Tampilkan postingan dengan label Tahukah Anda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tahukah Anda. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Maret 2015

Tahukah Anda: Jihadi “Emwazi” John Ternyata Karyawan IT Terbaik





Mohammed Emwazi, 26, sosok yang diyakini sebagai algojo ISIS ternyata pernah tercatat sebagai karyawan terbaik di perusahaan IT di Kuwait. Dia jadi salesman top di perusahaan itu saat usianya 21 tahun.



”Ia karyawan terbaik yang pernah kita miliki,” ujar mantan bos Mohammed Emwazi, yang berbicara dalam kondisi anonim, kepada Guardian.



”Dia sangat baik dengan orang-orang. Tenang dan layak. Dia datang ke rumah kami dan memberi kami CV-nya.”



Menurut Mail Online, Senin (2/3/2015), di perusahaan itu, Emwazi digaji 300 dinar Kuwait atau sekitar Rp13 juta per bulan. Itu belum ditambah dengan komisi-komisi lain yang dia terima.



Selama bekerja di perusahaan di Kuwait, dia pernah meminta waktu cuti untuk melakukan perjalanan ke London pada dua kesempatan terpisah. Dia kemudian meninggalkan perusahaan itu untuk selamanya pada bulan April 2010.



Di London Intelijen Inggris MI5 menahannya dan mencegah Emwazi untuk kembali ke Kuwait.







Gara-gara perlakuan pejabat keamanan Inggris itulah, Emwazi kecewa. Selain diganggu untuk pulang ke Kuwait, Emwazi juga pernah dicoba direkrut jadi mata-mata Inggris untuk Kuwait.



MI5 meradikalisasi Emwazi, dengan mengawasinya terus-menerus selama enam tahun.



Kepada wartawan Mail on Sunday empat tahun lalu, Emwazi mengatakan dirinya terus dilecehkan MI5, yang membuat dirinya membenci aparat keamanan Inggris.



"Bagaimana mungkin seseorang yang tenang dan pendiam seperti dia menjadi orang yang kita lihat di berita? Hanya saja tidak logis bahwa ia bisa menjadi seperti ini," komentar mantan bosnya seperti dilansir The Guardian, Minggu (1/3/2015).

Minggu, 01 Februari 2015

Tahukah Anda: “Sumatra Telah Dikenal Sejak Zaman Rasulullah”




Syed Muhammad al Naquib al Attas


Benarkah pulau Sumatra telah dikenal oleh Rasulullah SAW semasa hidup, serta telah dilalui dan disinggahi para pedagang dan pelaut Arab di masa itu? Pernyataan ini diungkap Prof. Dr. Muhammad Syed Naquib al-Attas di buku terbarunya “Historical Fact and Fiction” yang di seminarkan November 2011 lalu.



Syed Muhammad al Naquib al Attas lahir di Bogor, 5 September 1931 adalah seorang cendekiawan dan filsuf muslim saat ini dari Malaysia. Ia menguasai teologi, filsafat, metafisika, sejarah, dan literatur.






Muhammad al Naquib al Attas
Ia juga menulis berbagai buku di bidang pemikiran dan peradaban Islam, khususnya tentang sufisme, kosmologi, filsafat, dan literatur Malaysia.



Sumber Wikipedia menyebutkan, tahun 1962 Al-Attas menyelesaikan studi pasca sarjana di Institute of Islamic Studies di McGill University, Montreal, Kanada, dengan thesis Raniri and the Wujudiyyah of 17th Century Acheh.



Al-Attas kemudian melanjutkan studi ke School of Oriental and African Studies, University of London di bawah bimbingan Professor A. J. Arberry dari Cambridge dan Dr. Martin Lings. Thesis doktornya (1962) adalah studi tentang dunia mistik Hamzah Fansuri.



Pada 1987, Al-Attas mendirikan sebuah institusi pendidikan tinggi bernama International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) di Kuala Lumpur. Melalui institusi ini Al-Attas bersama sejumlah kolega dan mahasiswanya melakukan kajian dan penelitian mengenai Pemikiran dan Peradaban Islam, ia terkenal kritis terhadap Peradaban Barat.



Kesimpulan Al-Attas ini berdasarkan inductive methode of reasoning. Metode ini, ungkap al-Attas, bisa digunakan para pengkaji sejarah ketika sumber-sumber sejarah yang tersedia dalam jumlah yang sedikit atau sulit ditemukan, lebih khusus lagi sumber-sumber sejarah Islam dan penyebaran Islam di Nusantara memang kurang.



Ada dua fakta yang al-Attas gunakan untuk sampai pada kesimpulan di atas.



Pertama, bukti sejarah Hikayat Raja-Raja Pasai yang di dalamnya terdapat sebuah hadits yang menyebutkan Rasulullah saw menyuruh para sahabat untuk berdakwah di suatu tempat bernama Samudra, yang akan terjadi tidak lama lagi di kemudian hari. Hikayat Raja-raja Pasai antara lain menyebutkan sebagai berikut:



…Pada zaman Nabi Muhammad Rasul Allah salla’llahu ‘alaihi wassalama tatkala lagi hajat hadhrat yang maha mulia itu, maka sabda ia pada sahabat baginda di Mekkah, demikian sabda baginda“Bahwa sepeninggalku ada sebuah negeri di atas angin Samudera namanya. Apabila ada didengar khabar negeri itu maka kami suruh engkau (sediakan) sebuah kapal membawa perkakas dan kamu bawa orang dalam negeri (itu) masuk Islam serta mengucapkan dua kalimah syahadat. Syahdan, (lagi) akan dijadikan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam negeri itu terbanyak daripada segala Wali Allah jadi dalam negeri itu”


Dasarnya tentu sangat kuat baik secara teologis maupun secara antropologis. Menurutnya, Hamzah Fansuri, Nurruddin Ar-Raniry, Syamsuddin As-Sumatrani, Syech Abdurrauf As-singkili yang terkenal dengan nama Syeikh di Kuala atau Syiah Kuala adalah sekian diantara ulama besar Aceh yang pernah ada di zaman keemasan kesultanan Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam.



Bahkan, sekian diantara Wali Songo memiliki garis hubungan pendidikan atau lulusan (alumni) yang berguru di Samudera Pasai sebagai pusat peradaban Islam Asia tenggara kala itu. Bahkan beberapa diantaranya ada yang memiliki hubungan keturunan dengan Aceh penyebar Islam di tanah Jawa.



Sumber wikipedia menyebutkan, bahwa asal-usul penamaan pulau "Sumatra" sendiri berasal dari keberadaaan sebuah kerajaan benama Samudera Pasai (terletak di pantai pesisir timur Aceh). Diawali dengan kunjungan Ibnu Batutah, petualang asal Maroko ke negeri tersebut pada tahun 1345, dia melafalkan kata Samudera menjadi Samatrah, dan kemudian menjadi Sumatra atau Sumatera, selanjutnya nama ini tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan Portugis, untuk dirujuk pada pulau ini, sehingga kemudian dikenal meluas sampai sekarang. (Nicholaas Johannes Krom, De Naam Sumatra, BKI, 100, 1941.)



Kedua, berupa terma “kāfūr” yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Kata ini berasal dari kata dasar “kafara” yang berarti menutupi. Kata “kāfūr” juga merupakan nama yang digunakan bangsa Arab untuk menyebut sebuah produk alam yang dalam Bahasa Inggris disebut camphor, atau dalam Bahasa Melayu disebut dengan kapur barus.



Masyarakat Arab menyebutnya dengan nama tersebut karena bahan produk tersebut tertutup dan tersembunyi di dalam batang pohon kapur barus/pohon karas (cinnamomum camphora) dan juga karena “menutupi” bau jenazah sebelum dikubur.



Produk kapur barus yang terbaik adalah dari Fansur (Barus) sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, yang terletak di pantai barat Sumatra.



Dengan demikian tidak diragukan wilayah Nusantara lebih khusus lagi Sumatra telah dikenal oleh Rasulullah dari para pedagang dan pelaut yang kembali dengan membawa produk-produk dari wilayah tersebut (pasai) dan dari laporan tentang apa yang telah mereka lihat dan dengar tentang tempat-tempat yang telah mereka singgahi.






Prof. Dr. Muhammad Syed Naquib al-Attas


Menurut berita-berita luar yang juga diceritakan dalam Hikayat Raja-raja Pasai (Pase) kerajaan ini letaknya di kawasan Selat Melaka pada jalur hubungan laut yang ramai antara dunia Arab, India dan Cina. Disebutkan pula bahwa kerajaan ini pada abad ke XIII sudah terkenal sebagai pusat perdagangan di kawasan itu.


Kembali menurut Al-Attas, ia menyebutkan, ada empat faktor penyebab minimnya sumber dan kajian sejarah Islam dan sejarah penyebaran Islam di Nusantara.


Pertama, sumber dan karya ilmiah sejarah Islam yang ditulis dalam huruf Jawi/Pego (Arab latin) oleh masyarakat Nusantara tidak begitu terkenal di kalangan ilmuwan Barat karena tidak banyak dari mereka yang pandai membaca tulisan Jawi.



Kedua, banyak sumber sejarah yang hilang atau tidak diketahui keberadaannya pada zaman penjajahan.



Ketiga, biasanya sumber-sumber sejarah yang ditulis masyarakat Nusantara dianggap oleh orientalis sebagai artifak sastra, sebagai karya dongeng atau legenda, yang hanya bisa dipelajari dari sudut filologi atau linguistik, dan tidak bisa diterima sebagai sumber sejarah yang sempurna dan benar.



Keempat, karena minimnya sumber dan kajian sejarah Islam Nusantara membuat para ilmuwan Barat hanya menggunakan sumber, kajian dan tulisan dari luar Nusantara termasuk dari Barat. Mereka tidak memperhatikan atau mungkin tidak tahu adanya bahan-bahan dan informasi yang terdapat dalam berbagai sumber sejarah Islam termasuk sumber-sumber sejarah dari wilayah Nusantara.


Prof. Dr. Abdul Rahman Tang, Akademis dan dosen pasca sarjana di Departemen Sejarah dan Peradaban, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences di International Islamic University Malaysia, selaku pembanding menyatakan kajian sejarah Islam Nusantara yang dilakukan al-Attas dalam buku tersebut sebagian besar bersifat spekulatif.



Salah satu fakta spekulatif tersebut adalah hadits yang terdapat dalam Hikayat Raja Raja Pasai.



Menurutnya, fakta-fakta tersebut bisa valid jika telah menjalani proses “verification of fact”. Namun Al-Attas tidak melakukan proses ini terhadap hadits yang disebutkan di dalam hikayat raja-raja pasai tersebut.






Historical Fact and Fiction
Muslim China warga Malaysia ini mempertanyakan tentang hadits ini dan mengkhwatirkan implikasinya terhadap pemikiran masyarakat Nusantara. Menurutnya, al-Attas melakukan inductive methode of reasoning secara tidak konstruktif. Sedang Dr. Syamsuddin Arif, dosen IIUM asal Jakarta, selaku pembicara kedua dalam acara bedah buku tersebut mengungkapkan kesimpulan al-Attas di atas logis dan sesuai dengan fakta.


Hal ini berdasarkan perjalanan pelaut dan pedagang Arab pada masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam  yang pergi ke China. Untuk mencapai negeri China melalui laut tak ada rute lain kecuali melalui dan singgah wilayah Nusantara.


Lebih lanjut Arif mengemukakan berbagai teori dan pendapat tentang kapan, dari mana, oleh siapa, dan untuk apa penyebaran Islam di Nusantara beserta bukti-bukti dan fakta-fakta yang digunakan untuk mendukung pendapat-pendapat tersebut. Arif juga menjelaskan ilmuwan siapa saja yang memegang dan yang menentang pendapat-pendapat tersebut.


Di akhir makalahnya, Arif mempertanyakan pendapat J.C. Van Leur yang pertama kali menyatakan bahwa penyebaran Islam di Nusantara dimotivasi oleh kepentingan ekonomi dan politik para pelakunya.


Van Leur dalam bukunya “Indonesian Trade and Society” berpendapat, sejalan dengan melemahnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Sumatera dan khususnya di Jawa, para pedagang Muslim beserta muballigh lebih berkesempatan mendapatkan keuntungan dagang dan politik.



Dia juga menyimpulan adanya hubungan saling menguntungkan antara para pedagang Muslim dan para penguasa lokal.


Pihak yang satu memberikan bantuan dan dukungan materiil, dan pihak kedua memberikan kebebasan dan perlindungan kepada pihak pertama.



Menurutnya, dengan adanya konflik antara keluarga bangsawan dengan penguasa Majapahit serta ambisi sebagian dari mereka untuk berkuasa, maka islamisasi merupakan alat politik yang ampuh untuk merebut pengaruh hingga menghimpun kekuataan.


Menurut catatan M. Yunus Jamil, bahwa pejabat-pejabat Kerajaan Islam Samudera Pasai terdiri dari orang-orang alim dan bijaksana. Adapun nama-nama dan jabatan-jabatan mereka adalah sebagai berikut:


1. Seri Kaya Saiyid Ghiyasyuddin, sebagai Perdana Menteri.

2. Saiyid Ali bin Ali Al Makaarani, sebagai Syaikhul Islam.

3. Bawa Kayu Ali Hisamuddin Al Malabari, sebagai Menteri Luar Negeri.


Dari catatan-catatan, nama-nama dan lembaga-lembaga seperti tersebut di atas, Prof. A. Hasjmy berkesimpulan bahwa, sistem pemerintahan dalam Kerajaan Islam Samudera Pasai sudah teratur baik, dan berpola sama dengan sistem pemerintahan Daulah Abbasiyah di bawah Sultan Jalaluddin Daulah (416-435 H).


Nama Samudera dan Pasai sudah populer disebut-sebut baik oleh sumber-sumber Cina, Arab dan Barat maupun oleh sumber-sumber dalam negeri seperti Negara Kertagama (karya Mpu Prapanca, 1365) pada abad ke 13 dan ke-14 Masehi. Dan tentang asal usul nama kerajaan ini ada berbagai pendapat.



Menurut J.L. Moens, kata Pasai berasal dari istilah Parsi yang diucapkan menurut logat setempat sebagai Pa’Se. Dengan catatan bahwa sudah semenjak abad ke VII M, saudagar-saudagar bangsa Arab dan Parsi sudah datang berdagang dan berkediaman di daerah yang kemudian terkenal sebagai Kerajaan Islam Samudera Pasai .







Mohammad Said, salah seorang wartawan dan cendikiawan Indonesia pengarang buku ACEH SEPANJANG ABAD yang berkecimpung dengan penelitiannya tentang kerajaan ini dan kerajaan Aceh, dalam prasarannya yang berjudul “Mentjari Kepastian Tentang Daerah Mula dan Cara Masuknya Agama Islam ke Indonesia", berkesimpulan bahwa istilah PO SE yang populer digunakan pada pertengahan abad ke VIII M seperti terdapat dalam laporan-laporan Cina, adalah identik atau mirip sekali dengan Pase atau Pasai.


Pendapat ini adalah sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Prof. Gabriel Ferrand dalam karyanya (L’Empire, 1922, hal.52-162), dan pendapat Prof. Paul Wheatley dalam (The Golden Khersonese, 1961, hal.216), yang didasarkan pada keterangan para musafir Arab tentang Asia Tenggara. Kedua sarjana ini menyebutkan bahwa sudah sejak abad ke-7 Masehi, pelabuhan-pelabuhan yang terkenal di Asia Tenggara pada masa itu, telah ramai dikunjungi oleh para pedagang dan musafir-musafir Arab. Bahkan pada setiap kota-kota dagang itu telah terdapat fondachi-fondachi atau permukiman-permukiman dari pedagang-pedagang yang beragama Islam. Wallahu'alam bissawab..


Referensi:



  • Islamic Studies Forum for Indonesia) Kuala Lumpur, Malaysia

  • http://id.wikipedia.org/wiki/Syed_Muhammad_Naquib_al-Attas

  • hidayatullah.com, Benarkah Nusantara telah dikenal di jaman Nabi





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Rabu, 31 Desember 2014

Tahukah Anda: Israel Bunuh 2.240 dan Tangkap 5.824 warga Palestina Sepanjang 2014



Laporan tahunan yang diterbitkan oleh Pusat Studi Tawanan dan HAM Palestina “Ahrar” menyebutkan bahwa sebanyak 2240 orang Palestina gugur di Tepi Barat, al Quds dan Jalur Gaza selama tahun 2014 karena menjadi target langsung penjajah Zionis.


Menurut laporan Ahrar Center, telah terjadi penangkapan terhadap 5824 warga Palestina selama tahun 2014. Sedikitnya 170 di antaranya dari Jalur Gaza, 5539 dari Tepi Barat dan al Quds, di tambah dengan 115 kasus penangkapan di wilayah Palestina terjajah tahun 1948.


Direktur Ahrar Center Fuad Khafasy mengatakan, “Kota-kota Tepi Barat menjadi ajang penumpahan aksi Zionis selama tahun 2014, terjadi banyak perang dan infiltrasi militer sehingga mengakibatkan banyak jumlah syuhada dan warga yang ditangkap.” Sebagian besar dari mereka ditangkap dari rumah-rumahnya atau dari pos-pos militer yang didirikan penjajah Zionis di seluruh wilayah Tepi Barat.


Penyebaran korban yang gugur selama 2014 adalah sebagai berikut, sebanyak 2.181 warga gugur di Jalur Gaza akibat eskalasi dan agresi yang dilancarkan penjajah Zionis dari awal Juli hingga akhir Agustus, 58 warga gugur diTepi Barat dan al Quds (Jerusalem), serta satu orang dari wilayah yang dijajah Zionis sejak tahun 1948.


Adapun penyebaran penangkapan sepanjang tahun 2014 berdasarkan urutan bulan, selama bulan Januari 383 warga, bulan Februari 312 warga, Maret 364 warga, April 312 warga, Mei 370 warga, Juni 911 warga, bulan Juli 636 warga, bulan Agustus 467 warga, September 565, Oktober 350 warga, kemudian sebanyak 635 warga selama bulan November, dan pada bulan Desember, 519 warga.


Sedang sebaran penangkapan berdasarkan urutan kota, menurut laporan Ahrar Center adalah: 1. Al Quds (Jerusalem) 1580 tahanan, 2. Hebron: 1456 tahanan, 3. Bethlehem: 580 tahanan, 4. Nablus: 530 tahanan, 5. Jenin: 45 tahanan, 6. Ramallah: 366 tahanan, 7. Tulkarem 180 tahanan 0,8 - Gaza: 170 tahanan, 9. Qalqilya: 150 tahanan 0,10 - wilayah yang diduduki sejak 1948: 115 tahanan, Salfit: 115 tahanan, 11. Tubas 72 tahanan, dan terakhir Jerikho 60 tahanan.


Ahrar Center dalam laporannya menyebutkan bahwa selama tahun 2014 seorang tahanan Palestina gugur di dalam penjara Zionis, yaitu Raed Jabari dari Hebron. Dia meninggal akibat dipukuli selama interogasi di dalam penjara-penjara Israel.


Selama tahun 2014 terjadi penangkapan puluhan wanita Palestina, khususnya wanita al Quds yang bersiaga di dalam masjid al Aqsha, yang sebagian besar akhirnya dibebaskan setelah setelah ditahan selama berjam-jam atau berhari-hari. Masih ada 21 wanita Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel dan yang paling lama adalah Lena Jerboni yang ditahan 13 tahun yang lalu.


Selama tahun 2014 penjajah Zionis juga menculik dan menahan 30 anggota Dewan Legislatif Palestina. Hingga akhir tahun 2014 masih ada 20 anggota dewan yang ditahan ditambah dua menteri Palestina.


Laporan tersebut menunjukkan bahwa penjajah Zionis sengaja menarget para mahasiswa Palestina, di mana lebih dari 800 mahasiswa telah ditangkap. Aksi-aksi penangkapan ini merupakan upaya dari pihak penjajah Zionis untuk mengganggu pertumbuhan masyarakat Palestina.


Selain itu juga ada upaya sengaja oleh penjajah Zionis untuk menarget anak-anak Palestina, terutama anak-anak di daerah perbatasan: al Quds, Qalqiliya, dan beberapa desa di Ramallah. Tidak ada angka yang akurat terkait jumlah anak-anak yang ditangkap, karena sebagian besar korban telah dibebaskan beberapa jam setelah penangkapan. (asw/infopalestina)




DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Senin, 29 Desember 2014

Tahukah Anda: AS habiskan Rp11 Miliar, untuk Bunuh Satu Serdadu ISIS






Sebuah laporan mencengangkan menyebutkan, AS dan koalisi menghabiskan lebih Rp 10 miliar untuk membunuh setiap satu serdadu ISIS lewat pemboman dari udara.





Ini bukan angka resmi, tapi siapa pun bisa melakukan perhitungan sederhana untuk sampai pada kesimpulan seperti di atas. Caranya, jumlah biaya yang diklaim AS dibagi banyaknya serdadu ISIS yang tewas.





AS secara resmi mengklaim biaya serangan udara selama tiga bulan terakhir mencapai satu miliar dolar AS, atau Rp 12,4 triliun. Observatorium Hak Asasi Manusia di Suriah (SOHR) mencatat serangan udara AS dan koalisi menewaskan hampir 1.200 orang.





Dari jumlah itu, menurut SOHR, 52 orang warga sipil. Jumlah serdadu ISIS mencapai 1.046, dan kebanyakan bukan warga Suriah. Di luar ISIS, serangan koalisi juga menewaskan 72 jihadis Jabhat al-Nusra.








Jika biaya serangan udara AS dan koalisi dibagi jumlah korban di pihak ISIS dan Al-Nusra, maka AS setidaknya harus mengeluarkan Rp 10,8 miliar untuk membunuh setiap satu jihadis.





Jika ditambah dengan penduduk sipil, biaya yang dikeluarkan AS dan koalisi adalah Rp 10,4 miliar per orang.





Dari 52 warga sipil yang tewas, delapan adalah wanita dan lima anak-anak. Mereka tewas dalam serangan di ladang dan kilang minyak Al-Hasakah dan Der e-Zor, Raqqa, Menbej, di timur Aleppo, serta di pedesaan Idlib.





"Kami percaya jumlah korban mungkin lebih banyak lagi, tidak hanya dari kalangan penduduk sipil tapi juga ISIS dan Al Nusra," demikian keterangan SOHR.



"Namun sangat tidak mungkin memverifikasi jumlah korban tewas sebenarnya."
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Minggu, 28 Desember 2014

Inggris Digegerkan Rumor: Pangeran Harry Anak dari Selingkuhan Diana dan Hewitt





Meski Putri Diana telah meninggal 17 tahun lalu, berbagai rumor tentangnya masih saja sering terdengar. Kali ini, kabar yang terdengar bahwa anak keduanya, Pangeran Harry, bukan anak Pangeran Charles. 


Rumor ini hadir lagi setelah James Hewitt, selingkuhan Diana, mengakui berhubungan dengan Diana sebelum Harry lahir.


"Saya dan Diana memulai hubungan kami lebih dari setahun sebelum Harry lahir," ujarnya, seperti dikutip Daily Mail, 27 Desember 2014. Meski demikian, Hewitt menuturkan itu tak membuktikan bahwa dia merupakan ayah Harry.


Pernyataan ini awalnya diungkapkan oleh Jon Conway, orang yang memproduksi drama Truth Lies Diana. Conway mengatakan telah berbicara dengan Hewitt selama dua tahun.


"Saya bertemu dengannya, dan dia menuturkan kepada saya beberapa hal yang cukup luar biasa yang tak pernah dibicarakan di depan publik, terutama tentang kapan hubungannya dengan Diana dimulai," katanya.





James Hewitt (kiri) dan Putri Diana memperhatikan Pangeran Harry saat mengunjungi Pangkalan Angkatan Darat pada 1989. dailymail.co.uk


Hewitt memang membenarkan mengenal Conway dan berbicara dengannya tentang hubungannya dengan Diana. Namun dia mengaku tak membaca adegan tertentu, meskipun Conway mengklaim mengirimkan 15 halaman naskah untuk mendapatkan persetujuannya.


Menurut Conway, Hewitt mengizinkannya menyebutkan itu. Dia menuturkan hubungan Hewitt dengan Diana dimulai 18 bulan sebelum Pangeran Harry lahir. Namun bukan berarti keduanya mengatakan Hewitt merupakan ayah Harry, "Audiens bisa membuat pandangan masing-masing."


Conway sendiri mengaku tak tahu, apakah Hewitt adalah ayah Pangeran Harry. Menurut dia, Hewitt selalu menyangkalnya. "Baik ini karena tak benar atau lantaran keluar dari rasa loyalitas," ujarnya.




Pangeran Harry yang bernama asli Henry Charles Albert David lahir pada 15 September 1984. Rumor tentang ayah Pangeran Harry ini pertama kali mulai beredar pada 1994, ketika kabar perselingkuhan ibunya dengan Hewitt menjadi konsumsi publik.


Lebih dari satu dekade Hewitt membantah hal itu dan mengklaim bahwa perselingkuhannya dengan Diana tak dimulai sampai 1986, ketika Pangeran sudah berusia 2 tahun.


Adapun Diana meninggal sekitar 13 tahun setelah Harry lahir. Dia meninggal dalam kecelakaan mobil bersama kekasihnya, Dodi Fayed, di Paris, Prancis. (*dailymail)




DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.