Jumat, 09 Januari 2015

Pengacara: Charlie Hebdo sudah Tahu Akibat tindakan Kartunis






Charlie Hebdo, majalah mingguan terbitan Paris, pasti telah memperkirakan akan mendapat serangan mematikan dari Muslim 'garis keras'. Yang mereka tidak tahu adalah kapan dan bagaimana serangan itu akan terjadi.




Rabu (7/1) serangan itu terjadi. Tiga orang bertopeng, berpakaian hitam, dan menenteng Kalashnikov menyerbu ke dalam gedung dan melepas tembakan. Sebanyak 12 orang, termasuk dua polisi, tewas. Lainnya berlarian ke atap gedung untuk berlindung.





Kantor berita AFP menulis itulah hasil konfrontrasi antara publikasi satir yang dilakukan Charlie Hebdo dengan Muslim yang marah. Konfrontasi yang berlangsung bertahun-tahun.





Charlie Hebdo seolah diuntungkan oleh konfrontasi itu, karena kerap mengulanginya. Di sisi lain, Muslim di Prancis -- garis keras atau bukan -- memendam sakit hati tak berkesudahan atas serangan terhadap Islam yang dilakukan majalah itu.





Serangan ini bukan yang pertama. November 2011, sebuah bom api dilempar seseorang ke gedung Charlie Hebdo. Tidak ada korban jiwa dalam serangan itu.





Khusus serangan terbaru diduga berkaitan dengan edisi mingguan itu yang menyoroti polemik tentang Islam, dengan fokus pada penulis kontroversial Prancis Michel Houellebecq dan buku terbarunya; Submission. Dalam buku itu, Houellebecq membayangkan Prancis tahun 2022 di bawah kekuasaan Islam.





Sejak serangan November 2011, kantor Charlie Hebdo sebenarnya dalam perlindungan polisi. Kepolisian Prancis menempatkan dua personelnya di kantor itu, dan keduanya tewas dalam serangan Rabu (7/1).





Sejenak melihat ke belakang. Charlie Hebdo kali pertama terbit tahun 1970. Nama majalah ini diambil dari Charlie Brown, salah satu karakter dalam komik AS, yang mengejek selebriti, pemimpin politik, dan tokoh agama.





Charlie Hebdo tampil dengan kartun-kartun dan artikel satire, dan tidak pernah berubah, kendati sedara konstan mendapat ancaman dari banyak pihak.





Tahun 2006, Charlie Hebdo menyerang Islam dengan mempublikasikan kembali kartun satire Jyllands-Posten, sebuah koran Denmark, tentang Nabi Muhammad. Salah satu kartun, yang memicu protes seluruh umat Islam di dunia, memperlihatkan Nabi Muhammad dengan sorban dan bom di atasnya.





"Ada ancaman konstan sejak pemuatan karikatur Nabi Muhammad diterbitkan," ujar Richard Malka, pengacara Charlie Hebdo, kepada RTL.



"Kami hidup di bawah ancaman selama delapan tahun. Ada perlindungan, tapi tidak ada yang bisa dilakukan ketika orang-orang dengan Kalashnikov datang dan menembak."





Malka terguncang, tapi tidak mengatakan; "Charlie Hebdo hanya membela kebebasan berekspresi. Cukup sederhana. Para wartawan dan kartunis harus membayar mahal untuk sesuatu yang sederhana."





Tahun 2008, Pengadilan Prancis membebaskan Charlie Hebdo dari semua tuduhan menghina umat Islam lewat kartun Nabi Muhammad. Pengadilan beralasan, karikatur yang diterbitkan Charlie Hebdo bertujuan mengkritik ekstremis Islam, bukan seluruh komunitas Muslim di dunia.





Tahun 2011, Charlie Hebdo mengubah masthead untuk 'Syariah Hebdo, dan menampilkan gambar Nabi Muhammad tertawa. Akibatnya, kantor majalah berusaha dibakar, dan pemerintah mengklaim tindakan itu dilakukan Muslim fundamentalis.





Stephane "Charb" Charbonnier, pemimpin redaksi Charlie Hebdo, adalah satu satu korban serangan brutal itu. Ia juga kartunis. Bersamanya, tiga kartunis lain menemui ajalnya dalam penembakan itu.





Selama tiga tahun terakhir, Charbonnier meminta pengawalnya mendapat pengawalan. Ia seolah tahu serangan bersenjata akan terjadi kapan saja.





Situs Charlie Hebdo juga di-hack pada tahun 2011. Tampilan depannya diganti dengan foto Mekkah dan tulisan Tiada Tuhan selain Allah.





Tahun 2012, kartikatur Charlie Hebdo memicu kritik keras banyak negara Muslim, dan memaksa pemerintah Prancis bereaksi. Pemerintah Prancis saat itu sempat meminta agar redaksi tidak meneruskan publikasi tersebut. 





Tapi permintaan itu ditolak, dan Prancis terpaksa menutup kantor kedutaan serta sekolah-sekolah di 20 negara akibat khawatir dengan keselamatan warganya di luar negeri.





Yang menjadi pertanyaan apakah dengan cara itu Charlie Hebdo hidup?





Tiras Charlie Hebdo kini tinggal 30 ribu per pekan, dan baru-baru ini manajemen majalah meminta sumbangan kepada para pembaca setianya agar bisa hidup lebih lama.
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Tolak uang Diyat, Sheikh Ali Maafkan Pembunuh Anaknya



Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Terbukti, seorang pria memaafkan pembunuh anaknya. Bahkan, dia menolak bayaran sejumlah uang sebagai tanda permintaan maaf.



Hal itu terjadi di Arab Saudi. Pria bernama Sheikh Ali Al Omari mengaku sudah menolak bayaran jutaan Real, mata uang Arab Saudi dan memutuskan untuk memaafkan sang pelaku.



Dia mengaku tidak mau menerima diyat.



“Saya pergi ke pengadilan dan mengatakan kepada hakim saya memaafkan sang pelaku,” kata Al Omari, sebagaimana diberitakan Emirates47, Jumat (8/1/2015).



“Saya menolak mengambil jutaan Real karena saya ingin memaafkannya karena Allah. Saya tidak mau apa pun kecuali maaf dari Allah,” sambungnya.



Menurut media lokal sang pembunuh merupakan saudara istri Al Omari.



Dia melakukan pembunuhan itu di selatan Kota Makhwah. Sejak saat itu, sang pembunuh yang tidak diketahui namanya itu terhukum yang akan dieksekusi mati.



Di Arab Saudi hukum ditegakkan konsisten -mata dibayar mata, darah dibayar darah- ganjaran bagi para pembunuh adalah hukuman mati -yang disebut dengan Qishas, hal ini dianggap adil kepada para keluarga korban.





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

2.000 Foto-foto Kebrutalan Tentara AS Siap Edar, Washington Kelabakan





Kebrutalan tentara AS bukan isapan jempol, dan semua diabadikan ke dalam lebih 2.000 foto.


Beberapa foto, yang memperlihatkan serdadu AS melakukan pelecehan seksual terhadap tahanan di Irak dan Afghanistan, beredar di dunia maya. Pemerintah AS gundah dan berusaha keras mencegah peredaran foto-foto lainnya.



Situs nationalpost.com melaporkan sepekan setelah laporan Komite Intelejen Senat, yang mengungkap kebrutalan CIA, Gedung Putih berjuang habis-habisan agar foto-foto kebiadaban tentara AS di Irak dan Afghanistan tidak beredar di tengah masyarakat.







Pemerintahan Presiden Barrack Obama yakin jika foto-foto itu, yang dibuat antara tahun 2001 sampai 2009, dilepas akan memicu kekerasan terhadap serdadu warga sipil AS di Timur Tengah.



Gambar-gambar itu, menurut situs itu, sangat menjijikan. Ada prajurit wanit AS memperagahan praktek sodomi terhadap tahanan telanjang dengan menggunakan gagang sapu.



Ada foto tentara mengacungkan senjata ke seorang perempuan bercadar yang terbaring dan tangan terikat. Ada pula foto tentara AS memaki jenazah serdadu Taliban.













Seorang hakim federal tidak terbujuk untuk setuju agar foto-foto itu tidak dilepas. Ia meminta pengacara pemerintah membuktikan foto-foto itu mengamcan keamanan nasional.



Jika pemerintah Obama gagal mengajukan bukti, gambar-gambar itu akan dilepas tapi dengan wajah prajurit ditutup.



Foto-foto itu diambil tentara AS saat mereka bertugas. Yang pasti, foto-foto itu menggambarkan bagaimana tentara AS menjadikan mayat serdadu lawan tidak ubahnya trofi.





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

ISIS dan Al-Qaeda Puji Penyerang Charlie Hebdo





Al-Qaeda cabang Afrika Utara memuji setinggi langit Kouachi bersaudara karena telah melakukan serangan terhadap koran satir Prancis, Charlie Hebdo. Tidak segan-segan al-Qaeda menyebut mereka sebagai Ksatria.



“Al-Qaeda Afrika Utara atau AQIM memuji para penyerang Charlie Hebdo dan memanggil mereka sebagai ksatria kebenaran,” ungkap kelompok pemantau terorisme, SITE, seperti dilansir Jpost, Jumat (9/1/2014).



Kelompok yang berbasis di Amerika Serikat (AS) itu juga mengatakan, AQIM bahkan membuat sebuah puisi dalam bahasa arab yang berisi puji-pujian terhadap Kouachi bersaudara di akun Twitter mereka.



Militan ISIS juga memuji serangan mematikan ke kantor majalah mingguan satir Charlie Hebdo, Rabu (7/1), dengan menyebutnya sebagai pembalasan atas penghinaan terhadap Islam.



"Singa-singa Islam telah membalas penghinaan terhadap Rasulullah," ujar Abu Mussab, warga Suriah yang bertempur untuk ISIS, seperti dikutip Jerusalem Post.



"Tiga pelaku penyerangan itu adalah singa-singa kami dari tetes pertama," lanjutnya saat berbicara melalui sambungan internet dari Suriah.



Dia menambahkan rekan-rekan sesama serdadu ISIS senang mendengar penyerangan itu. Salah satunya, menurut Abu Mussab, mengatakan; "Biarkan tentara salib takut, karena memang mereka harus takut."



Namun sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pembantaian Charlie Hebdo.
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Presiden Liga Katolik AS: “Charlie Hebdo lakukan Penghinaan Menjijikkan Sejak Lama”



Jika ada yang harus disalahkan atas pembunuhan bergaya eksekusi terhadap 12 orang majalah satir asal Prancis Charlie Hebdo, presiden Liga Katolik Amerika Bill Donahue menyatakan maka itu adalah resiko penerbit majalah tersebut.



Dalam artikelnya yang berjudul “Muslim Berhak untuk Marah” Donohue mengecam “intoleransi” yang diusung oleh Charlie Hebdo, apalagi setelah berulang kali menggambarkan tokoh agama.



Menurutnya, hal itu jelas memprovokasi penembakan massal hari Rabu (7/1/2014) kemarin di kantor mereka. Donahue menyatakan bahwa editor Charlie Hebdo, Stephane Charbonnier sangat buruk.



“Ia tidak memahami peran yang dimainkannya hingga berimbas pada kematiannya yang tragis,” ujar Donahue seperti dilansir New York Daily News.



"Mereka yang bekerja di majalah itu melakukan penghinaan yang menjijikkan sejak lama," tulis Bill Donohue, dalam majalah intern Liga Katolik.



"Yang membuat kaum Muslim keberatan, Charlie Hebdo sengaja melakukan penghinaan sejak beberapa tahun. Bahkan menggambar Nabi Muhammad. Hal itulah yang membuat kaum Muslim bersatu melawan Charlie Hebdo," tulis Bill Donohue.



"Dalam hal ini, saya setuju dengan kaum Muslim," Bill Donohue menambahkan.



Bill Donohue juga mengaku mengenal Stephane Charbonnier, redaktur Charlie Hebdo yang ikut menjadi korban.



"Saya pernah tanya kenapa selalu menghina kaum Muslim, ia malah menjawab, "Saya tidak takut pada Muhammad"," tulis Donohue.



Charbonnier ditembak mati bersama dengan 9 rekan kerjanya, dan 2 petugas polisi.



"Muhammad juga tidak sakral bagi diri saya, tapi saya juga tidak akan pernah melakukan penghinaan terhadap Muhammad yang dapat menyakiti umat Islam," ujar Donohue.



Donohue secara khusus menyalahkan editor majalah Charlie Hebdo yang berulang kali memvisualkan Nabi Muhammad.



“Mereka yang bekerja di surat kabar ini memiliki catatan yang panjang dan menjijikkan akan tokoh masyarakat,” katanya.



Menurut dia, Editor Charlie Hebdo, Stephane Charbonnier memiliki etika yang buruk dengan menghina Nabi Muhammad yang ia gambarkan melalui kartun.



"Ini adalah akibat dari tindakannya dahulu saat menyakiti hati seluruh umat Muslim di dunia," ujar Donohue.





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Foto Dirilis Kantor Charlie Hebdo Berserak Darah (WARNING: GRAPHIC CONTENT)





Untuk pertama kalinya foto kantor majalah satir Charlie Hebdo dirilis sejak diserang para pria bersenjata Rabu lalu. Foto itu menunjukkan, ruang kantor Charlie Hebdo berantakan dan banyak noda darah.



Penyerbuan para pria bersenjata ke kantor majalah satir di Paris itu terjadi ketika para editor dan wartawan sedang rapat untuk persiapan konferensi pers tentang rasisme.



Foto-foto kekacauan di ruang kantor Charlie Hebdo itu dirilis secara online semalam oleh surat kabar Prancis, Le Monde.



Foto itu diambil di kantor Charlie Hebdo di Rue Nicolas-Appert Nomor 10, di Distrik Marais Le, Paris. Dalam dokumentasi itu tampak banyak kursi terbalik dengan noda darah.



Kartun-kartun juga masih menempel di dinding dan jaket seseorang masih tergantung di punggung kursi. Selain itu, banyak makalah berserakan di lantai yang juga dipenuhi bercak darah. Meskipun demikian, khusus foto-foto korban yang ditembak mati, wajahnya dikaburkan demi menghormati korban dan keluarganya.



Koran Prancis ini juga memperihatkan foto-foto kartun kontroversial Charlie Hebdo, termasuk kartun bertema Nabi Muhammad.



Pemimpin redaksi majalah satir itu, Stephane Charbonnier, 47, ikut menjadi korban yang ditembak mati di antara 12 korban tewas. Pria yang dikenal dengan nama Charb itu sejatinya hidup dalam pengawalan polisi sejak majalah itu menerbitkan kartun-kartun yang mengejek tokoh-tokoh politik dan agama.



Six of the Charlie Hebdo journalists and staff members killed in Wednesday's attack are pictured together in this photo, taken in 2000. Circled top from left is Philippe Honore, Georges Wolinski, Bernard Maris and Jean Cabut. Below them on the stairs, from left, is editor Stephane Charbonnier and cartoonist Bernard ‘Tignous’ Verlhac



Members of the French police special force GIPN carry out searches in Corcy, northern France, as part of an investigation into the attack



Special forces: Members of the GIPN walk in Corcy, northern France, carry out searches as part of the investigation



Target: After halting their car, the terrorists fire assault rifles at a policeman who tried to stop them, following the massacre at the satirical magazine Charlie Hebdo in Paris 



Helpless: The gunmen move in on the officer as Ahmed Merabet - who is believed to have been a Muslim - lies wounded on the pavement



Critical: Firefighters carried an injured man on a stretcher in front of the offices of French satirical paper Charlie Hebdo after the shooting



Emergency: Police officers and firefighters gathered in front of the offices of Charlie Hebdo in Paris after gunmen stormed the building



A police photographer (partially hidden) works with investigators as they examine the impacts from machine gun fire on a police vehicle



Targeted: A picture posted on Twitter reportedly showing bullets in one of the windows of the Charlie Hebdo offices





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Penyerang Charlie Hebdo: “Saya tak Bunuh Anda, sebab Anda Wanita”



Seorang wartawan wanita selamat dari pembantaian di kantor majalah satir Charlie Hebdo, di Paris, Prancis. Si penyerang berbicara kepada wartawan wanita itu bahwa dia tidak tertarik membunuh wanita.



Wartawan wanita yang selamat itu adalah Sigolène Vinson. Dia sempat berhadapan dengan salah satu penyerang kantor Charlie Hebdo.



Si penyerang bersenjata itu mengatakan kapadanya; ”Saya tidak membunuh Anda karena Anda seorang wanita dan kami tidak membunuh perempuan, namun Anda harus masuk Islam.”



Vinson adalah satu dari sekian wartawan yang lolos dari maut saat serangan terjadi. Sebanyak 12 orang ditembak mati oleh penyerang bersenjata di kantor majalah satir itu, Rabu lalu. Para korban adalah 10 wartawan dan dua polisi.



Vinson mengatakan kepada radio France Internationale, semalam, bahwa salah satu pembunuh membidikkan senjata ke arahnya. Tapi, pembunuh itu membatalkan niatnya untuk membunuh Vinson.



Selain diminta memeluk agama Islam, pembunuh itu juga minta Vinson membaca Alquran dan mengenakan jilbab.



Vinson melanjutkan, pembunuh itu beteriak takbir usai membantai beberapa orang di kantor Charlie Hebdo. Sampai saat ini (9/1/2015), baru satu orang terduga penyerang kantor majalah itu yang menyerahkan diri. Sedangkan dua lainnya masih diburu.



Penyerang dikabarkan sempat menanyakan satu per satu nama pekerja di Charlie Hebdo sebelum akhirnya membunuh semua kartunis dan editor tabloid rasis itu.



Menurut jurnalis dari stasiun televisi Europe1 News Pierre de Cossette salah satu dari pelaku berteriak, "Ini pembalasan atas penghinaan Nabi Muhammad SAW". (*huffingtonpost)





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.