Sabtu, 14 Februari 2015

Ribuan Orang Hadiri Pemakaman Korban Pembunuhan Chapel Hill

Ribuan orang datang untuk menghadiri proses pemakaman tiga mahasiswa yang menjadi korban penembakan di University of North Carolina.


Selain itu ibadah Salat Jenazah juga dibanjiri ratusan orang yang ikut dalam ibadah itu. Suasana haru pun sangat terasa selama acara tersebut.



Biro Penyelidik Federal (Federal Bureau Investigation/FBI) berjanji akan mengusut tuntas kasus yang terjadi pada Kamis 12 Februari.



“FBI akan bekerja sama dengan Kepolisian North Carolina untuk mengusut tuntas kasus ini,” ujar Juru Bicara FBI, seperti dilansir News Observer, Jumat (13/2/2015).



Seperti diberitakan sebelumnya , aksi penembakan brutal kembali terjadi di Amerika Serikat (AS). Tiga mahasiswa muslim tewas ditembak di kawasan University of North Carolina.



Pihak kepolisian mengatakan peristiwa itu terjadi pada Selasa 10 Februari pukul 17.15 waktu setempat. Polisi menemukan tiga jenazah atas nama Deah Shaddy Barakat, Yusor Mohammad Abu-Salha, dan Razan Mohammad Abu-Salha.



Pihak kepolisian setempat telah menangkap tersangka atas nama Craig Stephen Hicks (46). Kini ia mendekam di Penjara Durham County, North Carolina. (dailymail)





Saying goodbye: The remains of 21-year-old Deah Shaddy Barakat are carried by loved ones from the Islamic Association of Raleigh to a mass service in a soccer field in North Carolina on Thursday afternoon

Side by side: Mohammad Abu-Salha (2nd left), the father of victims Yusor Abu-Salha and Razan Mohammad Abu-Salha, stands beside Namee Barakat (center), the father of Yusor's husband, Deah Shaddy Brakat, at the start of the service

Devastated: Namee Barakat, Deah's father, is propped up by loved ones as he walks from the mosque and prepares to say goodbye

Courageous: Mohammad Abu-Salha, who has branded the deaths a hate crime, addresses the crowds during the service

Saying goodbye: At the end of the service, a dozen people carried each casket from the field amid a sea of mourners

Support: Women sob as they embrace each other outside the Islamic Association of Raleigh on Thursday

Sadness: Abu-Salha, who lost his two daughters in the tragedy, says the funeral prayer in front of the caskets on Thursday afternoon







DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Erdogan Cerca Obama Bungkam Tragedi Chapel Hill



Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang memilih bungkam soal terbunuhnya tiga mahasiswa Muslim di North Carolina.



Saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Meksiko, Kamis, Erdogan menilai bungkamnya Obama, Wakil Presiden Joe Biden, dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry terlalu "nyaring" dan mereka seharusnya mengambil sikap setelah kekejian tersebut terjadi. (Standar Ganda Media Barat Pembunuhan Chapel Hill)



"Jika Anda tetap diam menghadapi insiden seperti ini, dan tidak membuat pernyataan sama sekali, dunia akan diam terhadap Anda," kata Erdogan yang mengirim sinyal hubungan antara dirinya dan Gedung Putih sedang memburuk.



Tiga mahasiswa Muslim yang aktif berkontribusi terhadap aksi sosial telah ditembak di kondominum mereka yang berjarak 3 km dari kampus Universitas North Carolina, Selasa waktu setempat. (Bunuh 3 Mahasiswa Muslim, Pria Biadab AS ini seorang Ateis)



Pihak kepolisian mengindikasikan pembunuhan ini dilatarbelakangi kedengkian pelaku terhadap korban yang beragama Islam.



Seperti dikutip dari laman jaringan TV Al Jazeera, Gedung Putih memilih untuk menunda berkomentar hingga investigasi polisi rampung.



Pasangan pengantin baru Deah Barakat (23) adalah mahasiswa kedokteran gigi Universitas North Carolina. Sementara istrinya Yusor Mohammad Abu-Salha (21) dan saudarinya Razan Mohammad Abu-Salha (19) yang juga mahasiswa di kampus yang sama, telah ditembak mati oleh tetangganya yang bernama Craig Stephen Hicks (46).



Meskipun Turki adalah mitra kunci Amerika dalam memerangi ISIS, Erdogan belakangan kian tegas menyampaikan protes terhadap bergulirnya Islamophobia di Barat.



Tahun lalu, Erdogen mengatakan hubungannya dengan Obama telah menegang dan Erdogen tidak lalu berbicara dengan Obama karena kecewa Amerika tidak banyak membantu negeri tetangga Suriah yang sedang dilanda perang.



Erdogan memilih bicara dengan Joe Biden untuk membahas isu-isu seperti Irak.



(*Antara)





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Valentine, Warisan Tradisi Sesat Kaum Penyembah Berhala

Hari Valentine versi Yahudi


Tradisi dan kebiasaan-kebiasaan berlaku saban perayaan Hari Kasih Sayang atau Valentine berasal dari dua festival berbau seks di zaman Romawi kuno, yakni Lupercalia dan Juno Februata.


Dirayakan tiap 15 Februari, Lupercalia (festival izin berhubungan seks) digelar orang-orang Romawi kuno buat menghormati Lupercus, dewa kesuburan dan pertanian. Lupercus juga dikenal sebagai dewa pelindung hewan ternak dan hasil panen, pemburu sangat hebat, terutama serigala. Orang-orang Romawi meyakini Lupercus bakal melindungi kerajaan mereka dari ancaman serigala.


Dibantu para perawan, Luperci (pendeta lelaki) memimpin upcara pemurnian dengan mengorbankan kambing-kambing dan seekor anjing dalam gua Lupercal di Bukit Palatine. Kemudian, mereka mengenakan cawat dari kulit kambing berlumuran darah. 


Lantas, Luperci mulai mencambuki para perawan itu dengan tali kulit kambing. Mereka percaya tindakan ini bisa membuat para perawan itu gampoang memiliki anak dan melahirkan.


Inilah alasan kenapa Lupercalia diselenggarakan pada Februari. Nama bulan itu berasal dari kata februa, berarti pemurnian, seperti dilansir situs rcg.org.


Orang-orang Romawi juga mengadakan perayaan Juno Februata, dewi cinta dan perkawinan. Pesta ini digelar saban 14 Februari. GTradisi berlaku adalah nama-nama gadis remaja ditulis di atas secarik kertas. Kemudian-gulungan-gulungan kertas itu dimasukkan ke dalam kotak. Lantas, remaja lelaki masing-masing mengambil secara acak gulungan kertas itu.


Mereka kemudian dipasangkan dan tampil dalam pelbagai permainan serotis sepanjang perayaan itu. Selepas festival Juno Februata, sejoli-sejoli dadakan ini tetap menjadi pasangan bercinta hingga akhir tahun. Tradisi syahwat sesat ini berlangsung berabad-abad di Kekaisaran Romawi.


Hingga kini, Hari Kasih Sayang terus dirayakan generasi muda, bahkan menjurus pada pesta berlumur dosa: seks bebas dan mabuk-mabukkan.


Dengan tradisi sesat ini, rasanya sungguh tidak pantas geenerasi muda muslim ikut merayakan Hari Valentine.






DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Kamis, 12 Februari 2015

Ini Bukti Standar Ganda Media Barat Pembunuhan #ChapelHillShooting





Tagar #ChapelHillShooting dan #MuslimLivesMatter masih menduduki trending topik di Twitter. Munculnya tagar ini dijadikan sindiran para netizen atas bungkamnya media-media barat mengenai insiden ini.



Netizen membandingkan kasus ini dengan penembakan di kantor majalah Charlie Hebdo yang terjadi beberapa waktu lalu.



Penembakan brutal yang dilakukan Craig Stephen Hiks terhadap tiga mahasiswa Muslim Amerika di sebuah apartemen kampus di Chapel Hill, Carolina Utara, tentu sangat melukai perasaan masyarakat dunia terlebih umat Muslim.



"Saya ingin melihat protes, saya ingin melihat liputan berita, saya ingin melihat pawai, saya ingin kemarahan yang sama seperti yang terjadi di Prancis. #ChapelHillShooting," kicau Adham Kassem, sebagaimana diberitakan //Islam Online//, Kamis (12/2).



Berbagai media Barat jadi sasaran kemarahan pengguna internet yang dianggap menerapkan standar ganda atas pemberitaan tersebut.



"#ChapelHillShooting sudah berlangsung sekitar 9 jam yang lalu dan belum ada liputan dari CNN, FoxNews, MSNBC dan media-media lainnya, " sindir Khaled Bey.



"Ada 3 Mahasiswa Muslim ditembak mati di #ChapelHillShooting hari ini, tapi Media AS tidak memberitakannya sama sekali bahkan hingga sekarang!," tulis Farhan Khan Virk.



Para Netizen juga mempertanyakan sikap media-media barat yang menyebut pelaku sebagai 'penyerang' bukan 'teroris' sebagaimana yang kerap mereka sematkan tatkala pelaku adalah muslim.



Seorang kartunis Carlos Latuff juga berkicau: "Sekarang bayangkan jika Craig Hiks adalah Muslim dan telah menembak mati tiga pemuda Kristen / Yahudi ... #ChapelHillShooting," kicaunya merujuk kepada pelaku penembakan.







Dalam kasus di Paris, pelaku serangan dicap teroris, sedangkan dalam kasus di North Carolina pelaku serangan yang menyerahkan diri hanya dianggap penjahat biasa.



”Saya ingin tahu,” kata Doktor Yasir Qadhi, seorang teolog Islam melalui Twitter.”Ketika semua pemimpin dunia datang danberjabat tangan dan berbaris di jalan-jalan Chapel Hill untuk mengutuk Islamophobia,” ujarnya, membandingkan reaksi serupa para pemipin dunia atas kasus serangan terhadap kantor majalah Charlie Hebdo.



“jika pembunuhnya adalah muslim itu terorisme, tetapi jika korban adalah muslim mereka bahkan tidak mendapatkan label,” tulis pengguna akun Twitter, @kkarlebe dengan mencantumkan hastag #MuslimLivesMatter.



“Saya tidak menyalahkan ateisme untuk pembunuhan tiga Muslim Amerika. Fokus saya adalah fanatisme pejabat pemerintah dan profesional terhadap (perilaku)anti-Muslim,” tulis pengguna akun Twitter @Deanofcomedy.



Polisi setempat semula menyatakan kasus itu sebagai buntut perselisihan sengketa parkir. Namun, kini mereka juga mulai menyelidiki kasus itu terkait dugaan kejahatan rasial.





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Mengapa Pembunuh #ChapelHillShooting Tidak Dianggap Teroris?





Kepolisian Negara Bagian North Carolina, Amerika Serikat, telah menahan seorang pria yang membunuh tiga mahasiswa di rumah mereka di Kota Chapel Hill. Insiden itu belakangan diselimuti kontroversi agama.



Craig Stephen Hicks, 46, dituduh membunuh Deah Barakat, istrinya Yusor Mohammad Abu-Salha, serta adik iparnya, Razan Mohammad Abu-Salha.



Mereka ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala.



Kepala kepolisian Chapel Hill, Chris Blue, mengatakan pihaknya masih menyelidiki apakah aksi Hicks dilatarbelakangi kebencian terhadap agama tertentu mengingat ketiga korban beragama Islam.



“Kami paham keprihatinan mengenai kemungkinan bahwa peristiwa ini didasari kebencian dan kami akan mengerahkan segala upaya untuk menentukan apakah memang benar demikian,” kata Blue.







Keluarga besar Deah Barakat menyebutkan Hicks punya kebencian terhadap ketiga korban. Mohammed Abu-Salha, mertua Deah Barakat, mengatakan Hicks telah membunuh menantu dan kedua anaknya dengan gaya eksekusi.



“Orang ini sudah cari ribut dengan putri saya dan suaminya beberapa kali. Dia bicara dengan mereka sembari menyelipkan senjata di ikat pinggangnya. Mereka mungkin tidak nyaman dengan dia, namun mereka tidak mengira dia akan bertindak sejauh ini,” kata Abu-Salha.







Di sisi lain, Karen Hicks mengaku terkejut dengan insiden tersebut dan mengatakan bahwa aksi suaminya dipicu oleh cekcok mengenai masalah parkir, alih-alih agama.



Craig Hicks, kata istrinya, berdalih suaminya meyakini semua orang setara, tidak peduli bagaimana penampilan dan apa yang mereka yakini.



Media sosial



Insiden di Chapel Hill memicu kontroversi lanjutan di media sosial. Tanda pagar #ChapelHillShooting telah digunakan lebih dari 300.000 kali dan menjadi topik populer di Amerika Serikat, Inggris, Mesir, Arab Saudi, dan beberapa negara di Timur Tengah.



Tagar itu amat mungkin dipopulerkan Abed Ayoub, direktur kebijakan Komite Anti-Diskriminasi Amerika-Arab. ‘Mengapa tidak ada seorang pun menyebut #ChapelHillShooting aksi terorisme? Apakah para korban menganut agama yang salah?’ cuitnya.









Barakat adalah mahasiswa pascasarjana kedokteran gigi tahun kedua di University of North Carolina. Dia dikenal giat menggalang dana bagi perawatan gigi para pengungsi Suriah melalui Yayasan Miswak



Istrinya, Yusor Mohammad Abu-Salha, berencana menempuh studi kedokteran gigi di universitas yang sama tahun depan. Sedangkan adik Yusor, Razan, ialah mahasiswi North Carolina State University jurusan desain.
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






KPK Diteror, Jasin: Penyidik KPK Pernah Hilang, Tak Kembali





Ancaman terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi bukan terjadi kali ini saja. Pada periode kepemimpinan sebelumnya, para komisioner dan penyidik KPK pun kerap menerima teror.



Menurut mantan Wakil Ketua KPK M Jasin, teror terhadap KPK sejak eranya bahkan hingga ke tahap diwujudkan atau eksekusi, tak sekadar ancaman.



"Ancaman selalu ada. Itu ibarat serangan-serangan balik. Dulu ada teror, ada penyidik KPK yang tidak kembali," kata Jasin kepada CNN Indonesia, Kamis (12/2).



Penyidik KPK yang tak kembali hilang begitu saja, ujar Jasin, hingga kini pun tak diketahui rimbanya.



Selain penyidik yang hilang itu, teror fisik lain juga terjadi. "Ada juga yang kakinya patah. Orang yang kakinya patah itu sampai sekarang masih bekerja di KPK. Jelas ancaman selalu ada," kata Jasin.



Bedanya dengan sekarang, ujar Jasin, dulu teror terhadap KPK hanya diterima oleh level pimpinan dan penyidik, tak sampai merembet ke pegawai dan keluarga mereka.



Terkait ancaman yang diterima KPK di bawah kepemimpinan Abraham Samad saat ini, Jasin berpendapat hal itu merupakan serangan balik dari pihak yang tidak menyukai KPK. Ancaman meningkat karena supremasi hukum di Indonesia belum sempurna.



Soal pimpinan KPK yang berkali-kali mengemukakan ancaman yang mereka terima, Jasin memandangnya wajar. "KPK ingin menceritakan kepada masyarakat posisinya saat ini, bahwa kerja mereka dihadang. Masyarakat harus tahu karena KPK bertanggung jawab kepada masyarakat," ujar Jasin yang saat ini menjabat sebagai Inspektur Jenderal di Kementerian Agama.



Sebelumnya, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto menyatakan ada teror yang menimpa lembaga antirasuah. Meski bukan kali pertama KPK mendapat ancaman, teror yang menimpa pegawai KPK saat ini menurut dia merupakan persoalan serius.



"Menurut kami, stadium ancaman sangat eskalatif karena bisa menyangkut nyawa. Ancaman yang serius itu bukan hanya menimpa staf dan karyawan, tapi sudah melebar ke keluarga," ujar Bambang di Kantor KPK, Jakarta Rabu malam (11/2).



KPK pun telah menyampaikan soal teror tersebut kepada Presiden Joko Widodo. Sang kepala negara, menurut Bambang, berjanji bakal mengambil langkah lebih tegas untuk meminimalisasi ketegangan yang merundung lembaga antikorupsi itu.



KPK juga telah menjalin komunikasi dengan kepolisian untuk menurunkan tensi ketegangan di antara kedua lembaga penegak hukum. Diwakili Komisioner KPK Zulkarnain dan Adnan Pandu Praja, Wakapolri Komjen Badrodin Haiti memastikan bakal turut mengamankan ketegangan.



"Wakapolri menjamin dan berjanji untuk bersikap tegas dan meminimalisasi ancaman itu," ujar Bambang.



Bambang enggan merinci bentuk teror yang menimpa jajaran pimpinan dan pegawai KPK. Terkait teror itu, KPK menjalin komunikasi dengan sejumlah lembaga tinggi, juga Tim 9 dan Komnas HAM.



sumber: CNNindonesia





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Teror Santet Pernah buat Jaksa KPK Mendadak Bisu






"Penyidik waktu itu merasa dapat teror lewat dukun (santet). Dia mengatakan mendadak tak bisa bersuara saat sidang..."



Mantan pelaksana tugas sementara Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Tumpak Hatorangan Panggabean, mengakui teror sebagai hal yang biasa terjadi dalam lingkungan KPK. Kala menjabat periode 2009-2010, Tumpak juga mengalami banyak intimidasi.



Dia menceritakan, teror via telepon menjadi bentuk ancaman yang sangat sering diterimanya. "Teror seringnya lewat telepon dari anonim. Ada yang langsung dikirimkan ke komisioner, ada yang ke penyidik," kata Tumpak kepada CNN Indonesia, Kamis (12/2).



Pria kelahiran 1943 ini mengatakan, pada masa itu dia enggan untuk memegang ponsel. Untuk menghindari gangguan teror saat kerja, Tumpak selalu meminta sekretarisnya untuk menerima telepon-telepon dari nomor tak dikenal. "Dibiarkan saja. Biasanya bukan saya yang angkat," ujarnya.



Tumpak menyebut, frekuensi teror yang diterima oleh KPK selalu meningkat tiap kali mereka mengerjakan kasus menyangkut jumlah korupsi yang fantastis, atau yang berkaitan dengan orang-orang ternama.



"Frekuensinya teror tergantung. Biasanya kalau ada kasus oleh gubernur umpamanya, atau mantan menteri, bupati, selalu ada teror baik ke pimpinan atau penyidik," kata dia.



Di antara teror yang dialami KPK, salah satu teror yang paling diingat oleh Tumpak adalah ketika salah satu Jaksa KPK tak dapat berbicara dalam sebuah persidangan terkait kasus korupsi Bupati Kutai Timur.



"Penyidik waktu itu merasa dapat teror lewat dukun (santet). Dia mengatakan mendadak tak bisa bersuara saat sidang," ujar Tumpak. Kala itu, dia ingat telah memberikan saran kepada sang jaksa yang mengaku bingung dengan kondisinya.



"Saya bilang, besok-besok kalau mau sidang, gunakan pakaian dalam terbalik, enggak akan mempan itu ilmu (hitam)," kata Tumpak. Sejak itu, seingat Tumpak, si jaksa yang merasa terkena dukun tak lagi mengalami kesulitan saat bertemu dengan tersangka di muka sidang.



Selain mengalami teror sejenis gaib itu, teror lain juga banyak dilakukan oleh pihak-pihak tertentu dengan berbagai cara. Mulai dari penyebaran pamflet-pamflet negatif tentang KPK hingga ancaman via Short Message Service (SMS) yang mengancam KPK.



"Seringnya SMS itu berisi 'Kamu enggak akan bisa lihat matahari besok'," cerita Tumpak.



Pimpinan KPK pun sudah mempunyai peraturan mengenai pengamanan yang diberlakukan jika salah satu pimpinan atau stafnya melapor karena mendapat ancaman. "Kami tentunya menurunkan orang kalau ada indikasi kuat teror. Kita berikan semacam pengamanan ekstra kepada mereka," ujar Tumpak.



Sebelumnya, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto menyatakan teror yang menimpa lembaga antirasuah saat ini amat serius.



"Menurut kami, stadium ancaman sangat eskalatif karena bisa menyangkut nyawa. Ancaman yang serius itu bukan hanya menimpa staf dan karyawan, tapi sudah melebar ke keluarga," ujar Bambang di Kantor KPK, Jakarta Rabu malam (11/2).



KPK pun telah menyampaikan soal teror tersebut kepada Presiden Joko Widodo. Sang kepala negara, menurut Bambang, berjanji bakal mengambil langkah lebih tegas untuk meminimalisasi ketegangan yang merundung lembaga antikorupsi itu.



KPK juga telah menjalin komunikasi dengan kepolisian untuk menurunkan tensi ketegangan di antara kedua lembaga penegak hukum. Diwakili Komisioner KPK Zulkarnain dan Adnan Pandu Praja, Wakapolri Komjen Badrodin Haiti memastikan bakal turut mengamankan ketegangan.



sumber: CNN
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.