015

Tembak Mati, Jarak Eksekutor dan Napi hanya 5-10 Meter





Hujan yang mengguyur Nusakambangan sore tadi tidak menghalangi persiapan eksekusi lima terpidana mati. Mereka akan ditembak oleh seregu polisi pada Ahad (18 Januari), tepat pukul 00.00.



“Walau hujan, persiapan tetap lancar,” ujar Kepala Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum di Jawa Tengah, Yuspahruddin, Sabtu (17 Januari).



Kelima terpidana yang akan ditembak mati di Nusakambangan adalah Marco Archer Cardoso (Brasil), Ang Kiem Soei alias Tommy Wijaya (Belanda), Rani Andriani alias Melisa Aprilia (Cianjur, Jawa Barat), Namaona Denis (Malawi), dan Daniel Enemuo (Nigeria).



Sejak siang, lima mobil ambulans telah memasuki Pulau Nusakambangan. Di dalam mobil tersebut sudah disiapkan peti mati. Sebelumnya, pada pagi hari, keluarga diperbolehkan menjenguk terpidana untuk terakhir kalinya.



“Kami masuk pukul 10.30 dan dibatasi hanya dua orang,” kata Dewi Retno Atik, istri Namaona Denis, salah satu terpidana mati.



Satu lagi terpidana mati, Tran Thi Bich Hanh (Vietnam) akan dieksekusi di Boyolali, Jawa Tengah, sesuai dengan wilayah pengadilan negeri yang menjatuhinya hukuman mati. Sebelumnya ia telah mengajukan permintaan terakhir. Ran Thi Bich minta jenazahnya dikremasi dan abunya di makamkan di Lapas Bulu, Semarang.



Kepala Pusat Penerangan Kejaksaan Agung,Tony Spontana, mengatakan, para terpidana bakal dieksekusi sesuai dengan undang-undang.



“Mereka akan ditembak,” ujarnya, Sabtu, 17 Januari.



Setiap terpidana akan menghadapi 12 anggota regu polisi yang menggunakan senjata laras panjang. Sebagian senjata mereka berisi peluru hampa. Hanya tiga senjata yang diisi peluru tajam.



Undang-undang Nomor 2 PNPS Tahun 1964 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati mengatur cukup rinci tahapan eksekusi. Misalnya, setiba di lokasi, eksekutor menutup mata terpidana dengan sehelai kain. Tapi, diperbolehkan pula bila terpidana ingin dieksekusi dengan mata terbuka.



Terpidana bisa berdiri, duduk atau berlutut. Jika perlu, eksekutor bisa memerintahkan agar tangan dan kaki terpidana diikat pada sandaran. Jarak antara regu tembak dan terpidana paling dekat 5 meter, tapi tak boleh lebih dari 10 meter.



Tony mengatakan, terpidana menggunakan pakaian berwarna putih dengan tanda sasaran bidik di bagian dada. Setelah penembakan, petugas harus memastikan si terpidana benar-benar mati.



“Kalau ternyata masih hidup, komandan regu tembak harus menembak menggunakan pistol tepat di atas telinga,” kata dia.



Petugas kemudian mengeluarkan seluruh proyektil yang ada di dalam tubuh. “Luka di tubuh terpidana harus ditutup dan dijahit agar kembali seperti semula,” ujar Tony. (*tempo)
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Pertarungan Muhammad Ali Membela Kebaikan





Selama berkarier di dunia tinju, Muhammad Ali dikenal sebagai seorang petinju yang hobi mempromosikan dan juga memuji dirinya sendiri.




Namun di balik sosok yang tampaknya meledak-ledak tersebut, petinju yang terlahir dengan nama Cassius Marcellus Clay tersebut memiliki sisi lain dalam dirinya.





Saat negaranya, Amerika Serikat, memutuskan untuk terjun ke perang Vietnam, Ali menolak diikutsertakan ke dalam pasukan AS dengan alasan membunuh adalah hal yang dilarang dalam agamanya.





"I ain't got no cuarrel with the Vietcong," ujar Ali dalam satu frasa paling terkenal yang pernah ia ucapkan. 





Bagi Ali, orang-orang Vietnam tidak menindasnya dan tidak berlaku adil padanya, sehingga ia tak ingin pergi memerangi mereka.





Atas penolakannya tersebut, Ali ditahan dan didenda sebesa Us$ 10 ribu. 





Gelar juara miliknya juga dilepas dan petinju legendaris ini tidak lagi memiliki izin untuk bertanding hingga tahun 1970.





"Saya mendapatkan gelar Juara Dunia Kelas Berat bukan karena itu diberikan pada saya, bukan karena ras atau agama saya. Tetapi karena saya memenangkannya di ring," ujar Ali saat itu.





"Mereka yang ingin mengambilnya dan melelangnya, tidak hanya mempermalukan saya, tetapi mempermalukan diri mereka sendiri."





Raja Afrika








Penolakan Ali terhadap panggilan pasukan AS membuat karier tinjunya berada dalam titik nadir.





Ketika kembali ke dunia tinju setelah menjalani masa hukuman, Ali tidak mampu mengejar ketertinggalannya dan kalah dari rival terberatnya, Joe Frazier.





Kekalahan tersebut sempat membuat Ali kembali vakum selama satu setengah tahun, sebelum ia menantang juara dunia saat itu, George Foreman.





Pergi ke Kinshasha, Zaire (sekarang Republik Demokratik Kongo) untuk menghadapi Foreman, Ali dengan cepat mendapatkan tempat spesial di hati masyarakat Afrika.








Petinju kontroversial tersebut tidak pernah menolak rakyat Zaire yang datang kepadanya, termasuk koloni yang terkena penyakit menular, lepra.





Di sana Ali tanpa ragu berbaur dengan para penderita lepra, bahkan ia juga tanpa ragu memeluk mereka. Padahal manajer Ali saat itu, Gane Kilroy sampai mandi 10 kali saat mereka kembali.





"Jangan khawatir. Tuhan menjaga kita, kita tidak akan terkena lepra," ujar Ali menenangkan Kilroy pada saat itu.





Tak heran ketika Ali naik ke atas ring di tengah-tengah hutan Kinshasha itu, enam puluh ribu orang bersorak untuknya dan bukan untuk sang juara dunia, Foreman:





"Ali....bomaye! Ali....bomaye!" (Ali...bunuh dia! Ali....bunuh dia!), ujar mereka.




Hari itu Ali adalah raja Afrika.



Pertaruhkan Nyawa Menuju Irak







Dua puluh tiga tahun setelah menolak panggilan untuk pergi berperang, Ali kembali melakukan sebuah pertaruhan besar pada 1990.



Kali ini Ali tidak hanya mempertaruhkan karier, tetapi juga nyawanya saat ia terbang ke Irak untuk menegosiasikan pembebasan 15 warga AS yang menjadi sandera pasukan Irak dibawah pimpinan Saddam Hussein.



Saat itu Hussein memang menggunakan sandera tersebut sebagai 'perisai manusia' untuk menahan gempuran barat, setelah negaranya menginvasi Kuwait.



Pada saat itu, Hussein sempat menunda pembicaraan dengan Ali hingga lebih dari seminggu, sebelum akhirnya mereka memiliki sebuah dialog yang positif.



Ali pun berhasil 'meluluhkan hati' Hussein yang secara terbuka mengabaikan permintaan PBB dan pihak AS untuk melepaskan para sandera, dan ke-15 sandera tersebut akhirnya diperbolehkan kembali ke AS dengan selamat.



Kini setelah memenangi berbagai hal di kehidupannya, Ali akan menghadapi tantangan terakhirnya, yaitu menghadapi penyakit parkinson yang telah ia lawan selama 30 tahun.
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






73 Tahun Muhammad Ali: 5 Film Tentang Ali, Sang Petarung Ulung



Kalau saja tidak ada Muhammad Ali di dunia nyata, boleh jadi Hollywood akan menciptakan tokoh fiksi dengan karakter Ali. Seorang atlet tinju dengan kualitas kepemimpinan yang mengagumkan.



Di ring tinju, Ali adalah seorang pahlawan yang beberapa kali direndahkan namun mampu membuktikan diri menjadi pemenang. Dia juga seorang yang berbicara layaknya seorang penyair. Alih-alih berbicara kasar, tinjunya lebih sering melayang. Dia kuat, secara fisik maupun karakter.



Mungkinkah ada penulis naskah Hollywood yang mampu menciptakan karakter Ali?



Ali, yang baru saja berulang tahun ke-73 pada 17 Januari kemarin, jauh lebih luar biasa dari sebatas film. Sejumlah film berusaha merekam kehidupan Ali namun kisahnya terlalu besar untuk sebuah film.



Berikut adalah lima film tentang Ali yang dirangkum dari berbagai sumber. Tidak ada satupun film yang benar-benar mampu menampilkan sosok Ali. Akan tetapi, film-film ini mampu mengingatkan Anda tentang sosok berjulukan The Greatest tersebut.



1. The Greatest (1977)



Ali memerankan dirinya sendiri dalam film biografi ini. Film ini menceritakan kemenangan Ali dalam turnamen Olympic sebagai Cassius Clay. Ali terlahir dengan nama Cassius Marcellus Clay Jr. Dalam film ini juga diceritakan tentang keputusannya memeluk agama Islam dan mengganti nama menjadi Muhammad Ali.



Selain itu, ada juga kisah penolakan Ali terhadap rancangan Angkatan Darat dan sengketa hukum setelah gelar Juara Dunia-nya dicabut.



Dari segi sinematografi, film ini bukanlah sebuah mahakarya. Sejumlah kisah yang diceritakan dalam film kurang menyentuh kehidupan Ali. Narasi film juga tidak lebih baik daripada adegan perkelahian. Terlepas dari itu, tokoh Ali yang diperankannya sendiri telah begitu kharismatik.



2. When We Were Kings (1996)



Sebuah film dokumenter tentang Kejuaraan Pertarungan Kelas Berat di Zaire antara sang juara George Foreman dan penantangnya, si pecundang Muhammad Ali.



Film ini bukan sekadar film terbaik tentang Ali, tetapi juga mungkin film terbaik tentang tinju yang pernah ada. Disutradarai oleh Leon Gast, film ini menampilkan tentang peristiwa di balik layar pertarungan berjulukan "Rumble in the Jungle" tersebut.



When We Were Kings dinobatkan sebagai Film Dokumenter Terbaik dan meraih Piala Oscar dalam Academy Awards 1997. Selain itu, film ini juga meraih penghargaan yang sama dalam ajang Critics Choice Awards 1997. Bukan hanya itu, terdapat lima penghargaan dan empat nominasi lainnya yang diraih film ini.



3. Ali (2001)



Film biografi ini disutradarai oleh Michael Mann. Will Smith (berperan sebagai Ali) bermain sama luar biasanya dengan "The Greatest" Ali sendiri.



Film ini mencakup dekade paling penting dalam kehidupan Ali, mulai dari kekalahannya dari petinju Sonny Liston, konversi ke agama Islam, protes antiperang Ali, pengasingan panjang dari ring, hingga akhirnya kemenangan Ali melawan George Foreman yang sebelumnya mengalahkannya di "Rumble in the Jungle."



Film ini meraih dua nominasi dalam ajang Piala Oscar 2002 untuk kategori Aktor Terbaik dan Aktor Pendukung Terbaik. Selain itu, film ini memenangkan 12 penghargaan dan dinominasikan dalam sejumlah ajang penghargaan film.



4. Facing Ali (2009)



Dalam film dokumenter ini, sepuluh lawan Ali menjelaskan tentang bagaimana rasanya berhadapan dengan orang yang paling ditakuti dalam tinju kelas berat selama perjalanan kariernya, entah itu mengalahkan atau dikalahkan Ali.



Ali merupakan Juara Dunia Tinju Kelas Berat sebanyak tiga kali. Atlet-atlet tinju seperti Joe Frazier, George Foreman, Earnie Shavers, Ken Norton, Leon Spinks, dan Larry Holmes memberikan penghormatan kepada Ali untuk figurnya yang mengagumkan baik di dalam ring maupun di dunia luar pertandingan.



Facing Ali memenangkan enam penghargaan yakni dalam ajang Leo Awards 2010, Vancouver Film Critics Awards 2010, dan Vancouver International Film Festival 2010.



5. Muhammad Ali's Greatest Fight (2013)



Tidak seperti film-film terdahulu, film yang rilis kurang dari dua tahun lalu ini bernuansa politik dan sejarah yang kuat. Film ini menampilkan tentang pertarungan paling berat bagi Ali, yakni pertarungannya dengan Pemerintah Amerika Serikat.



Film arahan sutradara Stephen Frears ini menceritakan tentang salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah Amerika. Muhammad Ali's Greatest Fight adalah sebuah film tentang politik dan keangkuhan di balik Perang Vietnam dan balas dendam yang ditujukan pada atlet terbesar Amerika pada abad ke-20, Ali, karena dia menolak untuk ikut berperang dalam Perang Vietnam.



Miniseri ini dinominasikan dalam ajang Primetime Emmy Awards 2014 untuk kategori Sutradara Terpuji Miniseri, Film, atau Spesial Drama dan Film Televisi Terpuji. Selain itu, film ini juga meraih satu penghargaan dan empat nominasi pada 2014.



(vga/cnn)





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Jasmerah, “Jangan Sampai Mega Marah”





Dilema terkait masalah pencalonan Budi Gunawan dapat menjadi pembuktian bagi kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).



Pengamat politik dari Populi Center, Dr Nico Harjanto, menilai pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri saat ini pun tak lepas dari kepentingan politik.



"Ini (Kapolri) didorong oleh politik yang, tentu dari parpol yang besar PDIP. Dia (parpol) ingin mendorong banyak hal sesuai dengan kepentingan mereka," katanya dalam diskusi "Kali Ini Tidak 86" di Jakarta Pusat, Sabtu (17/1).



Hal inilah yang mendorong pergantian Kepala Polri secara mendadak oleh pemerintah. Padahal, Kapolri Sutarman baru akan pensiun pada Oktober 2015 mendatang. Menurutnya, kepentingan politik ini justru membuat posisi presiden terjepit dari empat arah.



"Kepentingan politik ini membuat posisi presiden terjepit dari 4 penjuru, yakni istana, DPR, Teuku Umar atau parpol, dan kuningan (KPK). Ini membuat Presiden sangat pusing," katanya.



Nico mengatakan, kondisi ini pun juga disebabkan lantaran Presiden Jokowi tak memiliki partai. Sehingga Jokowi tidak memiliki kekuatan politik.



Lanjut dia, partai politik tempat Jokowi berlindung pun justru tak memberikan kemudahan.



"Parpol di mana Jokowi berlindung justru tidak memudahkan Jokowi. Kalau dulu Jas Merah artinya 'jangan sekali-kali meninggalkan sejarah'. Jas Merah itu sekarang 'jangan sampai Mega marah'," kata Nico.



Presiden Boneka



Pakar ilmu politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan keputusan yang diambil Jokowi dapat membentuk asumsi terhadap kepemimpinannya.



"Jangan sampai asumsi 'presiden boneka' melambung lagi," jelasnya.



Zuhro melihat posisi Jokowi memang dilematis karena ia tak sendiri. Ada partai dan koalisi pendukung di belakangnya. Sehingga, dalam mengambil keputusan pastinya tidak akan seorang diri, akan ada tekanan.





Menurut Zuhro, seseorang yang tak melakukan tindak pidana, tidak mungkin bisa menjadi tersangka begitu saja.



Terkait figur Budi Gunawan sendiri, Zuhro melihatnya dengan simpel. Ia menyatakan orang yang baik dan tidak terstigma tidak mungkin tiba-tiba ditersangkakan. Menurut Zuhro, seseorang yang tak melakukan tindak pidana, tidak mungkin bisa menjadi tersangka begitu saja.



"Ini polisi loh. Masa menjadi tersangka (tapi) nggak ngapa-ngapain. Gampang saja rumusnya," lanjutnya.



Terlepas dari semua tekanan, sebagai orang nomor satu di Indonesia, Jokowi merupakan pihak yang sepenuhnya bertanggung jawab atas keputusan yang diambil. Satu hal yang perlu diperhatikan Jokowi ialah menjaga kepercayaan rakyat.



Menurut Zuhro, kepercayaan rakyat merupakah hal yang sangat mahal. Sekali seorang pemimpin kehilangan kepercayaan rakyatnya, maka akan sulit bagi pemimpin tersebut untuk meraih kembali kepercayaan itu, ibarat menegakkan benang yang basah. (*ROL)





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Sabtu, 17 Januari 2015

Le Pen sebut Penyerangan Paris Ulah Intelijen Prancis







Jean-Marie Le Pen, pemimpin Front Nasional, mengatakan Dinas Rahasia Prancis merencanakan serangan ke kantor redaksi Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang.





Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Rusia anti-Barat virulently, Mr Le Pen, 86, yakin teori konspirasi yang beredar di internet yang menunjukkan bahwa serangan itu pekerjaan agen Amerika atau Israel berusaha untuk memicu perang saudara antara Islam dan Barat.





"Saya meragukan Said dan Cherif Kouachi merencanakan dan melaksanakan serangan itu," ujar Jean-Marie dalam wawancara dengan Komsomolskaya Pravda, surat kabar Rusia.





"Saya tidak berpikir pemerintah Prancis adalah penyelenggara kejahatan, tapi mereka memungkinkan kejahatan itu terjadi," lanjutnya.





Pers Prancis yakin Pravda memelintir pernyataan Jean-Marie, atau keliru menerjemahkan dari Bahasa Prancis ke Bahasa Rusia. Namun Jean-Marie mengatakan tidak ada yang salah dalam alih bahasa dari Prancis ke Rusia yang dilakukan Pravda.





"Saya tidak memvalidasi ulang terjemahan dari Bahasa Prancis ke Rusia," ujarnya.








Menurut Jean-Marie, keterlibatan intelejen terlihat dengan ditemukannya kartu pengenal salah satu pelaku di tempat kejadian. Namun, katanya, ini hanya spekulasi.





"Penembakan di Charlie Hebdo menyerupai operasi dinas rahasia tapi kami tidak punya bukti itu," surat kabar mengutip Mr Le Pen mengatakan. "Saya tidak berpikir itu diselenggarakan oleh otoritas Perancis tetapi mereka diizinkan kejahatan ini harus terjadi."





Berbeda dengan Jean-Marie Le Pen, Marine Le Pen -- putri sang ketua FN dan pemimpin koalisi sayap kanan Prancis -- mengeksploitasi insiden Charlie Hebdo dan penyanderaan di supermarket kosher untuk menjalankan agenda politik anti-imigran dan anti-Islam.
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Hacker Muslim Hantam Balik 19.000 Situs Perancis





Sejumlah peretas muslim menyerang 19 ribu situs Prancis sejak terjadinya penembakan 12 kartunis Charlie Hebdo.



Situs Mashable melaporkan Jumat (16/1/2015), serangan itu dilakukan oleh sejumlah kelompok peretas Islam.



Sejumllah situs yang terkena serangan adalah situs militer Pemerintah Prancis dan sejumlah toko penjual Pizza, tutur Komodor Arnaud Coustilliere, kepala departemen keamanan Cyber Angkatan Bersenjata Prancis.



Baru pertama kali ini, Prancis menghadapi gelombang serangan cyber, kata Arnaud Coustilliere.



Beberapa nama peretas kondang yang melakukan serangan, di antaranya Tim Falla Ga, AnonGhost atau United Islamic Cyber Force. Selama ini, ketiga nama kelompok peretas tersebut dikenal melakukan serangan dan vandalisme serta mengirim pesan propaganda ke sejumlah situs dunia.



Sementara itu, sejumlah kartunis Arab juga melakukan serangan balik. Mereka mempertanyakan kebebasan berbicara Barat dan menyerang para pemimpin Arab dan Israel yang bersikap ganda.



Emad Hajjaj, kartunis Yordania menggambarkan seorang ibu Palestina berada di dalam kamp pengungsi PBB sambil berkata, Charlie! Artinya, ia berada di pengungsian selama 67 tahun dijajah Israel.



Ahmed Rahma, kartunis Al Jazeera menggambar seorang pemimpin Arab membawa plakat Saya Charlie dengan latar belakang tiga wartawan dikerangkeng dan diborgol kakinya. Ini melukiskan kehadiran Raja Yordan, para Menlu Saudi, Mesir, Algeria dan Turki yang berpartisipasi dalam pawai di Paris.



Dan al-Shorouk, kartunis Algeria menggambarkan seorang tokoh membawa plakat Saya Charlie berpose di samping tank yang melindas tanda nama Palestina, Mali, Gaza, Irak dan Suriah. Kami semua adalah Muhammad, tulisnya di keterangan gambar.
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Buntut Eksekusi Mati, Brazil dan Belanda Tarik Dubes dari Indonesia



Pemerintah Indonesia telah mengeksekusi mati 6 terpidana kasus narkoba. Salah satu terpidana mati tersebut adalah Marco Archer Cardoso Moreira, warga negara Brasil.



Moreira ditangkap pada 2003 lalu setelah polisi di bandara Cengkareng menenemukan 13,4 kg kokain yang disembunyikan di dalam peralatan olahraga.



Presiden Brasil Dilma Rousseff, menilai eksekusi hukuman mati terhadap salah satu warga negaranya di Indonesia karena kasus narkoba merupakan bentuk kekejaman. Dia juga mengatakan Moreira merupakan warga negara Brasil pertama yang dieksekusi mati di luar negeri dan memperingatkan hukuman itu akan 'merusak' hubungan dengan Indonesia.



"Hubungan antara kedua negara akan terpengaruh," kata Rousseff yang dikutip BBC, Minggu (18/1/2015),



"Duta besar Brasil di Jakarta telah ditarik untuk melakukan konsultasi," imbuh dia.



Selain Brasil, Belanda juga menarik kembali duta besarnya, setelah Menteri Luar Negeri Bert Koenders menilai eksekusi terhadap warga negara Belanda Ang Kiem Soe, 52 tahun, merupakan pengingkaran terhadap martabat dan integritas kemanusiaan.



Grasi Ditolak



Presiden Brasil Dilma Rousseff menyatakan telah mengajukan permohonan pengampunan (grasi) tetapi ditolak oleh Presiden Joko Widodo.



Dia mengatakan kepada Joko Widodo bahwa dia menghormati kedaulatan dan sistem hukum di Indonesia, tetapi sebagai seorang ibu dan kepala negara dia mengajukan permohonan itu dengan alasan kemanusiaan.



Jokowi, kata Rousseff, telah memahami kepedulian presiden Brasil tetapi Jokowi tidak dapat mengubah hukuman karena seluruh proses hukum telah dijalani.



Dalam sebuah video yang direkam seorang rekannya, Moreira menyatakan penyesalannya yang berupaya menyeludupkan narkoba ke Indonesia.



"Saya tahu akan menghadapi hukuman yang serius, tetapi saya yakin saya berhak mendapatkan kesempatan. Semua orang melakukan kesalahan."



Kejaksaan Agung mengeksekusi 6 terpidana mati pada Minggu 18 Januari dini hari. 5 Terpidana mati dieksekusi di Pulau Nusakambangan, Cilacap dan 1 lainnya dieksekusi di Boyolali, Jawa Tengah.



Berikut 6 terpidana mati tersebut‎.



1. Marco Archer Cardoso Moreira (WN Brasil) dieksekusi di Nusakambangan.

2. Rani Andriani alias Melisa Aprilia (WNI) dieksekusi di Nusakambangan.

3. Tran Thi Bich Hanh (WN Vietnam) dieksekusi di Boyolali.

4. Namaona Denis (WN Malawi) dieksekusi di Nusakambangan.

5. Daniel Enemuo alias Diarrassouba Mamadou (WN Nigeria) dieksekusi di Nusakambangan.

6. Ang Kiem Soei alias Ance Tahir alias Tommi Wijaya (Warga Belanda) ‎dieksekusi di Nusakambangan.





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.