Semua pasti tahu Sabang, pulau di paling Barat Indonesia. Disini terletak monumen nol kilometer Indonesia. Pulau yang masuk dalam Provinsi Aceh ini, memiliki ragam keistimewaan mulai dari kuliner, objek wisata dan tentu keramahan penduduknya. Bermodal kelebihan itu, pemerintah Kota Sabang pun berani menargetkan kawasan ini jadi destinasi pilihan turis asing untuk berlibur.
Bahkan, Wali Kota Sabang nekat untuk ‘membayar’ maskapai Garuda Indonesia, demi dibukanya rute Medan – Sabang. Seperti apa?
Pukul 10.42, Jumat (6/2/2015), pesawat ATR 72-600 Garuda Indonesia yang dipiloti Kapten Andreas Kristianto mendarat di Bandara Maimun Saleh di Kota Sabang, Aceh, setelah terbang selama 1 jam 20 menit dari Bandara Internasional Kualanamu di Medan, Sumatera Utara.
Peristiwa ini menandakan sejarah baru khususnya bagi pariwisata Aceh, khususnya Sabang.
Pasalnya penerbangan perdana Medan-Sabang semakin mempermudah wisatawan untuk menikmati keindahan Sabang, wilayah paling barat Indonesia itu. Dengan pengoperasian rute Medan-Sabang, maka setiap Minggu, Garuda Indonesia telah mengoperasikan sebanyak 32 penerbangan dari Aceh setiap minggunya.
Nama Sabang di Pulau Weh, Aceh, perlahan-perlahan mulai mencuri perhatian dan pelan-pelan dikenal di kalangan wisatawan dalam dan luar negeri. Kota ini memiliki warisan alam yang tak terlukiskan dengan kata-kata semata. Salah satunya adalah pemandangan alam yang luar biasa dan pantai-pantai yang memiliki karakteristik.
Tercatat, objek wisata di kawasan ini antara lain Pantai Iboih, Gapang, Kinci, Danau Aneuk Laot, Paradiso, Pantai Kasih, Sumur Tiga, Anoi Itam, Jaboi dan Pasir Putih. Pantai-pantai itu kini makin dibanjiri wisatawan untuk snorkeling dan diving, semakin menggairahkan pariwisata Sabang.
Wisata snorkeling dan diving di pulau Iboih, cukup memiliki karakteristik yang khas dengan pemandangan bawah laut yang luar biasa dan kumpulan ratusan hewan air di dalamnya. Indopost melaporkan apabila menggunakan skala 1 – 10, dari seluruh destinasi wisata yang ada, Sabang mendapat nilai Sembilan (9).
“Pulau ini terbuka untuk siapapun. Mulai dari turis lokal sampai turis asing. Tidak ada disini yang namanya menolak wisatawan,” ujar Zulkifli H Adam, Wali Kota Sabang.
Selain wisata bahari, jangan lupa, posisi Sabang di ujung barat Aceh menjadikan wilayah ini memiliki Tugu Nol Kilometer. Tugu ini selalu diramaikan pengunjung. Rasanya Anda belum sah dikatakan ke Sabang jika belum menyambangi Tugu Nol Kilometer.
Zulkifli yang sejak dua tahun lalu memimpin Kota Sabang memastikan warganya tidak akan bersifat ‘alergi’ dengan wisatawan yang datang dari seluruh penjuru dunia yang memiliki beragam karakteristik.
Kalimat ini terlontar seolah menjelaskan bahwa Kota Sabang, yang merupakan bagian dari Aceh sangat aman dan tidak pernah menolak apa yang namanya investasi dan perkembangan ekonomi. Menurut pria yang aktif di Partai Aceh ini, sejak Aceh bergejolak sejak puluhan tahun silam hingga saat ini, Kota Sabang adalah daerah paling aman.
Penduduk cinta damai dan mengedepankan keramahtamahan. Penduduk sudah memahami bahwa wisatawan baik lokal maupun orang asing, adalah investasi dan harus dijaga agar roda perekonomian terus berjalan. Apalagi, Kota Sabang dihuni oleh warga yang majemuk dari sisi agama maupun suku.
“Wisatawan mau parkir kendaraan di sembarang tempat, tidak akan ada yang curi atau hilang. Inilah Sabang yang bersiap menjadi Kota wisata,” jelasnya, meyakinkan betapa amannya Kota Sabang untuk berinvestasi.
Aksi Nekad Walikota
Aksi ‘nekat’ wali kota untuk menjadikan Kota Sabang menjadi kota wisata pun tidak hanya sampai pada pembenahan sistem di pemerintahan. Pria ini pun memberlakukan pelabuhan bebas. Hampir setiap bulan, kapal-kapal pesiar dari luar negeri singgah di kawasan ini.
Apalagi pelabuhan di bangun di kawasan yang memang lautnya dalam dan mampu disandari oleh kapal pesiar. Termasuk juga merealisasikan transportasi laut yang dapat mengangkut penumpang setiap harinya. Dengan konsep ini, Kota Sabang 24 jam dapat disinggahi wisatawan dengan menggunakan jasa kapal Ferry.
Yang paling nekat dan paling ekstrem yang dilakukan pria berkacamata ini dengan menggandeng maskapai Garuda Indonesia untuk membuka rute penerbangan dari Medan ke Sabang.
Pria ini menandatangani MoU dengan resiko wajib mensubsidi biaya penerbangan apabila penumpang yang terbang ke Sabang tidak lebih dari 22 orang atau tidak terisi sampai 22 sheet. Jadwal penerbangan yang dibuat menuju Sabang dan sebaliknya, ke Kuala Namu, Medan pun dibuka tiga kali dalam seminggu, setiap hari Rabu, Jumat dan Minggu.
Menanggapi aksi nekatnya tersebut, Zulkifli yang pernah berprofesi sebagai sopir truk ini menjelaskan, dengan keindahan Kota Sabang dan keramahan warganya, optimisme daerah ini bakal jadi salah satu destinasi yang paling dibanjiri wisatawan sangat kuat. Merealisasikan hal tersebut, harus diimbangi dengan perluasan jaringan transportasi. Jadi wisatawan memiliki opsi untuk menggunakan jalur laut yang harus melalui Aceh atau menggunakan jalur udara yang dilayani oleh Garuda Indonesia.
Pemkot Sabang terangnya optimis bahwa layanan penerbangan menggunakan pesawat ATR 72-600 yang digawangi oleh Garuda Indonesia bakal diminati oleh wisatawan karena langsung terbang dari Kuala Namu, Medan menuju Sabang.
“Pemkot Sabang akan mempertahankan rute penerbangan ini demi membuka pilihan transportasi yang lebih cepat dan aman. Ini untuk meningkatkan kehadiran wisawatan. Bila perlu semua pejabat daerah yang mau ke luar kota untuk perjalanan dinas harus naik pesawat Garuda. Kalau tidak ya siap-siap saja, karena tidak patuh pada pimpinan,” katanya dengan nada bergurau dipadu logat Aceh yang khas, disambut gelak tawa jajaran pegawai Kota Sabang saat penyambutan penerbangan perdana Pesawat Garuda Indonesia di Landasan Udara Maimun Saleh, Kota Sabang.
Tugu NOL Kilometer yang Baru
Menurut Zulkifli, Sabang daerah perbatasan dan satu-satunya yang memiliki Tugu Nol Kilometer. Tugu Nol Kilometer Sabang saat ini sedang ditutup karena pemugaran, jadi sebaiknya para wisatawan jangan datang dulu ke Sabang, sebab akan kecewa.
"Saat ini tugu tersebut sedang dipugar. Kalau dulu, tugu ini hanya biasa-biasa saja. Tahun ini Tugu Nol Kilometer akan berdiri megah. Siap-siap saja kalau datang ke Sabang, wisatawan akan melihat megahnya Tugu Nol Kilometer," kata Zulkifli.
"Nantinya, jika tugu ini selesai, wisatawan bisa foto dan keluar sertifikat bahwa mereka sudah pernah ke Tugu Nol Kilometer," tukasnya. (*
lihat Tugu Nol Kilometer yang baru)
Pada tahun 2012, jumlah wisatawan ke Sabang tercatat 80.000 orang. Tahun 2013, jumlahnya meningkat menjadi 450.000 orang, dan 2014 naik menjadi 1 juta wisatawan.
Menurut Zulkifli, Saat Aceh bergejolak, Sabang merupakan daerah paling aman di Aceh. Panorama alam Sabang, baik itu udaranya, alamnya, maupun baharinya sangat indah, ditambah jenis ikan yang beraneka ragam. Terumbu karang di Sabang juga sangat bagus.
"Jenis ikan di Sabang sudah dihitung oleh ahli dari Inggris, ada sebanyak 538 ikan hias.Hal ini bisa langsung dinikmati wisatawan dalam dan luar negeri."
Sabang itu kata Zulkifli, ibarat "sebongkah tanah turun dari surga". Kok bisa?
Di Sabang ada gunung api di darat dan juga laut. Kalau di daerah lain butuh berhari-hari mencapai gunung berapi. Kata dia, di Sabang, wisatawan hanya turun mobil, lantas berjalan sepanjang 80-100 meter, mereka sudah bisa mencapai gunung berapi.
"Saya pernah ke luar negeri. Tidak pernah saya lihat satu kali pandang kita bisa lihat danau, gunung, laut, dan pulau-pulau kecil. Tidak ada hal seperti ini bisa kita saksikan di negara lain, kecuali di Sabang," tukasnya.
Untuk wisatawan kapal pesiar, Sabang memiliki keunggulan kedalaman laut kita (yang mencapai) 25 meter dan kapal langsung sandar. Biasanya wisatawan kapal pesiar turun ke darat dan berkeliling selama 8 jam atau setengah dari Pulau Weh untuk berwisata.
"Kebanyakan, kapal pesiar dari Eropa," tandasnya.
Apabila anda berkesempatan menyambangi lokasi yang menjadi titik nol kilometer Indonesia bagian Barat ini, jangan lupa juga untuk menikmati beberapa penganan khas. Mie Aceh, Mie Sedap, Kopi Aceh hingga Martabak Telur dan Sate Gurita dipastikan akan memanjakan lidah anda. Termasuk juga menyaksikan langsung wajah baru tugu titik nol kilometer yang saat ini dalam tahap renovasi.
Berapa biaya untuk tiba di Sabang?
Untuk satu kali perjalanan dibutuhkan dana dikisaran Rp4 juta untuk transportasi udara menggunakan Garuda Indonesia. Penginapan dimulai dikisaran harga Rp180 ribu per malam jenis Cottage. Biaya sewa mobil dikisaran Rp450 ribu per hari atau dapat juga menyewa motor untuk lebih menghemat biaya. Biaya Snorkeling dimulai dari Rp75 ribu dengan menyewa speed boat Rp200 ribu. Selebihnya, tinggal siapkan uang saku anda untuk mencicipi kuliner khas Sabang!
kompas/indopost