Kamis, 26 Februari 2015

Lele Raksasa Sebesar Hiu Ditangkap Pemancing Italia [FOTO]





Ikan lele banyak dikenal di Indonesia dan hadir dalam banyak ukuran di negara ini. Namun ikan lele berukuran raksasa dengan bobot fantastis bisa jadi hanya ditemukan di segelintir negara.



Salah satunya di Italia, tepatnya di Sungai Po. Pemancing Dino Ferrari menangkap ikan lele seberat 127 kilogram dan panjang lebih 2,6 meter hanya dengan joran dan spinning reel, seperti disampaikan oleh perusahaan sponsor olahraga Sportex, Kamis pekan lalu.



Ferrari merahasiakan di mana tepatnya lokasi di Sungai Po dia berhasil memancing lele raksasa tersebut.



Dilansir CNN, yang membuat penangkapan ini unik adalah karena dilakukan dengan hanya spinning reel, atau rel pemutar benang pancing. Davide Valla dari Sportex mengatakan bahwa ini adalah rekor, untuk pertama kalinya lele sebesar ini ditangkap dengan spinning reel.



Ferrari menghabiskan 40 menit bertarung dengan lele itu sampai bisa menariknya ke daratan. Setelah ditaklukkan, Ferrari tidak menyiakan kesempatan dan langsung berfoto bersama raksasa air tersebut.



Bersama Sportex, Ferrari merayakannya dengan memakan roti dengan keju dan segelas wine. Setelah melalui kegembiraan tersebut, Ferrari melepaskan lele itu kembali ke sungai.



Di alam liar beberapa negara beberapa jenis lele bisa tumbuh sangat besar. Bahkan, lele tangkapan Ferrari bukanlah yang terbesar yang pernah tertangkap. Lele jenis sama juga pernah ditangkap di Sungai Po, beratnya mencapai 135 kg.



Tahun 2009 lalu pada pertandingan memancing Asosiasi Olahraga Pancing Internasional di Amazon, Brasil, seekor lele seberat 155 kg jenis lau-lau atau piraiba tertangkap.



















Rabu, 25 Februari 2015

Abbott Telpon JK, “Dia Minta Maaf”





Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengungkit kembali bantuan yang diberikannya saat bencana tsunami Aceh 2004 silam.



Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengaku telah menerima telepon dari Abbott. Dalam sambungan telepon itu, menurut JK, Abbott mengakui kekeliruan pernyataannya.



"Dia (Abbott) menjelaskan dan menyadari bahwa itu suatu kekeliruan. Sudah (dihubungi), Menlunya juga telepon saya," kata JK di Kantor Wakil Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (23/2).



Kalla menjelaskan, saat itu Australia bersama dengan 55 negara lainnnya memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban bencana tsunami Aceh. Sehingga, tambah JK, Australia bukan satu-satunya negara yang memberikan bantuannya saat itu.



"Saya sudah jelaskan bahwa kami pahami waktu tsunami itu ada bantuan kemanusiaan dari 56 negara. Termasuk di dalamnya Australia. 56 negara yang datang. Australia hanya bagian dari 56 itu," jelas JK.



Pernyataan Abbott tersebut terkait dengan rencana pemerintah untuk mengeksekusi mati dua warga asal Australia. Atas pernyataannya tersebut, warga Indonesia pun bereaksi mengumpulkan koin untuk Australia sebagai balasan terhadap ucapan Abbott.



Menurut. JK, Abbott pun menyadari kesalahannya atas ucapannya itu kepada warga Indonesia. Oleh karena itu, Abbott melalui Menlu-nya menghubungi Wapres JK untuk meluruskan pernyataan Abbott yang menyinggung masyarakat Indonesia.



"Dia menyadari bahwa itu suatu kekeliruan," kata JK.



Kendati demikian, komunikasi tersebut tidak dilakukan untuk membahas rencana hukuman mati terhadap Myuran Sukumaran dan Andrew Chan. Pemerintah pun, kata dia, akan tetap menghargai berbagai pendapat dari negara lain termasuk Australia. Namun, hal ini tidak akan mempengaruhi keputusan hukum pemerintah Indonesia.



JK juga menyatakan tidak ada tekanan dari Australia terhadap proses pelaksanaan eksekusi mati. Ia menyatakan yang ada hanyalah pandangan-pandangan pribadi.



"Tadi Anda katakan sendiri bahwa pandangan itu. Kita hargai semua pandangan. Sama jangan lupa, kita juga ada (WNI) dihukum mati di Saudi, Anda semua protes kan? Sama saja (pandangannya)," ujar JK.



Walau begitu, JK menyatakan Indonesia tidak mengkomunikasikan rencana atau pelaksanaan eksekusi mati dengan Australia. Pelaksanaan eksekusi mati adalah hukum Indonesia sebagai negara berdaulat.

Senin, 23 Februari 2015

Kemarahan Rakyat Aceh Meluas, Ancam Bongkar Bangunan Bantuan Australia





Rakyat Aceh marah, dan menggalang aksi pengumpulan uang koin untuk Pemerintah Australia. Aksi tersebut menyusul reaksi cengeng Perdana Menteri (PM) Australia, Tonny Abbot yang mengungkit soal bantuan pemerintahannya untuk tragedi Tsunami Aceh.



Pengumpulan uang koin tersebut, dimaksudkan untuk mengembalikan uang bantuan dari Australia saat bencana nasional 2004 silam itu. Aksi tersebut, pun menjadi sorotan media internasional.



Media pemberitaan di Inggris, the Guardian, menuliskan aksi pengumpulan uang koin itu, merupakan aksi mengembalikan bantuan Australia ketika Tsunami menghantam Aceh. Bagi rakyat Aceh, bantuan dari Australia, bukan didapat karena meminta-minta.



Melainkan, niat Australia untuk membantu bencana di Aceh. Namun, seorang warga Banda Aceh, Dina Handayani menegaskan, jika bantuan itu diberi pamrih, rakyat Aceh akan mengembalikan.



"Kami (rakyat Aceh) tak meminta-minta. Mereka (Australia) yang menawarkan, dan kami terima dengan sopan," kata dia kepada the Guardian, Sabtu (21/2).



Ancam Bongkar Bangunan Bantuan Australia



Masyarakat Aceh mendesak Perdana Menteri Australia Tonny Abbott meminta maaf kepada rakyat Indonesia terutama korban tsunami Aceh 2004, karena pernyataannya telah menyinggung perasaan mereka.



"PM Australia harus meminta maaf kepada korban tsunami Aceh, persoalan mengantikan bantuan mereka akan terus kami upayakan dengan menggalang dana dan lelang batu giok Aceh," kata Rahmad Ojer, seorang korban tsunami, di Meulaboh, Senin.



Hal tersebut disampaikan di sela-sela melakukan aksi pengalangan koin bersama masyarakat di Simpang Kisaran Meulaboh. Aksi tersebut sebagai bentuk sikap kekecewaan masyarakat Aceh korban tsunami terhadap bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi pascatsunami 2004 yang diungkit-ungkit.



Korban tsunami di Aceh Barat mengungkapkan rasa penyesalan telah menerima bantuan saat itu, kata Rahmad. Bantuan negara kanguru tersebut sebagian besar adalah pakaian bekas, sarana pendidikan anak sekolah seperti buku dan alat tulis dan tenda.



Tidak ada bantuan berupa sarana infrastruktur ataupun bangunan yang kawasan itu pemberian negara Australia, sehingga masyarakat Aceh sangat merasa menyesal telah menerima bantuan yang tidak berbekas itu.



"Kalau ada bangunan bantuan mereka hari ini kami bongkar dan kami pulangkan. Persoalannya, bantuan mereka sudah tidak ada yang terlihat, seperti tangki air, pompa air di tempat pengungsian. Mana ada lagi semua itu sekarang," tegasnya.



Masyarakat korban tsunami mendukung sepenuhnya eksekusi terpidana mati WNA Australia, karena akibat narkoba merambah genari Aceh harus segera disikapi dan ditindak tegas gembong narkoba.



Rahmad menyampaikan, setelah koin galang dana terkumpul akan dibawa langsung ke Duta Besar Australia di Jakarta. Bila koin tersebut tidak diterima Duta Besar Australia, maka akan dikirim langsung ke negara kanguru.



Sementara itu, Koordinator Gerakan Pejuang Rumah Tsunami (GPRS) Aceh Barat Edi Candra mengatakan, masyarakat korban tsunami Aceh Barat sudah menyediakan dua lubang kubur untuk dua terpidana mati WNA Australia, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan.



Kuburan yang sudah digali oleh belasan warga di Desa Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan, sengaja untuk mengobati rasa sakit hati masyarakat yang pernah kehilangan keluarga dihantam gelombang tsunami 2004.



"Selain itu, kami juga elakukan lelang batu giok. Nanti kalau dana lelangnya sudah terkumpul akan kami berikan langsung kepada Dubes Australia di Jakarta," katanya menambahkan.



Kemarahan rakyat Serambi Mekkah itu, meluas. Twitter memperluas aksi rakyat Aceh tersebut. Kampanye mengembalikan bantuan Australia itu disambut. Nitizen Indonesia membuat hastag #KoinUntukAustralia sebagai dukungan mengembalikan bantuan tersebut.



ROL





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Minggu, 22 Februari 2015

Korban Tsunami Sakit Hati Atas Pernyataan PM Australia





"... sakit hati masyarakat korban tsunami atas pernyataan PM Australia ini tidak dapat kita terima..."



Masyarakat korban tsunami di Kabupaten Aceh Barat menyatakan siap mengembalikan bantuan Australia untuk Aceh senilai Rp13 triliun untuk rehab rekon pascatsunami 26 Desember 2004, karena merasa sakit hati terhadap pernyataan Perdana Menteri Tonny Abbott yang mengungkit bantuan tersebut.



Koordinator Gerakan Pejuang Rumah Tsunami (GPRS) Aceh Barat Edi Candra di Meulaboh, Minggu mengatakan untuk mengembalikan bantuan Negara Kangguru tersebut masyarakat melakukan pengalangan dana serta lelang batu giok Aceh, berharap pemerintah mendukung aksi mereka itu.



"Berapalah cuma Rp13 triliun bantuan mereka, tapi sakit hati masyarakat korban tsunami atas pernyataan PM Australia ini tidak dapat kita terima, rakyat Aceh bahkan Indonesia kami yakin tidak pernah meminta bantuan dari mereka, itu dana kemanusiaan," katanya.



Korban tsunami di Aceh Barat yang merasa kesal atas pernyataan PM Australia Tonny Abbott yang mengaitkan toleransi eksekusi hukuman mati terhadap terpidana mati WNA Australia Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, meminta pernyataan tersebut dicabut dan meminta maaf kepada rakyat Aceh.



Selain melakukan aksi lelang batu giok, belasan masyarakat korban tsunami di Aceh Barat, Minggu (22/2) siang membuat aksi mengali dua lubang kubur di Desa Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan sebagai bentuk dukungan terhadap eksekusi mati terpidana mati WNA Australia.



"Kami meminta terpidana mati ini segera dieksekusi dan mayatnya dikubur di Aceh Barat untuk mengobati rasa sakit hati rakyat Aceh atas pernyataan petinggi Australia itu," tegasnya.



Mengaitkan kontribusi Pemerintah Australia membantu pembangunan sedikit infrastruktur di provinsi ujung barat Indonesia itu pascatsunami, tidak seimbang apabila dua terpidana mati Australia harus dibatalkan ataupun dikurangi hukuman.



Bantuan yang diberikan tidak seimbang dengan kerusakan negara Indonesia akibat perbuatan mereka sebagai gembong narkotika, karena itu pantas apabila segera dieksekusi mati mendapat dukungan rakyat Indonesia.



Terlebih lagi Gubernur Aceh Zaini Abdullah ikut mengecam pernyataan PM Australia Tonny Abbott, karena mengaitkan bantuan untuk Aceh dengan persoalan penegakan hukum di Indonesia merupakan sikap yang tidak etis.



"Kami dukung eksekusi hukuman mati untuk WNA manapun yang jelas-jelas menghancurkan rakyat Indonesia dengan narkoba, persoalan mereka beri bantuan biar kami galang dana untuk mengantikannya," katanya menambahkan.



ANTARA





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Koin Untuk Australia Disorot Media Dunia #KoinUntukAustralia





Perdana Menteri Australia Tony Abbott melontarkan pernyataan kontroversial yang mengkaitkan bantuan Tsunami Aceh dengan eksekusi mati dua terpidana gembong narkoba Bali Nine. Pernyataan ini pun disambut oleh warga Aceh dengan mengumpulkan koin untuk Australia.



Respons 'Koin untuk Australia' disuarakan oleh warga Aceh dan kini mulai marak di media sosial. Salah satu harian terkemuka di Inggris, The Guardian juga ikut memberitakan aksi pengumpulan dana yang sebetulnya mengkritik Abbott ini, Sabtu (21/2/2015).



kemarahan warga Aceh dilampiaskan di twitter dengan menuliskan hastag #KoinUntukAustralia dan me-mention akun pribadi PM Tony Abbott. Salah satunya adalah Nikita yang mengunggah foto yang Rp 1.000 di atas kertas yang bertuliskan 'For Australia" dan menulis "Is it enough? Ur bank account please, Mr Tony Abbott," kata Nikita Paradisa.



"Kita tidak pernah meminta bantuan mereka, mereka menawarkanya kepada kami" ujar warga Aceh Dina Handayani sebagaimana dikutip The Guardian.



"Gerakan ini harus serius," tambahnya Handayani, "Seharusnya tidak hanya di media sosial, tetapi dalam kehidupan nyata. Kita harus mengumpulkan koin dan mengirimkannya ke PM Abbot," kata Handayani.



Sebelumnya, Kesatuaan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Aceh membuka posko pengumpulan koin untuk Australia.



Posko perdana ini didirikan di Sekretariat KAMMI Aceh di kawasan Lamgugop, Banda Aceh. Terdapat sebuah papan pengumuman ukuran 1X1 meter bertuliskan posko Koin untuk Australia. Sejumlah uang koin pecahan Rp 100 hingga Rp 1.000 terlihat di sana.



Koordinator Posko, Martunus mengatakan, aksi ini sebagai bentuk protes terhadap pernyataan Abbott yang mengaitkan desakan pembatalan hukuman mati dua warganya dan mengungkit peran Australia yang membantu Indonesia saat tsunami Aceh. Pengumpulan koin ini dilakukan untuk mengembalikan uang Australia.



"Kita tidak terima dengan pernyataan PM Australia dan meminta pemerintah agar segera mengeksekusi mati dua warga Australia," kata Martunus saat ditemui wartawan.



Dilakukan hingga Tony Abbott Minta Maaf



Koordinator Koalisi Pro Indonesia Andi Sinulingga mengatakan, aksi pengumpulan koin untuk Indonesia dilakukan hingga Perdana Menteri Australia Tony Abbott meminta maaf langsung kepada warga Indonesia.







"Sampai Tony Abbott minta maaf langsung, bukan diwakili oleh kemenlu-nya ya," ujar Andi di Bundaran Hotel Indonesia, Minggu (22/2/2015).



Andi mengatakan, ucapan Abbott yang meminta Indonesia mengingat bantuan kala Aceh dilanda tsunami menimbulkan kekecewaan di banyak kalangan, bahkan bagi politisi dan warga Australia sendiri. Mengingat hal itu, Andi mengatakan, Abbott sebaiknya meminta maaf.



"Saya kira hubungan Indonesia dan Australia itu hubungan mutualisme. Saya yakin Australia malah enggak berani kayak gini dengan negara lain," ujar Andi.



Aksi ini merupakan kelanjutan dari aksi yang dilakukan sejumlah mahasiswa di Aceh. Uang koin yang berhasil dikumpulkan akan diserahkan kepada Kedutaan Besar Australia. Andi mengatakan, koin itu akan digunakan untuk mengganti bantuan yang pernah diberikan Australia untuk Indonesia.
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Sabtu, 21 Februari 2015

Trending Topic Dua Tagar #CoinForAustralia #KoinuntukAustralia





Tagar Koin Untuk Australia kembali masuk Trending Topik Twitter Indonesia. #CoinForAustralia #KoinuntukAustralia merupakan wujud dari kekecewaan masyarakat Indonesia terutama warga masyarakat Aceh atas pernyataan dari Perdana Menteri Australia Tonny Abbot. Hal ini menyangkut hubungan Indonesia dan Australia yang kembali menghangat usai dua warga Australia di dakwa dengan hukuman mati karena kasus narkotika.









DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Rakyat Aceh Kumpulkan Koin untuk Kembalikan bantuan Australia





Di jalan-jalan kota di Indonesia orang yang meminta pengendara dan pejalan kaki untuk sekoin receh. Sementara itu, pengguna media sosial yang posting gambar uang yang mereka telah terkumpul dan melemparkan penghinaan terhadap Mr Abbott dan Australia.



Rakyat Aceh bangkit atas pernyataan menyakitkan Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott yang menyinggung bantuan sebesar A$ 1 miliar untuk tsunami Aceh pada 2004 silam.



Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia memulai mengajak masyarakat Aceh untuk menggalang aksi kumpul koin untuk diserahkan bantuan tsunami ke PM Abbott, sebagai respons dari PM Australia yang mengungkit-ungkit bantuan negara itu ketika Aceh diterjang tsunami sekitar 10 tahun lalu..



Tak hanya itu, warga Aceh di Australia bahkan berencana mengembalikan dana bantuan tersebut secara langsung ke PM Abbott.







Koordinator aksi, Martunus mengatakan, awalnya aksi ini dimulai dari gerakan di sosial media Twitter dengan menuliskan aksi protes dengan menyertakan tanda pagar (tagar) #koinuntukAustralia.



“Ini bentuk protes kita kepada Australia. Tak seharusnya Tony Abbot berkata seperti itu, tak ada hubungan kasus Bali Nine dengan Bencana yang dialami Aceh sepuluh tahun lalu,” ujar Martunus, Sabtu (21/2/2015).



"Kita siap kembalikan dana itu dan kami meminta hukuman mati itu tetap dilanjutkan untuk menyelamatkan generasi muda Aceh dan Indonesia," katanya.



Menurut dia, rakyat Aceh menghargai dan berterima kasih atas semua bantuan yang diberikan saat tsunami, termasuk Australia.



"Tetapi, kalau diungkit, ya kita tersinggung, apalagi dijadikan adu tawar bagi bandar narkoba perusak generasi bangsa. Masyarakat Aceh bukan masyarakat yang bisa dikasih bantuan lalu dikata-kataian," ujarnya dengan nada kesal.



Berbagai kicauan dari akun @KAMMI_Aceh dan @iloveaceh mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Banyak netizen yang menanyakan lokasi posko didirikan untuk ikut berpartisipasi menyerahkan koin.



“Kita juga akan mengajak seluruh komunitas di Aceh untuk bergabung mendirikan posko bersama aksi pengumpulan koin untuk Australia,” imbuhnya.



Jadi Trending Topic



Jagad twitter mendadak ramai, berbagai cuitan kampanye twitter muncul menggunakan hashtags #KoinuntukAustralia, #coinforAustralia dan #coinforAbbott dan berkembang pesat. Sementara hashtag #KoinuntukAustralia, #CoinforAustralia masuk trending topik Indonesia.



"Kembalikan Bantuan Tsunami, KAMMI Aceh Galang #KoinUntukAustralia," begitu kira-kira bunyi kicauan @KAMMI_ACEH, disertai foto pengumpulan koin. Kicauan itu disertakan pula dengan hashtag #CoinForAustralia.





Tanda pagar (tagar) #CoinForAustralia itu juga ramai dikicaukan oleh sejumlah warga Aceh. Salah satunya oleh politisi Risman Rachman. Menurut dia, diplomasi PM Tony Abbott layak dibalas dengan tagar tersebut.



"Aksi #KoinuntukAustralia adlh sikap protes rakyat kpd politisi Australia yg menyinggung harga diri rakyat Aceh lewat politik bantuannya," kicau Risman Rachman melalui akunnya, @atjeh01.



"Bantuan tdk layak dipolitikkan. Politik bantuan wajib ditolak. Jgnkan dari asing, dari politisi Indonesia sendiri juga menjijikkan," imbuh dia melalui Twitter.



Sementara, ppengguna Twitter lain, Mahyiddin Daud berkicau dengan me-mention langsung akun Twitter resmi PM Abbott.



"@TonyAbbottMHR Acehnese People will payback all u aid.We never ask for australia aid after tsunami #CoinForAustralia," kicau Mahyiddin melalui ‏@MahyiddinDaud.



Hal yang sama juga dilontarkan oleh netizen dengan nama akun Iwan Rasta. "Dear, Mr.@TonyAbbottMHR : We will give ur money back. Please send the bill. Thank you. #CoinForAustralia."





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.