ISIS berencana untuk memasuki Eropa melalui Libya, dengan menyebrangi Laut Mediterania dan menyamar sebagai imigran ilegal. Rencana ini terungkap dalam sejumlah surat yang ditemukan oleh organisasi think tank anti-terorisme asal Inggris, Quillum, Rabu (18/2).
Dilaporkan Russia Today, lokasi Libya, yang dipisahkan oleh Laut Mediterania dengan Italia dan Yunani, berada di ambang benua Eropa, menjadikan negara ini sebagai gerbang yang pas bagi para militan untuk memasuki Eropa.
Rencana ini menguraikan strategi melintasi laut dari Libya ke Eropa selatan secara ilegal dengan kapal feri, menuju pelabuhan seperti pulau paling selatan Italia, Lampedusa, yang berjarak kurang dari 483km.
"Libya memiliki pantai yang panjang dan berdekatan dengan negara-negara Tentara Salib selatan, yang dapat dicapai dengan mudah bahkan oleh perahu sederhana," bunyi surat ISIS yang dilihat Quillum, dikutip dari Russia Today, Rabu (18/2).
Informasi tersebut berasal dari seorang pendukung ISIS bernama Abu Ibrahim al-Libim, yang diyakini bertugas sebagai perekrut ISIS secara daring untuk wilayah Libya.
Russia Today belum dapat mengkonfirmasi identitas Libim, namun para analis yakin Libim merupakan inspirator besar bagi para pejuang ISIS.
"Twitter telah menutup akun resmi Libim beberapa kali. Namun, setiap kali dia mulai membuat akun yang baru, dia memiliki ribuan pengikut dengan sangat cepat. Ini merupakan ciri khas dari suatu pengaruh afiliasi ISIS," kata Charlie Winter, peneliti dari Quillam Foundation.
Rencana yang diungkapkan Libim juga menyebutkan aksi penyamaran para anggota militan sebagai imigran ilegal. Setelah sampai di Eropa, diperkirakan para militan akan memulai serangan besar-besaran di Eropa selatan.
Anggota ISIS di Irak dan Suriah juga diperkirakan akan membantu militan dari Libya untuk meluncurkan serangan ini.
"Kami akan menaklukkan Roma," kata Libim dalam sebuah video pada Minggu (15/2) yang menggambarkan pemenggalan 21 warga Mesir penganut Kristen Koptik. Video tersebut menyebabkan Mesir menggempur markas ISIS di Irak dan Suriah.
Libim juga menjelaskan bahwa Libya memiliki "potensi yang besar" untuk kelompok militan, merujuk kepada barang rampasan perang, seperti amunisi dan bahan bakar minyak, sisa dari perang yang kerap berkecamuk setelah penggulingan Muammar Gaddafi pada tahun 2011.
Libim menjelaskan bahwa ISIS dapat memanfaatkan fakta bahwa imigran ilegal sangat besar jumlahnya di Italia.
"Jika (fakta) ini dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara strategis, kekacauan bisa ditempa di negara-negara Eropa selatan, dan bahkan, bisa menutup pelayaran dan menargetkan kapal Crusader dan tanker," kata Libim dalam surat tersebut.
Video dan surat-surat Libim ditemukan tak lama setelah negara-negara Barat menyatakan kekhawatiran terhadap masalah keamanan di Libya. Sistem keamanan di Libya sangat rendah dengan berbagai faksi dan kelompok jihad berlomba-lomba untuk menguasai negara yang kaya minyak ini dan berencana menyebrang ke Eropa.
Russia Today mencatat, terdapat sekitar 2.000 imigran ilegal di Italia yang berhasil diselamatkan dari Laut Mediterania pada akhir pekan ini.
"Imigran yang mengungsi dengan perahu mencoba untuk menyeberangi (Laut) Mediterania. Dalam beberapa minggu ke depan, jika kita tidak bertindak bersama-sama, kapal mereka akan dipenuhi teroris juga," kata Duta Besar Mesir untuk London, Nasser Kamel.
Serupa dengan pernyataan Kamel, pemerintah Italia juga merilis pernyataan terkait kemungkinan besar militan Libya yang bergabung dengan ISIS menyebrang ke negara itu.
Pada hari Rabu (18/2), Menteri Luar Negeri Italia, Paolo Gentiloni menyatakan imigran ilegal dari Libya adalah "risiko yang besar", dan menyerukan "bantuan dari masyarakat internasional".
Dilaporkan CNN, ISIS pertama kali mengumumkan keberadaan mereka di Libya pada bulan Oktober lalu. Sebuah video amatir memperlihatkan sejumlah militan berpakaian serba hitam berada di Derna, dan berafiliasi dengan Dewan Syura untuk Pemuda Islam.
Pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi memproklamirkan tiga provinsi di Libya, yaitu Provinsi Barqa (di timur), Tripolitania (barat) dan Fezzan (selatan) sebagai bagian dari "kekhalifahan".
Sejak itu, ISIS kerap meningkatkan kehadirannya di Libya.
"Dalam hal demografi, simpatisan ISIS di Libya mempunyai banyak kesamaan dengan ISIS di Irak dan Suriah. Banyak pejuangnya yang muda, yang mencaplok cap ISIS untuk dikaitkan dengan kefanatikan mereka akan Islam dengan tujuan memberdayakan diri dan merasa mempunyai kuasa lebih dari pemerintah," kata Winter menjelaskan.
"Risiko Eropa menghadapi ISIS yang menyebrang dari Libya sangat substansial," kata Winter .
Tercatat, lebih dari 207 ribu orang telah berusaha menyeberang Laut Mediterania untuk memasuki Eropa pada tahun ini. Angka tersebut meningkat hampir tiga kali lipat dari tahun 2011 yang berjumlah 70 ribu orang.
sumber: RussianToday RT