Selasa, 10 Februari 2015

Tahukah Anda : Sadar atau Tidak AS Mengontrol seluruh Domain .Com, .Net dan Apapun






Disadari atau tidak, pemerintah Amerika Serikat ternyata bisa mengawasi lalu lintas atau pengelolaan domain di Internet. Negara Paman Sam itu seperti memegang 'tombol' untuk mengatur daftar master semua domain top, seperti .com dan .net.





Bahkan untuk strata yang tidak terlalu tinggi, seperti .bike dan .chat pun tak luput dari pengawasan AS. Singkatnya, semua pengawasan dan kontrol ada di bawah ibu jari negeri Paman Sam.





Maka tak mengeherankan kalau negara seperti Tiongkok dan Rusia tidak suka dengan kekuasaan pemerintah AS dalam penciptaan nama domain ini.





Kekuasaan luar biasa Amerika Serikat ini hendak dianulir oleh Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN). Hal ini sedang dibahas dalam pertemuan ICANN di Singapura yang masih berlangsung.





Seperti diberitakan Digital Trends, Selasa (10/2), pemerintah Tiongkok diketahui telah meminta ICANN agar melepaskan diri dari pengawasan Amerika Serikat. Mereka tak mau AS terlalu banyak campur tangan dalam penciptaan nama domain.





Meski ada seruan dari Tiongkok dan ada upaya ICANN untuk melepaskan diri, Amerika sebetulnya tetap bisa melakukan pengawasan diam-diam tanpa harus meminta izin ICANN. Bagaimana caranya?





Amerika berperan pada fungsi terpusat dari Internet Assigned Number Authority (IANA), sebuah subkelompok ICANN. Lembaga ini yang mengatur lalu lintas di zona Domain Name System (DNS).





Apa itu DNS? DNS adalah semacam teknologi yang mengantar nama domain ke IP Addresses. DNS itu berbentuk angka-angka.





Zona DNS ini merupakan jantung dari sistem pencarian dan berfungsi sebagai otoritas tertinggi untuk setiap domain tingkat atas, seperti .com.





Dalam catatan Digital Trends, ada 13 level top zona DNS (atau bahkan lebih) yang semuanya dikendalikan dan diawasi oleh pemerintah AS. Dengan kata lain, otoritas tertinggi di zona DNS ini masih dipegang oleh AS.





Bagi negeri yang tak punya masalah dengan AS tentu kenyataannya tak jadi soal. Tapi berbeda dengan negara yang kerap menentang kebijakan pemerintah AS. Negeri adidaya itu masih memegang kunci tata kelola Internet.



Bikin Risau Indonesia








Mata Amerika Serikat (AS) di Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN) merisaukan Indonesia. Walaupun tak banyak pihak yang menyadarinya atau malah acuh.





ICANN merupakan organisasi nirlaba yang mengelola domain internet dan kode penomoran yang ada di balik alamat online. Sejak didirikan pada tahun 1998, ICANN telah diawasi oleh pemerintah AS, di bawah kontrak yang berakhir pada September 2015.





"Sejak ICANN menggantikan fungsi IANA (Internet Assigned Numbers Authority) pada 1998, pengelolaan nama domain internet memang berada di bawah koordinasi National Telecommunications and Information Administration (NTIA), sebuah lembaga di bawah Kementerian Perdagangan Amerika Serikat," kata Sigit Widodo, Ketua Pengelola Nama Domain Indonesia (PANDI), dikutip CNN Indonesia, Rabu (11/2).





Perjanjian yang telah bergulir selama lebih dari 16 tahun ini, dikatakan oleh Sigit, sebetulnya sudah mengungkapkan akan adanya kontrol Amerika Serikat di Internet. Namun kebanyakan pihak di Tanah Air cenderung tidak peduli atau mengabaikannya.





"Paling menakutkan sebetulnya kemampuan Amerika Serikat untuk mendapatkan semua informasi yang berlalu-lalang di dunia maya. Apalagi untuk negara seperti Indonesia yang sangat tergantung pada aplikasi buatan Amerika," kata Sigit, yang sedang mengikuti ICANN Meeting di Singapura.





Pemerintah Indonesia sendiri mencoba menegakkan aturan penggunaan server di dalam negeri dan penggunaan domain .id secara luas. Tapi sayangnya itu belum bisa dimaksimalkan.





Kendati selama ini AS mencengkeram ICANN untuk mengawasi dunia maya, dalam soal pengelolaan nama domain, sampai saat ini sebetulnya tidak ada pengaruh AS yang berbahaya. "ICANN selama ini profesional dan cukup independen, meski di bawah koordinasi NTIA dan masih mendapatkan anggaran dari Kementerian Perdagangan AS," katanya lagi.





PANDI sendiri mendapatkan mandat pengelolaan nama domain Indonesia (.id) dari ICANN, namun secara organisasi PANDI bukan bagian dari ICANN. Di Indonesia sendiri, PANDI ditetapkan sebagai registri nama domain .id oleh Kementerian Kominfo.





Sebelumnya ICANN bersiap menjadi lembaga independen yang dikelola multi-stakeholder. Namun sayang, ada beberapa pihak--termasuk Senat AS--yang tak ingin pengawasan internet dilakukan bersama-sama.





Mengenai pengawasan AS, negara-negara seperti Tiongkok dan Rusia sebenarnya sudah menginginkan agar ICANN diawasi oleh badan antar-pemerintah, tanpa campur tangan sipil dan komunitas bisnis.



sumber: CNN


















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Bos Kejam Mafia Cina Dieksekusi Mati, Ini Wajahnya saat Menangis





Tiongkok akhirnya mengeksekusi Liu Han, mantan bos besar Sichuan Hanlong Group. Liu menjalani hukuman mati bersama empat kroninya.



Senin (9/2), kantor berita Xinhua melaporkan, seorang di antara empat orang itu adalah adik kandungnya, Liu Wei.



Xianning Intermediate People’s Court (setingkat pengadilan tinggi) di Provinsi Hubei mengonfirmasikan kematian Liu dan empat terpidana mati lain.



’’Eksekusi segera dilakukan setelah Mahkamah Agung Tiongkok menyetujui hukuman mati terhadap lima terpidana,’’ jelas pihak pengadilan dalam pernyataan resmi. Tetapi, pihak pengadilan tidak memberitahukan waktu dan tempat eksekusi berlangsung.



Hukum yang berlaku di Tiongkok mewajibkan MA mengkaji dan mempertimbangkan seluruh vonis mati yang telah dijatuhkan pengadilan di bawahnya.



Setelah itu, MA harus memberikan rekomendasi kepada pengadilan yang akan menjalankan eksekusi tersebut. Tanpa restu atau persetujuan MA, tidak ada pengadilan yang boleh mengeksekusi terpidana mati di Negeri Panda tersebut.



Liu dan komplotannya dijatuhi hukuman mati pada Mei 2014 setelah terbukti membunuh. Selain itu, mereka terbukti mengelola, mengendalikan, dan berpartisipasi dalam sebuah geng kriminal.



Sebagai bos, Liu jelas berperan sebagai pimpinan geng ala mafia tersebut. Konon, geng itu melibatkan mantan petinggi keamanan Tiongkok yang kini menjadi tersangka dalam kasus korupsi, Zhou Yongkang.



Dalam berkas pengadilan, tim jaksa menyebut Liu sebagai kriminal setara mafia. Sebab, dia menguasai hampir seluruh kasino di Provinsi Sichuan serta memonopoli bisnis perjudian, realestat, dan pertambangan di wilayah barat daya provinsi.



’’Dia tidak segan memerintah anak buahnya untuk menghabisi nyawa rival-rival bisnisnya,’’ kata Xinhua.



Layaknya mafia lain, Liu bersekongkol dengan aparat untuk mengamankan bisnis kotornya. Selain polisi, pria 48 tahun itu ’’bersahabat’’ dengan sejumlah jaksa.



Di sisi lain, kolektor ratusan mobil mewah seperti Rolls-Royce, Bentley, dan Ferrari tersebut juga berbisnis dengan sindikat narkotika dan obat-obatan terlarang.



Tidak hanya moncer di dalam negeri, perusahaan yang Liu pimpin pun punya saham di Australia dan Amerika Serikat (AS). Dia menanamkan seluruh sahamnya di luar negeri pada sektor pertambangan.







Di Negeri Kanguru itu, saham Liu melantai dengan bendera Moly Group dan Sundance Resources. Namun, sejak Liu tertangkap pada 2013, gurita bisnisnya ikut melemah.



Meski tidak mau menyebutkan waktu atau tempat eksekusi lima terpidana mati tersebut berlangsung, Xinhua menegaskan bahwa hak Liu dan komplotannya telah diberikan. Yakni, hak untuk bertemu dengan keluarga sebelum mereka menjalani eksekusi.



’’Lima terpidana bertemu dan berkumpul bersama keluarga masing-masing sebelum eksekusi berlangsung,’’ papar media pemerintah tersebut.



Liu dan gangnya kali pertama muncul dalam radar polisi pada Januari 2009. Saat itu anak buah Liu menembaki sejumlah orang yang sedang bersantai di sebuah kedai teh di Kota Guanghan.



Belakangan diketahui bahwa orang-orang yang tewas dalam insiden penembakan tersebut adalah saingan bisnis Liu. Sejak saat itu, polisi lantas mengendus jejak kriminal Liu dalam sejumlah kasus.



Sebelum 2009, Liu dikenal sebagai taipan yang murah hati. Dia memang sengaja membangun citra dermawan di mata publik. Gempa dahsyat yang meluluhlantakkan Sichuan pada 2008 menjadi salah satu lahan subur Liu untuk menonjolkan sisi murah hatinya.



Dia sengaja membangun sekolah di Sichuan sebagai ganti sekolah yang rata dengan tanah dan memberikan berbagai bantuan kepada para korban. (AP/BBC/CNN/JPNN)





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Buku Kartun Nabi Dijual di Jepang



Penerbit buku dari Jepang, Daisan Shokan menerbitkan buku yang memuat kartun Nabi Muhammad pada Selasa (10/2).



Kartun itu adalah yang sebelumnya diterbitkan oleh majalah satire asal Perancis Charlie Hebdo pada Januari lalu.



Dilansir Japan Times, sekitar 500 toko buku di seluruh Jepang sudah mengungkapkan ketertarikan untuk menjual buku yang berjudul “Islam Heito, Fushi Ka”, yang berarti “Anti-Islam Benci, atau Satire?”, namun akan memberikan peringatan jika jadi menjualnya.



Sementara banyak toko buku lain yang tak mau menjualnya untuk menghargai umat Muslim di Jepang.



Polisi anti huru-hara diturunkan di sekitar kantor pusat Daisan Shokan di Shinjuku pada Selasa pagi.



Terbitan pertama buku setebal 64 halaman itu dicetak sebanyak 3000 eksemplar, dan berisi 48 buah kartun satire serta memuat komentar dari 10 kartunis dan peneliti soal Islam.



Direktur Daisan Shokan Akira Kitagawa mengatakan buku itu tidak dimaksudkan untuk menyinggung Islam.



“Kami ingin buku ini menambah perbebatan tentang batasan kebebasan berekspresi,” kata Kitagawa.



Ia mengatakan kartun wajah Nabi Muhammad diburamkan di dalam buku, untuk menghormati kepercayaan umat Muslim yang melarang penggambaran wajah Nabi Muhammad.



Namun organisasi Muslim mengatakan bahwa memuat kartun itu saja sudah merupakan penghinaan bagi umat Islam.



Pada Maret tahun lalu, Mahkamah Agung menyetujui keputusan pengadilan rendah yang memvonis Daisan Shokan untuk membayar 35,2 juta yen (setara Rp3,7 miliar), atas perusakan nama baik terhadap 16 orang Muslim di Jepang setelah perusahaan itu menerbitkan buku yang berisi informasi rahasia kepolisian tentang keterkaitan para penggugat dengan terorisme.



sumber: CNNinternational





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

USA: 20.000 Pejuang Asing dari 90 Negara Hijrah ke ISIS



Ini melebihi tingkat pelancong yang pergi ke Afghanistan dan Pakistan, Irak, Yaman, atau Somalia



Amerika Serikat melansir peringatan bahwa para pejuang asing ISIS yang datang ke Suriah meningkat. Direktur Pusat Anti Teror Nasional Amerika Serikat, Nicholas Rasmussen, mengatakan bahwa lebih dari 20 ribu orang yang berasal dari 90 negara hijrah ke medan perang ISIS.



"Tingkat pejuang luar negeri yang pergi ke Suriah ini belum pernah terjadi sebelumnya. Ini melebihi tingkat pelancong yang pergi ke Afghanistan dan Pakistan, Irak, Yaman, atau Somalia dalam 20 tahun terakhir," ungkap Rasmussen dalams sebuah pernyataan seperti dikutip CNN international pada Rabu (11/2).



Dari keseluruhan pejuang tersebut, sekitar 3.400 di antaranya datang dari negara-negara barat. Amerika Serikat sendiri menyumbang sekitar 150 orang di antaranya.



Keberhasilan ISIS merekrut orang baru, menurut Rasmussen, salah satunya berkat kepiawaian mereka menggunakan jejaring sosial.



"(ISIS) telah membuktikan bahwa mereka lebih cakap ketimbang al Qaidah, atau afiliasi al Qaidah lainnya, dalam menggunakan alat media baru untuk menjangkau audiens lintas batas," katanya.



Meskipun Rasmussen tidak mengungkapkan adanya ancaman serius terhadap AS, tapi serangan di Paris, Sidney, dan Ottawa merupakan bukti bahwa serangan ISIS sudah merebak ke luar Irak dan Suriah.



"Pengalaman dan kesuksesan mereka di medan perang Suriah dan Irak mempersenjatai kelompok ini dengan kemampuan besar yang tidak dimiliki oleh kebanyakan kelompok teroris lain," papar Rasmussen.



Guna mengantisipasi gempuran yang lebih besar, pemerintah AS menyatakan diperlukan hukum perlawanan terorisme lebih kuat. Salah satunya adalah regulasi bepergian.



Para pejuang ISIS pergi ke Suriah menggunakan moda transportasi berbeda, mulai dari darat, air, hingga udara.



Rasmussen kemudian menyinggung regulasi bebas visa yang diterapkan oleh pemerintah Turki. Aturan tersebut, menurut Rasmussen, memudahkan para pejuang untuk menggunakan bandar udara domestik, sementara mereka yang berasal dari wilayah Kaukasus dapat melintasi perbatasan untuk masuk ke Suriah.



Walaupun pemerintah Turki sudah menyatakan komitmen untuk mencegah masuknya para pejuang ISIS, Rasmussen menganggap masih ada beberapa upaya yang harusn ditingkatkan.



Sementara itu, Kepala Komite Keamanan Dalam Negeri AS, Michael McCaul, juga menyatakan kewaspadaan terhadap kemungkinan adanya radikalisasi skala kecil yang sukar dideteksi di AS.



"Baru-baru ini saya menulis kepada Presiden sebagai bagian dari investigasi yang sedang saya lakukan untuk meningkatkan perhatian bahwa kita tidak memiliki agen khusus untuk melawan radikalisasi domestik dan tidak ada anggaran untuk itu di dalam departemen dan agen terkait. Saya juga juga khawatir bahwa program yang kita punya hingga saat ini terlalu kecil untuk menghadapi tantangan yang tumbuh sangat cepat," papar McCaul.



Semua hal ini akan dibawa ke meja diskusi rapat dengar pendapat Komite Keamanan Dalam Negeri AS yang akan digelar pada Rabu (11/2).



CNN international 





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Hacker ISIS Bobol Twitter Newsweek dan Ancam Obama





Akun Twitter majalah Newsweek menjadi korban peretasan pada Selasa (10/2) yang juga mempublikasi kicauan bernada ancaman kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan keluarganya.



Kelompok peretas yang beroperasi dengan nama CyberCaliphate, yang mengaku punya hubungan dengan ISIS, mengklaim berada di balik serangan tersebut.



Kicauan yang dilontarkan kelompok peretas ini adalah, "#CyberCaliphate Hari Valentine berdarah #MichelleObama! Kami memantau Anda, putri Anda dan suami Anda!"



Mereka juga berkicau soal ancaman untuk menghancurkan keamanan siber Amerika Serikat.



"Sementara AS dan satelitnya membunuh saudara-saudara kami di Suriah, Irak dan Afghanistan, kami menghancurkan sistem keamanan siber nasional Anda dari dalam."







Setelah kicauan tersebut, pengelola Newsweek segera menghapus kicauan dan gambar latar yang dipasang kelompok CyberCaliphate.



Redaktur Pelaksana Newsweek, Kira Bindrin, mengkonfirmasi peretasan ini kepada CNN dan mengatakan mereka telah kembali menguasai akun tersebut



Kelompok ini mengklaim juga bertanggungjawab atas peretasan pada Januari 2015 kepada Twitter dan YouTube Central Command Amerika Serikat, yang mengawasi operasi militer di Timur Tengah.



Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengatakan bahwa FBI sedang menyelidiki kasus peretasan akun Twitter Newsweek dan waspada terhadap ancaman yang dilontarkan kelompok peretas.



CNN International





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Di Negara ini, 200 orang Mati tiap tahun karena Kebanyakan Kerja



Namanya Eriko Sekiguchi. Perempuan 36 tahun itu adalah lulusan universitas. Ia juga seorang karyawan yang bergaji lumayan. Namun, acara ngumpul bersama teman, kencan, atau berlibur tak ada dalam agendanya. Bukan tak mampu, tapi tak ada waktu.



Dan dia tak sendirian. Kerja keras secara berlebihan (workaholic) adalah kebiasaan yang mendarah daging di negerinya: Jepang.



Dalam sehari, waktu kerja Sekiguchi di sebuah perusahaan dagang bisa mencapai 14 jam -- termasuk rapat pagi, dan 'settai' atau kegiatan membangun hubungan dengan klien. Dari 20 hari hak cutinya tahun lalu, ia hanya memakai 8 di antaranya -- termasuk 6 hari untuk beristirahat di tempat tidur karena sakit.



"Tak ada yang menggunakan cutinya secara penuh," kata dia, seperti dikutip dari News.com.au, Selasa (10/2/2015).



Pemerintah Jepang ingin mengubah hal itu.



UU baru akan dibahas dalam sesi parlemen yang dimulai pada 26 Januari 2015. Tujuannya, memastikan pekerja mendapatkan istirahat yang mereka butuhkan. Dan, akan menjadi tanggung jawab perusahaan untuk memastikan para pegawai mereka ambil cuti.



Jepang telah mempelajari aturan tersebut selama bertahun-tahun. Ada banyak dorongan untuk mengubah budaya kerja terlalu keras itu sejak 2012.



Ternyata, ada risiko besar yang disebabkan workaholic: dalam bidang kesehatan, sosial, juga produktivitas.



Masalahnya, sejumlah pekerja merasa tak enak hati atau takut dibenci rekan kerjanya jika mengambil cuti. Di Negeri Sakura, pegawai yang menggunakan semua hak cutinya akan dianggap 'manja'.



Ongkos sosialnya pun terlampau tinggi. Di usianya, Sekiguchi diam-diam khawatir, ia tak akan sempat menikah atau bahkan untuk menemukan kekasih -- kecuali jika hubungan itu terjalin dengan rekan kerja.



Kadang-kadang, perempuan berambut sebahu itu berharap perusahaannya tutup sehingga para pekerja bisa libur tanpa harus ragu.



Gaya hidup workaholic dan keengganan pasangan membesarkan anak menjadi faktor di balik penurunan tajam angka kelahiran di negara dengan perekonomian ketiga terbesar dunia itu.



Demografi Jepang berbentuk piramida terbalik -- lebih banyak usia lanjut sementara angka kelahiran minim.







Dan di Jepang, bekerja terlalu keras bisa menyebabkan kematian. Dalam arti sebenarnya. Saking umumnya, tragedi tersebut diwakili dengan satu istilah: 'karoshi'.



Pemerintah memperkirakan ada 200 kematian karoshi tiap tahunnya, akibat serangan jantung dan pendarahan otak setelah bekerja berjam-jam lamanya.



Itu belum termasuk depresi bahkan bunuh diri yang disebabkan tekanan pekerjaan. Kasus semacam itu tak masuk hitungan karoshi.



Sekitar 22 persen pekerja di Jepang bekerja lebih dari 49 jam per minggu. Presentasi di Amerika Serikat, Prancis, dan Jerman lebih kecil yakni 11 persen. Sementara Korea Selatan lebih gila lagi, ada 35 persen pegawai yang harus bekerja selama itu!



Hanya setengah hak cuti yang diambil pegawai di Jepang, rata-rata 9 hari dalam setahun.



Kalaupun mengambil hak cuti, biasanya karena sakit. Memang, ada UU yang menjamin dua per tiga upah mereka tetap dibayar jika pekerja menderita sakit parah dan tak masuk kerja karenanya. Namun tidak untuk sakit ringan.



"Itu berarti pegawai menyisakan 2-3 hari cuti kalau-kalau mereka menderita flu atau sakit ringan lainnya," demikian kata Yuu Wakebe, pejabat Kementerian Kesehatan dan Tenaga Kerja. Dengan cara itu, mereka 'bisa sakit' tanpa harus potong gaji.



Meski Jepang terkenal dengan etos kerja yang keras, ternyata waktu kerja mereka tak sebanding dengan kinerja dan produktivitas.



Ada banyak hal yang tak efisien, juga budaya yang birokratis di tempat kerja. Para pegawai tak jarang hanya duduk-duduk di kantor, tak mengerjakan hal penting, atas nama semangat kerja tim.



Para ahli berpendapat UU baru adalah solusi. Namun, penyebab dilema itu terlanjur mengakar. Sudah jadi kultur.



Mengatur waktu istirahat akan lebih mudah untuk diterapkan jika ekonomi membaik di bawah kebijakan anti-deflasi Perdana Menteri Shinzo Abe yang melemahkan yen.



Masalah kecanduan kerja menjadi masalah yang intens selama dua dekade terakhir stagnasi ekonomi di Jepang. Penggunaan tenaga kerja murah menjadi praktik umum agar bisa terus bertahan dalam ekonomi yang global yang kian kompetitif. Sementara, loyalitas terhadap perusahaan di kalangan pegawai di Jepang terlanjut membudaya. Orang sulit beralih ke perusahaan lain meski diiming-imingi gaji lebih tinggi.



Abe, yang dikenal bukan orang yang kerap berlibur lama, menekankan pentingnya perubahan. Ada yang keliru soal etos kerja orang Jepang. Yakni, "Budaya salah yang menekankan pada waktu kerja yang lama." Bukan produktivitas dan kualitas.



sumber: ChannelNewsAsia / liputan6 / News.com.au





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Bongkar! "SwissLeaks" Gemparkan Dunia





Dokumen-dokumen rahasia yang disiarkan secara online telah mengguncang dunia, menyebutkn bank raksasa HSBC telah membantu para nasabah kaya mengemplang jutaan dolar kewajiban membayar pajak, selain telah mengungkap hubungan sistem keuangan dengan kalangan kaum ultra kaya dunia.



File-file rahasia yang kemudian disebarluarskan dan menjadi kasus yang disebut SwissLeaks itu melibatkan nama-nama beken kaum selebritas, para pedagang senjata dan politisi, kendati belum tentu mereka berbuat kejahatan melanggar hukum.



Dokumen-dokumen rahasia yang dipublikasikan akhir pekan ini menyebutkan bahwa divisi Swiss dari bank yang berbasis di London, Inggris, itu telah membantu nasabah-nasbahnya di lebih dari 200 negara untuk mengemplang pajak lewat rekening-rekening yang bernilai total 119 miliar dolar AS.



File-file rahasia dari bank terbesar di Eropa ini telah dicuri, Herve Falciani, seorang pekerja IT menjadi whistleblower, dia mencuri berkas pada tahun 2007 dan menyerahkannya pada pemerintah Perancis, namun mereka tidak mempublikasikannya ke publik.



Lalu Konsorsium Jurnalis Investigatif Internasional (ICIJ) memperoleh file-file itu dari koran Prancis Le Monde yang kemudian mereka bagikan ke sekitar 45 media massa di seluruh dunia.







Dokumen-dokumen itu menunjukkan bahwa HSBC telah membuka rekening-rekening Swiss untuk para kriminal internasional, pengusaha, politisi dan selebritis, kata ICIJ.



Pengungkapan data ini mendorong ada seruan untuk menyelidiki upaya penghindaran pajak yang canggih oleh orang-orang kaya dan perusahaan-perusahaan multinasional.



"HSBC diuntungkan oleh berbisnis dengan para pedagang senjata yang menyalurkan bom-bom mortir kepada tentara-tentara cilik di Afrika, menjadi kantong uang untuk para diktator Dunia Ketiga, para penyelundup perdagangan berlian berdarah, dan tindakan-tindakan menyalahi hukum secara internasional lainnya," kata ICIJ seperti dikutip AFP.



Dijuluki sebagai "Snowden para pengemplang pajak" dan "pria yang menakuti orang-orang kaya", Herve tetap menjadi buronan atas tuduhan pencurian data, namun Perancis dan Spanyol telah menawarinya perlindungan dengan menolak ekstradisi Herve ke Swiss, demikian AFP.



Di antara nama terkenal yang tersangkut dan disebut-sebut dalam skandal ini adalah pebalap motor terkenal asal Italia Valentino Rossi.



Rossi tercatat menyimpan dana 23,9 juta dolar AS dalam dua rekening di bank HSBC cabang Swiss itu. Namun Rossi menegaskan dia selalu melaporkan status pajaknya kepada pihak berwenang Italia.





Nama-nama terkenal lainnya adalah Rami Makhlouf, sepupu Presiden Suriah Bashar al-Assad, perancang terkenal Diane von Furstenberg, dan supermodel Elle Macpherson.



Menurut Konsorsium Jurnalis Investigatif Internasional (ICIJ) yang membeberkan dokumen rahasia itu dari bocoran seorang mantan karyawan IT HSBC, uang dalam rekening Diane von Furstenberg adalah berasal dari orang tua sang desainer, sedangkan pengacara Elle Macpherson menegaskan bahwa kliennya sungguh patuh pada hukum pajak Inggris.



Namun dari catatan ICIJ, dari file-file rahasia yang dibocorkan itu menyebutkan bahwa para karyawan HSBC prihatin pada niat nasabah-nasabah mereka dalam menyembunyikan uang mereka dari mata pihak berwenang di negaranya masing-masing.



Misalnya, mengenai salah satu rekening milik orang kaya Denmark, seorang karyawan HSBC menulis, "Semua kontak melalui salah satu dari tiga anak perempuannya tinggal di London. Pemilik rekening ada di Denmark, mesti diawasi karena adalah tindakan kriminal memiliki rekening di luar negeri namun tidak dilaporkan."



sumber: AFP





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.