Selasa, 03 Februari 2015

Sebut Rakyat Nggak Jelas, Jokowi Nasehati Tedjo





Pernyataan Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menkopolhukam), Tedjo Edhy Purdijanto yang menyebut pendukung KPK adalah rakyat tidak jelas, memicu kemarahan masyarakat. Bahkan ia juga dilaporkan ke Bareskrim Polri pada Senin (26/1) kemarin.



Menanggapi hal itu, Sekretaris Kabinet (Seskab) Andi Widjajanto mengatakan Presiden Joko Widodo telah memberikan pesan kepada Menkopolhukam Tedjo Edhy Purdijanto untuk bisa lebih berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan.



"Arahan presiden ya kehati-hatian. Ngomongnya harus pelan-pelan," katanya, Selasa (27/1).



Andi juga mengatakan, Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla telah melakukan evaluasi terhadap kinerja menteri-menteri di kabinetnya. Namun demikian, hingga saat ini belum ada pembicaraan ke arah reshuffle menteri.



"Ada evaluasi dari presiden saat paripurna yang dilakukan minggu pertama tiap bulan. Presiden melakukan arahan dan evaluasi, misalnya ada menteri yang kurang fokus, atau ada penugasan khusus. Namun belum ada pembicaraan sampai ke sana," ucap mantan deputi tim transisi Jokowi-JK tersebut.



Seperti diberitakan sebelumnya, Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdjiatno menyebut KPK mengajak-ajak rakyat untuk mendukungnya atas polemik yang memanas antara KPK-Polri pascapenangkapan dan penetapan tersangka Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto oleh Bareskrim Polri.



Bahkan Tedjo menuduh, bahwa rakyat yang datang ke KPK untuk mendukung KPK adalah rakyat tidak jelas. "KPK berdiri sendiri dia. Kuat dia. Konstitusi yang akan mendukung, bukan dukungan rakyat enggak jelas itu," ujarnya, 24 Januari lalu.



Pernyataan Tedjo itu memicu reaksi negatif dari masyarakat. Selain mengecam pernyataan tersebut, mereka juga mengolok-olok Tedjo di media sosial.



Bahkan LSM Forum Warga Kota Jakarta (Fakta) melaporkan menteri yang berasal dari Partai NasDem tersebut ke Bareskrim Mabes Polri, Senin (26/1) siang. Fakta menilai pernyataan Menkopolhukam telah menghina rakyat Indonesia. ROL





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Diserang Israel, Kepala penyidik PBB untuk Gaza mengundurkan Diri





Kepala tim PBB yang bertugas menyelidiki pelanggaran perang semasa konflik antara Israel dengan Gaza pada tahun lalu, menyatakan akan mengundurkan diri setelah pihak Israel menuduhnya bias terhadap Palestina.



Akademisi asal Kanada, William Schabas, ditunjuk oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk memimpin sekelompok ahli yang bertugas menyelidiki kebenaran dugaan pelanggaran kejahatan perang selama serangan militer Israel ke Gaza.



Dalam surat kepada timnya, Schabas mengatakan bahwa dia akan segera mengundurkan diri agar tuduhan Israel tidak menghalangi persiapan penulisan laporan beserta temuan-temuannya. Laporan tersebut rencananya akan disiarkan pada Maret.



Beberapa pekan yang lalu, Pengadilan Pidana Internasional di Den Haag menyatakan akan memulai penyelidikan mengenai pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Palestina.



Tuduhan bias dari pihak Israel muncul setelah ditemukan bahwa Shabas pernah bekerja sebagai konsultan untuk Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada 2012.



Dalam suratnya, Schabas menjelaskan bahwa konsultasi yang dia lakukan dengan PLO--saat itu dia dibayar sebesar 1.300 dolar AS--tidak berbeda dengan konsultasi yang pernah dia berikan untuk pemerintahan dan organisasi-organisasi lain tempat Schabas bekerja sebelumnya.



"Pandangan saya mengenai persoalan Israel dan Palestina sudah diketahui dengan luas dan terbuka. Pekerjaan saya untuk membela hak asasi manusia membuat saya menjadi target serangan," tulis Schabas.



Israel sejak awal tak senang dengan penunjukan Schabas karena mereka nilai sebagai tokoh yang mengkritik keras negara Yahudi.







Sikap tersebut kemudian memicu Dewan Hak Asasi Manusia PBB mempertimbangkan kembali posisi Schabas di dalam tim penyidik.



"Saya berpendapat bahwa akan sulit untuk meneruskan pekerjaan ini saat prosedur pertimbangan kembali oleh Dewan Hak Asasi Manusia tengah berlangsung," kata dia.



Komisi penyidik saat ini sudah selesai mengumpulkan semua bukti yang ada dan mulai menulis laporan, tambah Schabas.



Komisi tersebut tidak hanya bertuga menyelidiki pelanggaran dari Israel melainkan juga HAMAS, kelompok yang saat ini menguasai Gaza.



Penunjukan Schabas, yang tinggal di Inggris dan mengajar hukum internasional di Universitas Middlesex, sempat disambut baik oleh HAMAS dan dikritik keras oleh kelompok Yahudi di Amerika Serikat.



Schabas pernah mengatakan bahwa dia berniat untuk mengesampingkan pandangan pribadinya mengenai "hal-hal yang sudah terjadi pada masa lampau.", demikian dikutip Reuters.



sumber: reuters/antara
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Senin, 02 Februari 2015

Dana Seret, Charlie Hebdo Berhenti Terbit





Charlie Hebdo, majalah satir penista Rasulullah Muhammad SAW, tidak akan hadir di kios-kios di sekujur Paris, ibu kota Prancis.



Situs dw.de memberitakan karyawan yang selamat dalam serangan Said dan Cherif Kouachi, Rabu (7/1), memutuskan menghentikan penerbitan majalah sampai beberapa pekan ke depan.



"Majalah masih punya masa depan," ujar Michel Salion, yang berbicara atas nama karyawan Charlie Hebdo. "Karyawan memutuskan istirahat untuk memulihkan kondisi keuangan dari kerugian yang kami alami."



Sailon tidak menyebut kapan Charlie Hebdo akan terbit kembali. Situs Charlie Hebdo hanya mengatakan edisi cetak majalah satir itu akan kembali dalam beberapa pekan mendatang.



Charlie Hebdo dikenal dunia berkat ulahnya menistakan Rasulullah SAW beberapa kali. Terakhir, dunia kembali mengenal majalah itu ketika Said dan Cherif Kouachi menyerbu dan membunuh 12 orang, termasuk dua polisi.



Salah satu korban adalah Stephane Charbonniere, pemred dan karikaturis yang mereka wajah Rasulullah SAW. Dunia mengutuk, dan banyak orang berhimpun dalam Je Suis Charlie.



Manajemen Charlie Hebdo memanfaatkan situasi dengan mencetak majalah tiga juta eksemplar, dalam beberapa bahasa, dan dipasarkan ke 25 negara. Mereka berharap meraih untung dari moment mengenaskan rekan-rekan mereka.



Pers melaporkan penjualan edisi khusus pasca penyerangan luar biasa hebat, dan ratusan ribu terjual dalam satu atau dua hari. Namun itu hanya terjadi di Eropa. Di luar Eropa, yang terjadi sebaliknya. Aksi protes meluas, dan Charlie Hebdo gagal menjual edisi khususnya.



Terakhir, simpatisan Charlie Hebod di Koln, kota di Jerman, berencana menggelar aksi demo besar-besaran. Namun, dengan berbagai alasan, demo itu dibatalkan. (*inilah)



sumber: dw.de/inilah
















DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.






Aihh, Superstar Jackie Chan itu Kini jadi seorang Datuk



Benarkah itu Jackie Chan?



Iya, pekan ini Jackie Chan mengejutkan banyak orang dengan menerima gelar 'datuk' dari Yang Dipertuan Agung Tuanku Abdul Halim Muadzam Shah, bersamaan peringatan Hari Wilayah Federal.



Ketika nama Chan Song Kang disebut, Jackie Chan -- yang duduk bersebelahan dengan Ustaz Kazim Elias -- berdiri sejenak dan berjalan ke podium. Semua yang hadir terkejut.



Chang Song Kang adalah nama asli aktor dan sutradara kelahiran Hong Kong itu. Ia sempat menggunakan nama panggung Seng Lung, nama dalam Bahasa Kanton, atau Chen Long (Mandarin).



Situs thestar.com menulis beberapa tamu bergumam; "Apakah itu Jackie Chan?"



Tamu, dan juga panitia, layak terkejut karena Chan tidak muncul saat latihan upacara penobatan, Sabtu lalu.









Setelah menerima gelar itu, Chan mengenakan songkok dan baju hitam, memakai kaca mata berbingkai, berjalan kembali ke tempat duduknya. Ia kemudian dibawa seorang pejabat istana.



Ia sempat berpose di tangga istana, lengkap dengan pakaian kebesaran sebagai datuk.





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Video Menyeramkan Rekam Sosok Mahkluk Aneh di Sarawak Malaysia





Para pekerja kebun kelapa sawit di Sarawak dikejutkan dengan makhluk seperti 'mutan'.



Bentuknya mirip seperti yang ada di film garapan Hollywood seperti Lord Of The Ring, 'Sméagol' maupun Splice.



Para pekerja tersebut sangat terkejut saat melihat makhluk aneh tak berbulu tersebut. Makhluk itu kulitnya tanpa bulu, berjalan dengan empat kaki, di mana kaki depan berfungsi seperti tangan seperti Smeagol di Film Lord of The Ring.







Namun, muka mahkluk tersebut memiliki moncong yang tajam seperti beruang. Dalam tayangan di Youtube makhluk itu berjalan dari semak-semak kebun kelapa sawit menuju rawa.



Kalau penasaran silakan saja buka videonya di Youtube berjudul Strange creature freaks out plantation workers in Sarawak. Video tersebut sudah ditonton 448.845 orang.









DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Minggu, 01 Februari 2015

Ratusan Foto-foto Tersebar, Burj Khalifa Dubai Terbakar





Ratusan foto yang beredar menggambarkan terbakarnya bangunan tertinggi di dunia, Burj Khalifa telah membuat heboh dunia maya, terutama media sosial seperti Twitter.



Adegan yang membuat bulu kuduk berdiri: asap yang mengepul dari bangunan tertinggi di dunia Burj Khalifa Minggu malam 1 Februari 2015.



Ratusan pengguna menyebarkan rumor tersebut pada Minggu (1/2). Beberapa di antaranya bahkan menyertakan status mereka dengan gambar yang tampak seperti asap keluar dari puncak Burj Khalifa.



Namun, saat dikonfirmasi oleh Emirates 24|7, departemen pertahanan sipil Uni Emirat Arab mengatakan tidak ada kebakaran yang terjadi.







Ia menjelaskan asap yang terlihat di puncak merupakan fenomena yang memang biasa terjadi pada temperatur tertentu.



"Ketika suhu kelembaban di luar gedung mencapai tingkat tertentu dibandingkan dengan suhu di dalam, hal itu akan memicu terbentuknya awan di sekitar menara, seperti dalam kasus Burj Khalifa. Pada dasarnya itu hanya kondensasi (pengembunan).



"Itu biasanya terjadi pada musim seperti ini setiap tahun, tidak berbahaya, tapi unik," lanjutnya.







"Pembentukan awan yang terjadi karena kondensasi adalah asal muasal atas semua rumor (yang beredar), tidak ada yang perlu dikhawatirkan sama sekali," pungkasnya.



Sementara itu, admin Twitter Burj Khalifa (@BurjKhalifa) menegaskan kembali bahwa rumor itu tidak benar dengan menulis: "Ini memang waktunya awan berkumpul di sekitar #burjkhalifa & menipu kita. Itu hanya kabut, #Burjkhalifa kita tercinta aman & bersinar!"





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Tahukah Anda: “Sumatra Telah Dikenal Sejak Zaman Rasulullah”




Syed Muhammad al Naquib al Attas


Benarkah pulau Sumatra telah dikenal oleh Rasulullah SAW semasa hidup, serta telah dilalui dan disinggahi para pedagang dan pelaut Arab di masa itu? Pernyataan ini diungkap Prof. Dr. Muhammad Syed Naquib al-Attas di buku terbarunya “Historical Fact and Fiction” yang di seminarkan November 2011 lalu.



Syed Muhammad al Naquib al Attas lahir di Bogor, 5 September 1931 adalah seorang cendekiawan dan filsuf muslim saat ini dari Malaysia. Ia menguasai teologi, filsafat, metafisika, sejarah, dan literatur.






Muhammad al Naquib al Attas
Ia juga menulis berbagai buku di bidang pemikiran dan peradaban Islam, khususnya tentang sufisme, kosmologi, filsafat, dan literatur Malaysia.



Sumber Wikipedia menyebutkan, tahun 1962 Al-Attas menyelesaikan studi pasca sarjana di Institute of Islamic Studies di McGill University, Montreal, Kanada, dengan thesis Raniri and the Wujudiyyah of 17th Century Acheh.



Al-Attas kemudian melanjutkan studi ke School of Oriental and African Studies, University of London di bawah bimbingan Professor A. J. Arberry dari Cambridge dan Dr. Martin Lings. Thesis doktornya (1962) adalah studi tentang dunia mistik Hamzah Fansuri.



Pada 1987, Al-Attas mendirikan sebuah institusi pendidikan tinggi bernama International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) di Kuala Lumpur. Melalui institusi ini Al-Attas bersama sejumlah kolega dan mahasiswanya melakukan kajian dan penelitian mengenai Pemikiran dan Peradaban Islam, ia terkenal kritis terhadap Peradaban Barat.



Kesimpulan Al-Attas ini berdasarkan inductive methode of reasoning. Metode ini, ungkap al-Attas, bisa digunakan para pengkaji sejarah ketika sumber-sumber sejarah yang tersedia dalam jumlah yang sedikit atau sulit ditemukan, lebih khusus lagi sumber-sumber sejarah Islam dan penyebaran Islam di Nusantara memang kurang.



Ada dua fakta yang al-Attas gunakan untuk sampai pada kesimpulan di atas.



Pertama, bukti sejarah Hikayat Raja-Raja Pasai yang di dalamnya terdapat sebuah hadits yang menyebutkan Rasulullah saw menyuruh para sahabat untuk berdakwah di suatu tempat bernama Samudra, yang akan terjadi tidak lama lagi di kemudian hari. Hikayat Raja-raja Pasai antara lain menyebutkan sebagai berikut:



…Pada zaman Nabi Muhammad Rasul Allah salla’llahu ‘alaihi wassalama tatkala lagi hajat hadhrat yang maha mulia itu, maka sabda ia pada sahabat baginda di Mekkah, demikian sabda baginda“Bahwa sepeninggalku ada sebuah negeri di atas angin Samudera namanya. Apabila ada didengar khabar negeri itu maka kami suruh engkau (sediakan) sebuah kapal membawa perkakas dan kamu bawa orang dalam negeri (itu) masuk Islam serta mengucapkan dua kalimah syahadat. Syahdan, (lagi) akan dijadikan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam negeri itu terbanyak daripada segala Wali Allah jadi dalam negeri itu”


Dasarnya tentu sangat kuat baik secara teologis maupun secara antropologis. Menurutnya, Hamzah Fansuri, Nurruddin Ar-Raniry, Syamsuddin As-Sumatrani, Syech Abdurrauf As-singkili yang terkenal dengan nama Syeikh di Kuala atau Syiah Kuala adalah sekian diantara ulama besar Aceh yang pernah ada di zaman keemasan kesultanan Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam.



Bahkan, sekian diantara Wali Songo memiliki garis hubungan pendidikan atau lulusan (alumni) yang berguru di Samudera Pasai sebagai pusat peradaban Islam Asia tenggara kala itu. Bahkan beberapa diantaranya ada yang memiliki hubungan keturunan dengan Aceh penyebar Islam di tanah Jawa.



Sumber wikipedia menyebutkan, bahwa asal-usul penamaan pulau "Sumatra" sendiri berasal dari keberadaaan sebuah kerajaan benama Samudera Pasai (terletak di pantai pesisir timur Aceh). Diawali dengan kunjungan Ibnu Batutah, petualang asal Maroko ke negeri tersebut pada tahun 1345, dia melafalkan kata Samudera menjadi Samatrah, dan kemudian menjadi Sumatra atau Sumatera, selanjutnya nama ini tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan Portugis, untuk dirujuk pada pulau ini, sehingga kemudian dikenal meluas sampai sekarang. (Nicholaas Johannes Krom, De Naam Sumatra, BKI, 100, 1941.)



Kedua, berupa terma “kāfūr” yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Kata ini berasal dari kata dasar “kafara” yang berarti menutupi. Kata “kāfūr” juga merupakan nama yang digunakan bangsa Arab untuk menyebut sebuah produk alam yang dalam Bahasa Inggris disebut camphor, atau dalam Bahasa Melayu disebut dengan kapur barus.



Masyarakat Arab menyebutnya dengan nama tersebut karena bahan produk tersebut tertutup dan tersembunyi di dalam batang pohon kapur barus/pohon karas (cinnamomum camphora) dan juga karena “menutupi” bau jenazah sebelum dikubur.



Produk kapur barus yang terbaik adalah dari Fansur (Barus) sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, yang terletak di pantai barat Sumatra.



Dengan demikian tidak diragukan wilayah Nusantara lebih khusus lagi Sumatra telah dikenal oleh Rasulullah dari para pedagang dan pelaut yang kembali dengan membawa produk-produk dari wilayah tersebut (pasai) dan dari laporan tentang apa yang telah mereka lihat dan dengar tentang tempat-tempat yang telah mereka singgahi.






Prof. Dr. Muhammad Syed Naquib al-Attas


Menurut berita-berita luar yang juga diceritakan dalam Hikayat Raja-raja Pasai (Pase) kerajaan ini letaknya di kawasan Selat Melaka pada jalur hubungan laut yang ramai antara dunia Arab, India dan Cina. Disebutkan pula bahwa kerajaan ini pada abad ke XIII sudah terkenal sebagai pusat perdagangan di kawasan itu.


Kembali menurut Al-Attas, ia menyebutkan, ada empat faktor penyebab minimnya sumber dan kajian sejarah Islam dan sejarah penyebaran Islam di Nusantara.


Pertama, sumber dan karya ilmiah sejarah Islam yang ditulis dalam huruf Jawi/Pego (Arab latin) oleh masyarakat Nusantara tidak begitu terkenal di kalangan ilmuwan Barat karena tidak banyak dari mereka yang pandai membaca tulisan Jawi.



Kedua, banyak sumber sejarah yang hilang atau tidak diketahui keberadaannya pada zaman penjajahan.



Ketiga, biasanya sumber-sumber sejarah yang ditulis masyarakat Nusantara dianggap oleh orientalis sebagai artifak sastra, sebagai karya dongeng atau legenda, yang hanya bisa dipelajari dari sudut filologi atau linguistik, dan tidak bisa diterima sebagai sumber sejarah yang sempurna dan benar.



Keempat, karena minimnya sumber dan kajian sejarah Islam Nusantara membuat para ilmuwan Barat hanya menggunakan sumber, kajian dan tulisan dari luar Nusantara termasuk dari Barat. Mereka tidak memperhatikan atau mungkin tidak tahu adanya bahan-bahan dan informasi yang terdapat dalam berbagai sumber sejarah Islam termasuk sumber-sumber sejarah dari wilayah Nusantara.


Prof. Dr. Abdul Rahman Tang, Akademis dan dosen pasca sarjana di Departemen Sejarah dan Peradaban, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences di International Islamic University Malaysia, selaku pembanding menyatakan kajian sejarah Islam Nusantara yang dilakukan al-Attas dalam buku tersebut sebagian besar bersifat spekulatif.



Salah satu fakta spekulatif tersebut adalah hadits yang terdapat dalam Hikayat Raja Raja Pasai.



Menurutnya, fakta-fakta tersebut bisa valid jika telah menjalani proses “verification of fact”. Namun Al-Attas tidak melakukan proses ini terhadap hadits yang disebutkan di dalam hikayat raja-raja pasai tersebut.






Historical Fact and Fiction
Muslim China warga Malaysia ini mempertanyakan tentang hadits ini dan mengkhwatirkan implikasinya terhadap pemikiran masyarakat Nusantara. Menurutnya, al-Attas melakukan inductive methode of reasoning secara tidak konstruktif. Sedang Dr. Syamsuddin Arif, dosen IIUM asal Jakarta, selaku pembicara kedua dalam acara bedah buku tersebut mengungkapkan kesimpulan al-Attas di atas logis dan sesuai dengan fakta.


Hal ini berdasarkan perjalanan pelaut dan pedagang Arab pada masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam  yang pergi ke China. Untuk mencapai negeri China melalui laut tak ada rute lain kecuali melalui dan singgah wilayah Nusantara.


Lebih lanjut Arif mengemukakan berbagai teori dan pendapat tentang kapan, dari mana, oleh siapa, dan untuk apa penyebaran Islam di Nusantara beserta bukti-bukti dan fakta-fakta yang digunakan untuk mendukung pendapat-pendapat tersebut. Arif juga menjelaskan ilmuwan siapa saja yang memegang dan yang menentang pendapat-pendapat tersebut.


Di akhir makalahnya, Arif mempertanyakan pendapat J.C. Van Leur yang pertama kali menyatakan bahwa penyebaran Islam di Nusantara dimotivasi oleh kepentingan ekonomi dan politik para pelakunya.


Van Leur dalam bukunya “Indonesian Trade and Society” berpendapat, sejalan dengan melemahnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Sumatera dan khususnya di Jawa, para pedagang Muslim beserta muballigh lebih berkesempatan mendapatkan keuntungan dagang dan politik.



Dia juga menyimpulan adanya hubungan saling menguntungkan antara para pedagang Muslim dan para penguasa lokal.


Pihak yang satu memberikan bantuan dan dukungan materiil, dan pihak kedua memberikan kebebasan dan perlindungan kepada pihak pertama.



Menurutnya, dengan adanya konflik antara keluarga bangsawan dengan penguasa Majapahit serta ambisi sebagian dari mereka untuk berkuasa, maka islamisasi merupakan alat politik yang ampuh untuk merebut pengaruh hingga menghimpun kekuataan.


Menurut catatan M. Yunus Jamil, bahwa pejabat-pejabat Kerajaan Islam Samudera Pasai terdiri dari orang-orang alim dan bijaksana. Adapun nama-nama dan jabatan-jabatan mereka adalah sebagai berikut:


1. Seri Kaya Saiyid Ghiyasyuddin, sebagai Perdana Menteri.

2. Saiyid Ali bin Ali Al Makaarani, sebagai Syaikhul Islam.

3. Bawa Kayu Ali Hisamuddin Al Malabari, sebagai Menteri Luar Negeri.


Dari catatan-catatan, nama-nama dan lembaga-lembaga seperti tersebut di atas, Prof. A. Hasjmy berkesimpulan bahwa, sistem pemerintahan dalam Kerajaan Islam Samudera Pasai sudah teratur baik, dan berpola sama dengan sistem pemerintahan Daulah Abbasiyah di bawah Sultan Jalaluddin Daulah (416-435 H).


Nama Samudera dan Pasai sudah populer disebut-sebut baik oleh sumber-sumber Cina, Arab dan Barat maupun oleh sumber-sumber dalam negeri seperti Negara Kertagama (karya Mpu Prapanca, 1365) pada abad ke 13 dan ke-14 Masehi. Dan tentang asal usul nama kerajaan ini ada berbagai pendapat.



Menurut J.L. Moens, kata Pasai berasal dari istilah Parsi yang diucapkan menurut logat setempat sebagai Pa’Se. Dengan catatan bahwa sudah semenjak abad ke VII M, saudagar-saudagar bangsa Arab dan Parsi sudah datang berdagang dan berkediaman di daerah yang kemudian terkenal sebagai Kerajaan Islam Samudera Pasai .







Mohammad Said, salah seorang wartawan dan cendikiawan Indonesia pengarang buku ACEH SEPANJANG ABAD yang berkecimpung dengan penelitiannya tentang kerajaan ini dan kerajaan Aceh, dalam prasarannya yang berjudul “Mentjari Kepastian Tentang Daerah Mula dan Cara Masuknya Agama Islam ke Indonesia", berkesimpulan bahwa istilah PO SE yang populer digunakan pada pertengahan abad ke VIII M seperti terdapat dalam laporan-laporan Cina, adalah identik atau mirip sekali dengan Pase atau Pasai.


Pendapat ini adalah sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Prof. Gabriel Ferrand dalam karyanya (L’Empire, 1922, hal.52-162), dan pendapat Prof. Paul Wheatley dalam (The Golden Khersonese, 1961, hal.216), yang didasarkan pada keterangan para musafir Arab tentang Asia Tenggara. Kedua sarjana ini menyebutkan bahwa sudah sejak abad ke-7 Masehi, pelabuhan-pelabuhan yang terkenal di Asia Tenggara pada masa itu, telah ramai dikunjungi oleh para pedagang dan musafir-musafir Arab. Bahkan pada setiap kota-kota dagang itu telah terdapat fondachi-fondachi atau permukiman-permukiman dari pedagang-pedagang yang beragama Islam. Wallahu'alam bissawab..


Referensi:



  • Islamic Studies Forum for Indonesia) Kuala Lumpur, Malaysia

  • http://id.wikipedia.org/wiki/Syed_Muhammad_Naquib_al-Attas

  • hidayatullah.com, Benarkah Nusantara telah dikenal di jaman Nabi





DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.